Minggu, 21 Desember 2014

BEST COURSE EVER!

Aku suka bertanya pada teman-teman. Matakuliah yang kamu senangi di semeseter ini apa? Jawabannya bisa macam-macam. Tapi jika bertanya pada teman sekelas atau satu angkatan maka dibutuhkan waktu lama atau bahkan tak ada jawaban.

Semester ini seperti semester ujian. Banyak tugas menumpuk dan tugas memusingkan. Tiada hari tanpa tugas, sepertinya itu semboyan yang tepat untuk semester ini.

I think Japanese is the best course ever! Tapi kelas ini hanya aku tempuh selama dua semester kemarin. Semester ini tak lagi mengambil karena memang sudah selesai dan sempurna lulus. 

Kelas ini kelas terbaik. Dosennya selalu ontime. Aku suka. Jika kelas dimulai jam 7 pagi, 10 atau 15 menit sebelumnya, beliau sudah berada di sana. Menunggu di kelas Jepang dengan setia. Sangat tepat waktu. Bahkan kelas diakhiri sesuai dengan jadwal. Meski jam menunjukkan 5 menit lagi kelas usai, beliau akan tetap memberikan kita petuah-petuah berharga. Pokoknya, si dosen sangat menghargai waktu.

I love this flower!

Kita memanggilnya Eko Sensei. Seorang dosen yang pernah menghabiskan hidupnya di Jepang dalam rentang waktu yang lama untuk belajar tentunya.

Di kelas, semua materi tentang Jepang beliau berikan. Mulai tentang tradisi Jepang, macam-macam huruf yang mengesankan. Hurufnya ada tiga. Untuk Hiragana dan Katakana, jumlah hurufnya hanya puluhan, tapi untuk kaji bisa mencapai ribuan huruf. Huruf alfabet saja hanya 26. Hingga grammar atau struktur tatanan bahasa dala Jepang juga beliau paparkan.

Kalau ujian, jangan berharap untuk bisa nyontek. Ya ampun, masa udah segede ini belum tobat-tobat juga sih hobi nyonteknya. Cheating is wrong, you know. Waktu ujian, jarak antar mahasiswa sekitar dua meteran. Beliau terkadang menjaga ujian berdua dengan istrinya yang juga seorang dosen. Maka kita harus benar-benar belajar. Ya iyalah, masa ujian nggak mau belajar.

Yang bikin kelas Jepang menjadi kelas favorit because of I got A for the grade. Both of them, Japanese I and Japanese II. Best course between 46 courses I ever took.

Eits, itu hasil kerja keras, lho. Aku belajar mati-matian dan tentunya tak sampai mati sungguhan, namanya juga mati-matian :D  Waktu ujian akhir Japaenese-II aku malah sampai mengigau pakai bahasa Jepang. Dinding kamarku pun tertulis rumus-rumus grammar Jepang.

So,if you wanna a good mark, you should try and study hard. Just like me ^_^

HARI OPINI

Made a poster to support me
Aku sedang suka menulis opini. Sudah 3 tulisan aku kirimkan ke beberapa surat kabar. Dari ketiganya, baru dua tulisan yang diterima. Dua lainnya belum ada kabar. Kuharap secepatnya.

Aku menulis opini gara-gara tugas di kelas Jurnalism. Katanya, bagi sebuah opini yang tembus di koran nilai semester bisa diberi A. Dengan tugas seabrek lainnya, aku pun mencoba. Saking semangatnya, aku sampai membuat sebuah wallpaper khusus untuk komputer jinjingku. Agar semua ide tentang opini yang aku dapat tak menguap sia-sia.

Ide itu mahal lho. Maka jika ada satu ide datang, jangan disia-siakan. Apalagi ditelantarkan. Bahkan ada orang yang rela keliling dunia untuk mendapatkan inspirasi. Jadi sekali dapat, langsung tangkap saja. Lalu jangan biarkan ia lepas atau bahkan menghilang.

Dapat satu ide tulisan, langsung selesaikan! Jangan sampai menumpuk sepeti cucian di musim penghujan tak dapat jatah di tempat jemuran.

TENTANG SESEORANG

Standing alone

Kulari ke hutan, kemudian menyanyiku
Kulari ke pantai, kemudian teriakku
Sepi-sepi dan sendiri
Aku benci

Aku ingin bingar,
Aku mau di pasar
Bosan aku dengan penat,
dan enyah saja kau pekat
Seperti berjelaga jika kusendiri

Pecahkan saja gelasnya biar ramai,
biar mengaduh sampai gaduh,
Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang di tembok kerato putih;
Kenapa tak goyangkan saja loncengnya, biar terdera
Atau aku lari ke hutan lalu belok ke pantai?

Puisi Cinta dalam film Ada Apa dengan Cinta

BELAJARMU GIMANA?: LAST EXAM DI SEMESTER LIMA

Sah! Hari Senin, 22 desember 2014, hari pertama ujian dilangsungkan. Kesannya, biasa-biasa saja. Karena sebelum ujian aku sudah belajar. Flat mungkin, ya. Ujian terakhir kali tadi adalah ujian Puisi. Menganalisa. Apalagi? Dua list absen ujian sudah aku tanda tangani.

Entahlah mungkin bisa dibilang aku stress. Banyak tugas akhir dan take home UAS yang menumpuk. Tugas akhir tak sama dengan take home. Ceritanya double-double. Yah, meskipun sudah aku cicil sedikit demi sedikit.

Apa yang kau lakukan agar fokus belajar dan menyelesaikan tugas ujian?

Aku lebih suka suasana yang tenang. Tanpa ada suara berisik atau gangguan orang. Seorang teman dari jurusan PBSI pernah bilang, gaya belajarku auditory. Karena jika aku sedang khusyuk mengetik dan kau asyik ngobrol ngalor-ngidul di belakang maka secara tak sadar apa yang kalian omongkan akan masuk dalam tulisan. Untung-untung jika aku sedang menulis sebuah cerita, kalian berisik akan berguna, karena akan menjadi referensi cerita selanjutnya.

Tapi berbeda jika aku sedang mengerjakan paper atau makalah tentang logika. Aku butuh ketenangan. Bisakah kalian berhenti berisik barang sebentar. Hingga tugas-tugasku semuanya selesai! 

Ya ampun bayangkan saja, jika dalam satu kontrakan berisi sepuluh atau dua puluh orang dan masing-masing menghidupkan lagu yang membosankan. Lagu jedag-jedug yang sangat mengganggu orang. Dan lagu-lagu yang diputar berbagai macam genre. Haduh...

kulari ke pantai, kemudian menyanyiku
kulari ke hutan, kemudian teriakku

Aku mencoba berjalan menuju Cakra dengan niat pergi ke ruang Referensi. Mungkin ada manfaatnya untuk tumpukan tugas dan kesunyian yang kucari. Terakhir kali ke sana, dua semester lalu. Sangat sepi. Bahkan tak ada orang selain aku.

Namun berbeda. Masuk ke dalamnya membuatku tak bisa berteriak. Terlalu ramai! Melebihi pasar. Lebih ramai dibandingkan lorong di jalan. Ah, harusnya penjaga ruangan ini seperti penjaga perpustakaan di film Monster University. Ramai sedikit saja, kau bisa terlempar hingga tersungkur di taman atau jatuh ke dasar danau.

Adakah tempat sepi yang bisa dijadikan tempat untukku berdiam diri? 

Kuburan, mungkin. Tapi di sana tak colokan untuk mengisi komputer jinjingku kala dayanya mati. Hiks!

Tugas oh tugas! Jangan sampai kau membuatku stress tak tertolong.

Ya, ya mungkin aku harus cukup terbiasa dengan semua situasi.

Rabu, 03 Desember 2014

3 CARA SIMPLE MEMBUAT MENU TAB

Menu tab berjajar di header atas blog banyak membantu pengunjung maupun pemilik blog dalam membaca isi postingan. Berikut langkah sederhana membuat tab-tab berjejer di blogspot. Kali ini kita akan membuatnya berdasarkan label.

1. Membuat postingan dan label
Wajib ini hukumnya. Jadi kita persiapkan dulu tulisan yang akan diposting. Baru kemudian diberi label sesuai dengan isi tulisan.

Membuat label pada tulisan yang akan dipublikasikan

2. Mengambil link
Setelah tulisan dipublikasikan maka akan muncul label yang kita tuliskan tadi.

Label akan muncul pada postingan
Setelah label berhasil muncul bersama tulisan, langkah selanjutnya adalah mengambil link untuk tabel. Klik nama label. Contoh di atas nama labelnya adalah "contact." Klik kata tersebut dan kita ambil link-nya. 

Menyalin link

3. Membuat gadget
Setelah menyalin link maka kemudian kita akan menempelnya (meng-copy dan paste). Tapi sebelumnya kita harus pergi ke tata letak.

Pergi ke tata letak dulu
Nah setelah ke sana kita kudu nambahin gadget. Caranya edit gadget dulu. Tambahkan laman atau pages kemudian simpan. Setelah ditambahkan klik edit.

Here the steps
The next step is kita masukkan link yang tadi. Sebelumnya klik "tambahkan tautan eksternal"

Memasukkan link
Setelah memasukkan link-link berdasarkan label yang kita inginkan, selanjutnya mereka akan berjejer dengan anggunnya.

Menu dengan tab-tab yang sudah berjajar
Got it? Jika sudah paham, kita bisa membuat berbagai macam label seperti "Selayang pandang," atau "Biaya dan Pendaftaran." Selamat mencoba!

Here the result

Senin, 01 Desember 2014

KE SURAMADU, YUK!

Jembatan yang sempet kejepret waktu ke Jogja kemarin
Tau Suramadu 'kan? Itu lho jembatan terpanjang di Indonesia. Jembatan yang menghubungkan pulau Madura dan Jawa. Panjangnya 5.438 m. Sudah pernah ke sana belum? Kalau belum, yuk ke sana..

Memangnya ada apa di Suramadu? Ada banyak kok. Ada pantainya, wisata kuliner terus banyak taman dengan bunga warna-warni juga. Jadi kita bisa menghabiskan weekend bersama keluarga di sana sambil menikmati pemandangan yang ada. Apalagi wahana-wahana air yang tersedia di dekat pantainya. Wah, asyik banget 'kan?

Yang bener ada begituan?

Ada, insya Allah. Di masa mendatang. Jadi ini dia ide-ideku yang kudu ada di sekitar Suramadu. Doakan ya semoga terbangun nanti. Makanya komentar yang banyak di sini :D

Yuk, ah capcus!

Banyak orang dari luar Madura berbondong-bondong mengunjungi pulau terpanjang. Dengan tujuan, secara gitu lho, pulau paling panjang di Indonesia pasti deh ada something interesting di sana. Tapi pas nyampe, ya gitu-gitu aja. Nggak ada spesialnya. Makanya perlu ada ide-ide keren agar para pengunjung bisa betah dan berlama-lama menikmati wisata di sekitar Suramadu.

Pantai buatan di Paris Plage
Jika di seberang pulau; Surabaya sana ada pantai Kenjeran, maka di Madura tepatnya di kawasan jembatan Suramadu pun harusnya begitu. Jika sudah tak ada lahan, bisa mengadopsi pantai di Paris.  Pantai buatan yang dibangun di pinggiran sungai Seine. Di atas pasir, kita bisa berpiknik ria bersama keluarga. Tak lupa juga pohon kelapa ditanam di sekitar pantai. Agar dapat menambah kesan pantainya.

Tak hanya sekedar pantai. Harusnya di sana juga ada wahana-wahana yang dapat menarik wisatawan. Misalnya jetsky, butterfly boat atau jika ombak sedang tinggi, bisa juga dibuat tempat untuk berselancar.

Terbang bersama butterfly boat
Bisa juga disebar para pedagang di sekitarnya. Seperti penjual kelapa muda atau degan yang hukumnya fardhu 'ain dan kalo di pantai harus ada.

Kebanyakan di sana cuma jualan suvenir
Masak cuma minum doang? Ya di sepanjang pantai bisa didirikan kawasan wisata kuliner. Bisa berbagai makanan dijual di sana. Tapi tentu  saja yang dijual makanan khas Madura seperti cengi buja-cabbi, koa maronngi, dan nase' jhagung.

Jejeran wisata kuliner di kawasan Boulevard Madano
Pengaturan tempatnya bisa menengok wisata kuliner di jalan Braga Bandung, taman kuliner di Karang Malang sekitar UNY tempat aku makan malam kemarin atau seperti kawasan Sae Salera di jalan Niaga Pamekasan. 

Setiap saung atau kios kuliner bisa menjual makanan yang berbeda. Atau mungkin satu kios mempunyai menu unggulan seperti bakso, maka di dalam kios tersebut dijual berbagai macam bakso. Misalnya bakso sapi, ayam atau bakso bakso yang berisi berbagai macam olahan unik di dalamnya. Toko lainnya lagi menjual berbagai macam nasi goreng. Ada nasi goreng capcay, sosis, nasi goreng bakso*jadi inget Jogja lagi.

Keren kan kalo ada macam-macam sate seperti ini

Biar tambah menawan, bisa didirikan gerbang atau pintu masuk kawasan kuliner atau pantainya.
Kalo di Pamekasan, kawasan kuliner ya di sini
Nah itu tentang makanan dan tempat wisatanya. Pengen deh di sekitar Suramadu dibikin taman yang penuh dengan bunga-bunga. Biar bisa bersantai ria dan mengumpulkan banyak oksigen yang baik. Tambah oke, misal nanti tamannya dilengkapi dengan fasilitas wifi. Selesai jepret sana-sini bisa langsung diunggah tuh. Biar dunia tahu, ini lho di kawasan Suramadu ada tempat bagus.

Keren pake banget kalo sampai ini ada di Madura
Selama ini daerah wisata terkenal kotor, jika tempatnya itu di Indonesia. Ayo dong rek, sadar. Banyak sampah itu nggak baik. Bikin banyak penyakit. Mungkin kalian buang sampahnya cuma sebungkus kecil permen, tapi kalau yang buang se-Indonesia?

Kayak kebijakan baru di Bandung tuh keren. Buang sampah, kena denda.

Biar nggak buang sampang sembarangan,bisa disediakan tempat sampah ynag lucu-lucu dan imut di sekitar Suramadu. Diharapkan anak-anak bisa sadar pentingnya kebersihan sedari dini. Agar yang dewasa juga nantinya malu. Masa anak kecil saja buang sampah pada tempatnya, dia kagak.

Tuh, Hello Kitty garbage-nya lucu
Tempat wisatanya, sudah. Makanan khas juga. Bahkan hingga tempat sampah pun rampung.

Daerah wisata nggak akan keren pake banget jika tempat parkirnya nggak luas atau parahnya lagi nggak ada. Diharapkan nanti di sekitar kawasan wisata ynag dibangun tadi, dibangun tempat parkir yang cukup luas. Nggak lucu kan mahasiswa dari Sampang mau kuliah di UTM tapi jalanan macet gegara tempat parkir yang tak memadai.

Satu lagi. Dengan lebar 30 meter, seharusnya jembatan Suramadu menyediakan jalur untuk pejalan kaki. Golden gate di California saja menyediakan berbagai macam jalur untuk umum. Padahal lebarnya lebih kecil daripada Suramadu, 27 meter.

ceritanya kemarin pas mau ke Jogja, kita serombongan lewat suramadu jadi kepikir buat nulis tentang itu. Ini kita baru sampe lagi di Madura jam 5 sorean

MENDING WALL

Something there is that doesn’t love a wall,

That sends the frozen-ground-swell under it,

And spills the upper boulders in the sun,

And makes gaps even two can pass abreast.

The work of hunters is another thing:

I have come after them and made repair

Where they have left not one stone on a stone,

But they would have the rabbit out of hiding,

To please the yelping dogs. The gaps I mean,

No one has seen them made or heard them made,

But at spring mending-time we find them there.

I let my neighbor know beyond the hill;

And on a day we meet to walk the line

And set the wall between us once again.

We keep the wall between us as we go.

To each the boulders that have fallen to each.

And some are loaves and some so nearly balls

We have to use a spell to make them balance:

“Stay where you are until our backs are turned!”

We wear our fingers rough with handling them.

Oh, just another kind of outdoor game,

One on a side. It comes to little more:

There where it is we do not need the wall:

He is all pine and I am apple orchard.

My apple trees will never get across

And eat the cones under his pines, I tell him.

He only says, “Good fences make good neighbors.”

Spring is the mischief in me, and I wonder

If I could put a notion in his head:

“Why do they make good neighbors? Isn’t it

Where there are cows? But here there are no cows.

Before I built a wall I’d ask to know

What I was walling in or walling out,

And to whom I was like to give offense.

Something there is that doesn’t love a wall,

That wants it down.” I could say “Elves” to him,

But it’s not elves exactly, and I’d rather

He said it for himself. I see him there,

Bringing a stone grasped firmly by the top

In each hand, like an old-stone savage armed.

He moves in darkness as it seems to me,

Not of woods only and the shade of trees.

He will not go behind his father’s saying,

And he likes having thought of it so well

He says again, “Good fences make good neighbors.”

A poem by Robert Frost