Sah! Hari Senin, 22 desember 2014, hari pertama ujian dilangsungkan. Kesannya, biasa-biasa saja. Karena sebelum ujian aku sudah belajar. Flat mungkin, ya. Ujian terakhir kali tadi adalah ujian Puisi. Menganalisa. Apalagi? Dua list absen ujian sudah aku tanda tangani.
Entahlah mungkin bisa dibilang aku stress. Banyak tugas akhir dan take home UAS yang menumpuk. Tugas akhir tak sama dengan take home. Ceritanya double-double. Yah, meskipun sudah aku cicil sedikit demi sedikit.
Apa yang kau lakukan agar fokus belajar dan menyelesaikan tugas ujian?
Aku lebih suka suasana yang tenang. Tanpa ada suara berisik atau gangguan orang. Seorang teman dari jurusan PBSI pernah bilang, gaya belajarku auditory. Karena jika aku sedang khusyuk mengetik dan kau asyik ngobrol ngalor-ngidul di belakang maka secara tak sadar apa yang kalian omongkan akan masuk dalam tulisan. Untung-untung jika aku sedang menulis sebuah cerita, kalian berisik akan berguna, karena akan menjadi referensi cerita selanjutnya.
Tapi berbeda jika aku sedang mengerjakan paper atau makalah tentang logika. Aku butuh ketenangan. Bisakah kalian berhenti berisik barang sebentar. Hingga tugas-tugasku semuanya selesai!
Ya ampun bayangkan saja, jika dalam satu kontrakan berisi sepuluh atau dua puluh orang dan masing-masing menghidupkan lagu yang membosankan. Lagu jedag-jedug yang sangat mengganggu orang. Dan lagu-lagu yang diputar berbagai macam genre. Haduh...
kulari ke pantai, kemudian menyanyiku
kulari ke hutan, kemudian teriakku
Aku mencoba berjalan menuju Cakra dengan niat pergi ke ruang Referensi. Mungkin ada manfaatnya untuk tumpukan tugas dan kesunyian yang kucari. Terakhir kali ke sana, dua semester lalu. Sangat sepi. Bahkan tak ada orang selain aku.
Namun berbeda. Masuk ke dalamnya membuatku tak bisa berteriak. Terlalu ramai! Melebihi pasar. Lebih ramai dibandingkan lorong di jalan. Ah, harusnya penjaga ruangan ini seperti penjaga perpustakaan di film Monster University. Ramai sedikit saja, kau bisa terlempar hingga tersungkur di taman atau jatuh ke dasar danau.
Adakah tempat sepi yang bisa dijadikan tempat untukku berdiam diri?
Kuburan, mungkin. Tapi di sana tak colokan untuk mengisi komputer jinjingku kala dayanya mati. Hiks!
Tugas oh tugas! Jangan sampai kau membuatku stress tak tertolong.
Ya, ya mungkin aku harus cukup terbiasa dengan semua situasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar