Tanpa bantuan kaum feminis, wanita di mata Islam
telah diagungkan sebelumnya. Ia sama derajatnya dengan kaum pria. Bahwa baik
pria maupun wanita berkah mendapat pahala, berhak mendapat surga, berhak akan
perjumpaan dengan Tuhan Allah azza wa jalla.
Barang siapa yang mengerjakan
amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman,
maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit
pun.
[An Nisa’: 124]
Maka sebenarnya terkait menuntut ilmu pun sama.
Karena dalam sebuah hadits disebutkan pencarian ilmu diserukan kepada semua
lapisan. Baik pria maupun wanita. Bahkan pencarian ilmu dimulakan sejak bayi di
dalam kandungan hingga ruh dicabut dari badan. Uthlubil ‘ilma minal mahdi
ilal lahdi, begitu bunyi sebuah hadits shahih.
Kesempatan menuntut ilmu, melanjutkannya ke
jenjang yang lebih tinggi adalah juga sebuah peluang. Strata dua misalnya.
Hatta meski ia seorang wanita. Namun bagi wanita yang sudah menempuh strata
satu, hal ini masih menjadi kegelisahan tersendiri.
Ditambah andaikata datang seorang lelaki
melamar. Ini terkadang juga merumitkan. Karena animo yang beredar di
masyarakat, tidaklah mudah menjalani kuliah sembari menikah.
Jadi, lanjut S2 atau menikah? Atau, karena sudah
memiliki gelar, banyak pekerjaan halal menggiurkan datang memberi peluang
kerja. Sehingga pelanjutan ilmu di bangku formal, rasa-rasanya tak lagi
diperlukan. Sedang gairah akan mencari ilmu sedang menggebu.
Kuliah, menikah atau bekerja saja?
Ini bukan tentang iklan pemutih wajah itu. Hanya
realita yang menjadi kegalauan para wanita selepas kuliah. Pertanyaan semacam
seringkali melintasi benak. Membutuhkan jawaban dan kepastian.
Ambil saja apa-apa yang ringan. Yang sama
kadarnya dengan kemampuan. Jika mendapat beasiswa S2 ke luar negeri contohnya.
Amat disayangkan jika harus dilepaskan. Terlebih, perjuangan untuk
mendapatkannya juga lumayan. Jadi, lanjutkan!
Perkara pangeran yang datang kemudian, bisa saja
diajak bersama. Berjuang di negeri orang. Lagi pula ada banyak beasiswa yang
juga menawarkan biaya untuk pasangan. So, don’t worry losing your dream, girls!
Nah, jadi bisa ambil keduanya kan? Kerja juga
bisa sambil dijalankan. Disarankan berkarir yang sesuai dengan passion.
Jadi menjalaninya bisa dengan happy setiap hari. Sehingga jika hobinya
menulis, bisa menjadi penulis. Menulis buku atau yang lebih ringan dituangkan
di blog. Banyak lho wanita-wanita berpenghasilan lumayan dari blog.
Suka craft, mengutak-atik komputer,
desain atau berdagang? Cus, jalankan yang sesuai minat. Wanita yang sukses dari
berjualan online juga tidak sedikit jumlahnya. Kenali passion kemudian take
action.
Wah, bisa jalan ketiga-tiganya ya. Bismillah.
Tapi yang pasti kembalikan lagi semuanya pada
jalan Allah. Pastikan S2 diniatkan untuk Allah, kerjanya yang halal. Yang
penting semua yang dikerjakan adalah hal-hal yang mendekatkan pada Allah.
Tentang pasangan, pastikan pilih yang sholeh ya!
*published on Minhaj 73 ed
*published on Minhaj 73 ed