“Adek tahu mentoring?” Aku
menjawabnya dengan anggukan pertanyaan Mbak Ifa. Sejak SD bahkan kata itu sudah familiar di
telinga. Kata yang sering mucul di dalam karya para penulis Forum Lingkar Pena
[FLP]. Mendengar kata FLP, Mbak Ifa dengan lihainya mengetikkan sesuatu pada
komputer jinjingnya.
“Gabung aja, di FLP Bangkalan, Dek,”
ajaknya serius. Kali ini layar laptop milik Mbak Ifa menampilkan grup cabang
FLP di kota rantau. Beberapa saat kemudian aku pun ikut bergabung di komunitas
maya tersebut. Nama-nama yang tercantum sebagai anggota, aku tambahkan sebagai
teman. Satu demi satu. Hanya sebatas itu.
Ramadan pertama di kampus
Universitas Trunojoyo Madura. Kemarau yang membuat lapangan sepak bola terlihat
gersang. Kering tanpa rumput dan tanahnya pun retak-retak macam terkena gempa
bumi. Kabar tentang FLP ini tentu saja memberikanku setetes embun, yang
menumbuhkan benih-benih harapan. Apalagi dunia kampus bagiku masih sama sekali
baru. Kontrakan pun ketemu.
“Ngekos di Yasmin, aja Dek. Ini Mbak
kasi kontak pemiliknya.” Kali ini giliran Mbak Dila yang berbicara. Teman satu kontrakan Mbak Ifa. Ah,
senangnya ini mungkin yang dinamakan kado Ramadan.
Dari Hijab
Kuning, OWOW hingga Taman Baca
“Dek jadi ikut FLP? Sekarang ada
rapat di GSC,” itu pesan Mbak Ifa. Melangkahlah kaki dari Yasmin ke sana.
Terpisah dengan hiijab kuning kami bermusyawarah. Di situlah kemudian aku
bertemu teman-teman FLP lainnya; Mbak Ila, Mbak Titim, Mbak Aan dkk.
Sebagai
Kestari kemudian aku terdaulat. Pun otomatis setelah acara literasi tersebut
aku resmi menjadi anggota FLP Bangkalan. Tanpa diklat. Tanpa ikrar. Begitulah
Allah memudahkan jalan.
Hijab kuning alias pembatas rapat.
Tabir bahasa lainnya. Pembatas kuning tersebut fenomenal banget di ingatanku.
Pasalnya ini adalah salah satu inventaris LDK MKMI. Kebanyakan anggota FLP
Bangkalan adalah mahasiswa UTM dan 90% di antaranya adalah para aktivis kampus.
Dan 60% di antara kami adalah anggota Divisi Pers & IT LDK MKMI. Itulah
mengapa, seringkali kita rapatnya juga di kesekretariatan LDK MKMI.
Kabar bahagianya, para anggota sudah
mengerti batasan-batasan antara perempuan dan laki-laki. Jadi adem-lah kalau
rapat. Nggak perlu kuatir ada pandangan liar. Tapi tetep saja harus jaga diri,
jaga hati. Oke sip.
Resmi menjadi anggota tentunya kita
dituntut aktif menginguti semua kegiatan Forum Lingkar Pena. Wajib. Kudu.
Bukankah itu arah, haluan kita bergabung di sana?
Selain Bincang Literasi yang biasa
diadakan Selasa sore hari di Taman Kampus atau Kelas Menulis pada Ahad pagi di
Masjid Nururrahman, agenda yang paling melekat di ingatan adalah OWOW. One Week
One Writing.
Satu pekan sekali kami diwajibkan
mengirimkan karya terbaiknya ke surel FLP Bangkalan. Tukang tagihnya si Teh
Hijau. Penyair yang puisi-puisinya bikin meleleh akan diksinya yang luar biasa.
Siapa dia? Nanti kita omongin via japri yaa kalau mau tau, wkwkwk. Nggak Cuma kirim karya,
kalau telat atau misalkan bolos, ada ‘iqabnya. Hukumannya mau tidak mau,
tulisannya tembus media. Whhuess.
Berganti tahun kami punya agenda baru.
Dimulai pada 2016. Tahun ketika Dek Ani resmi menjabat sebagai ketua FLP
Bangkalan. Namanya Taman Baca. Hampir dipastikan di setiap cabang FLP
memiliki agenda ini.
Jika periode sebelumnya Ahad pagi
diagendakan untuk Kelas Menulis maka pada tahun tersebut, hari itu kami gunakan
untuk Taman Baca.
Dari tim akhwat tangguh ada Rini,
Mbak Win, Dek An, Ria, Nida’ si Bunda dan si penulis blog ini. Jam lima kami
sudah calling sana-sini memastikan para anggota tidak absen agenda. Janjian, bertemu
di halte bus, di pertigaan kampus.
Sepagi itu kami menahan dingin dan
gigil. Menggotong banner sisa acara sebelumnya. Membawa X-banner dan
penyangganya yang abot. Tak lupa, di tangan masing-masing menenteng goodie bag
berisi buku-buku. Whoa, ancen akhwat tangguh kalian!
Tapi Allah selalu punya kejutan.
Matahari di ufuk timur berlatar pematang sawah, rawa-rawa adalah pemandangan
yang menjadi hadiah yang Masya Allah membuat angkot yang kami tumpangi penuh
puisi.
Di Stadion atau di Taman Paseban kami
biasa menggelar tikar. Terkadang teman-teman LDK MKMI ikutan berpartisipasi
juga. Meski bukan anggota. Gotong-gotong barang, merapikan, menunggui buku dan
hal semacamnya.
Temen-temen indekos juga suka kami
ajakin. Makin ramailah suasana. Alhamdulillah.
Anak-anak
perindu Dongeng
Namanya Bebi [Mungkin bisa dibaca
Barbie J]. Gadis kecil yang tak pernah absen mendatangi lapak kami. Buku
favoritnya kisah fable dari Al-Quran. Untuk Taman Baca ini kami memang lebih
fokus, lebih banyak membawa buku-buku bertemakan anak-anak. Mengingat banyaknya
pengunjung banyak dari kalangan tersebut.
Bebi ini belum bisa membaca. Jadilah
kami dongengi dia. Biasanya Mbak Win yang suka membacakan cerita. Sedangkan
aku, cukup berada di balik kamera saja.
Selesai
Mbak Win mendongeng, Bebi dengan cadelnya akan menunjuk hewan-hewan pada
gambar. Menceritakan ulang kisah versi dia yang terkadang tidak masuk akal.
Namun tentu saja membuat rekan-rekan menahan geli. Lucu sih.
Antusiasnya
si gadis kecil nan imut tersebut membuat beberapa anak ikut mengitari
buku-buku. Alhamdulillah pengunjung bertambah. Pas kita sudah pada lulus, Mbak
Win suka dicari-cari sama si Bebi. Mana Mbak baik hati pandai bercerita itu?
Saat
mentari mulai bersinar terik. Kala anak-anak sudah menyepi [alias pengunjungnya
bubar balik kanan]. Kami mulai berburu kuliner. Namanya juga Minggu. Hari
libur. Bisa ditebak. Banyak penjual yang mudah kami temui.
Teh Lia, Dek Iril, inget nggak waktu itu kita pernah ngeskrim di Taman Paseban?
Mbak
Wind, masih suka nguber batagor nggak?
Dek
An, cari pentol bakar lagi yuk!
Ah,
jadi weh kangen kalian. Kan. Kan. Kan. Tisu mana tisu ><
Tanah
Rantau Penuh Kenangan
Ialah tanah rantau penuh kenangan.
Ukhuwah dan canda tawa. Tiga tahun bersama FLP Bangkalan. Bertemu orang-orang
hebat dan belajar langsung pada mereka. Di kelas puisi aku belajar diksi.
Berlatih pada senior yang lebih. Aku pun bukan orang yang biasa tampil
lapangan. Lebih suka bermain kekata. Membiarkan jariku menari. Menuliskan
apa-apa yang berdatangan di kotak-kotak masa.
Dan pada puisi aku memutuskan untuk
memintal diksi.
Pada spesialisasi puisi, ada Rini,
Mbak Win, Akh Yogi dan hampir semua anggota FLP Bangkalan menyukai bidang ini.
Termasuk Dek Ani, ketua umum kami.
Spesialisasi reporter ada Dek
Anggun, Akh Fendi, dan Dek Halwa. Karya-karya mereka selalu siap menghiasi rubrik-rubrik
Citizen Journalism berbagai media.
Serta nama-nama baru yang belum
sempat kuhafal yang tulisannya tak kalah luar biasa menginspirasi.
Jazakumullah khair, teman-teman
telah membuat tanah rantau penuh ilmu dan kebersamaan.
Selamat
Datang Tanah Kelahiran
Tahun 2017 adalah detik-detik
terakhir aku berliterasi bersama FLP Bangkalan. Selepas wisuda beberapa dari kami
kembali ke tanah kelahiran. Termasuk pemilik Kebun Kekataku. Pada waktu sore,
yang dihiasi mendungnya langit. Alhamdulillah aku resmi diterima FLP Pamekasan.
Cabang Forum Lingkar Pena di Kota Gerbang Salam, tempat aku dilahirkan.
Bertempat di SDIT Al-Uswah
Pamekasan, pertama kalinya aku duduk melingkar bersama mereka dengan Zayyin
Achmad, ketua FLP Surabaya yang menjadi pemateri kami. Moy-tamoyan waktu itu
juga dilengkapi dengan rujakan bareng.
Eh, ngomong-ngomong soal rujak jadi
nggak sabar Rujak Party besok [16/02/18] di Rumah Cahaya FLP Pamekasan. Besok
kita sistemnya potluck. Ada yang bawa kedondong, kerupuk, cabai, petis dll. Aih
meleleh duluan membayangkannya. Pasti seru deh. Insya Allah. Para taretan FLP
jangan lupa hadir ya!
Dan di sinilah aku sekarang. Menjadi
salah satu bagian pejuang literasi di
FLP Cabang Pamekasan.
Para
Perempuan Militan
FLP mempunyai berbagai anekdot. Terutama tentang singkatan FLP itu sendiri. Di Bangkalan, kepanjangannya menjadi Forum Lingkar Pria, karena para pengurusnya kebanyakan laki-laki. Di FLP JATIM, diplesetkan menjadi Forum Lingkar Perjodohan. Apalagi saat anggota FLP Surabaya menikah dengan akhwat FLP Malang. Makin rame deh grup WA.
Pada
acara Kelas Menulis Cahaya edisi liburan akhir tahun [2017], sepertinya tepat
jika singkatannya diubah menjadi Forum Lingkar Perempuan. Aku menemukan para
perempuan tangguh. Akwat-akwat militan.
Kelas Menulis Cahaya |
Akhwat atau sebutan perempuan aktivis dakwah dan kata militansi sering disebut-sebut sebagai kata sifat yang melekat pada mereka yang siap sedia memikul amanah dalam kondisi apapun. Secara bahasa akhwat berasal dari kata ukhtun yang artinya saudara perempuan. Sedangkan akhwat adalah jamak dari kata tersebut.
Dalam
KBBI, militansi tertulis dengan makna:
mi·li·tan·si
n ketangguhan dl berjuang (menghadapi, kesulitan, berperang, dsb): kaum wanita
harus mempunyai -- dl ber-juang membangun masyarakat.
Contoh
yang tertera dalam kamus juga disematkan kepada perempuan. Rasanya pas jika
kemudian kata militansi disandingkan dengan akhwat. Akhwat militan. Para
perempuan tangguh di kelindan zaman.
Aku
melihat dan berinteraksi langsung dengan mereka.
Belajar
dari gerak-gerik dan tingkah laku, respon baik mereka terhadap sesuatu.
Semuanya nampak exampleable. Maksudku, mereka teladan yang patut
dicontoh.
Kelas
Menulis Cahaya, FLP Pamekasan adalah wadah bagi anak-anak berumur 8-12 tahun
untuk mengisi liburan akhir tahun mereka. Pas woro-woronya gitu, kenyataan di
lapangan ada anak yang berumur 6 tahun tapi ternyata luarbiasa. Kegiatan ini
dibuat dengan tujuan agar mereka semakin mencintai literasi. Membangun
peradaban baca tulis. Khususnya di Kabupaten Pamekasan. Acara ini berlangsung
selama lima hari 26-30 Desember 2017.
Hari
pertama dan kedua dimulai dengan kelas komik bersama Kak Zaky dari FLP Jombang
di Sekolah Alam Excellentia. Pelatihan jurnalistik kami lakukan di hari ketiga
di Radar Madura. Kemudian Kak Emus, mengisi kelas cerita anak di hari keempat
yang bertempat di Ruang Anak perpustakaan daerah Pamekasan.
Acara
yang menakjubkan dengan hanya lima orang panitia setiap harinya.
Daebak!
Itu kesan pertamaku. Bagaimana mungkin? Allah yang menjadikan semuanya
mungkin..
Aku
melihat Mbak Ami yang selalu datang setiap hari tanpa pernah absen satu hari
sekalipun. Beliau adalah pembina Forum Lingkar Pena Pamekasan yang tetap aktif
menemani kami. Padahal Mbak Ami sangat sibuk di keorganisasian di Wilayah Jawa
Timur. Salah satunya FLP Jatim, tapi beliau masih bisa menemani kami. Ditambah
lagi hingga aku menulis tulisan ini, Ummi, ibunda kandung Mbak Ami masih belum
sembuh benar.
Ketika
acara Kelas Cahaya selesai, Mbak Ami akan langsung pergi ke rumah sakit.
Malamnya pun menjaga sang ibunda di sana. Dan pagi-pagi sudah siap sedia di tempat.
Salut juga sama Ummi, yang mengizinkan Mbak Ami untuk bisa ikut serta dalam
acara padahal beliau lebih membutuhkan anaknya.
Duh,
kami sangat malu apabila datang terlambat ke tempat acara sedangkan Mbak Ami
sudah di sana..
Mbak
Ubabah, sang ketupat alias ketua panitia sudah berkeluarga. Beliau mempunyai
anak kecil yang tak bisa melulu ditinggal. Adik yang masih berusia beberapa
bulan. Kalau teman-teman sedang istirahat dan kondisi acara lagi nggak crowded,
Mbak Ubabah akan pulang sebentar. Bunda yang sangat luar biasa! Masya Allah..
Nah,
kalau mau lobi-lobi, aku biasanya menghubungi Mbak Ubabah soalnya beliau
orangnya suka mengayomi dan sabar. Apalah daku yang tak bisa berdiplomasi.
Dalam
kepanitiaan kami ada juga Mbak Novi yang sedang hamil. Tapi beliau adalah
panitia yang tak pernah absen. Selalu on dalam acara. Pantas saja jika
di akhir acara, Mbak Novi terpilih sebagai mentor terbaik pilihan peserta.
Keibuan
dan sangat telaten. Kemarin sempat ada tragedi. Apa, tragedi? Ada peserta yang
nangis kenceng banget. Tapi nggak pas sampe tantrum soalnya ada Mbak Novi sang
superhero. Padahal sebelumnya sudah dihibur sama aku dan Mbak Nikmah tapi nggak
mempan eh. Nanti FLP kalau mau ngadain kelas parenting bisa nih menghubungi
Mbak Novi. Kita curi ilmunya, hoho.
Kalau
dibilang FLP itu singkatan dari Forum Lingkar Perempuan. Mungkin ada benernya.
Kemudian
Mbak Nikmah, akhwat yang sigap wara-wiri ke sana-sini.
"Sudah,
Dek biar saya yang ambil," itu kalimat pamungkas Mbak Nikmah. Siap banget
dah buat ngapa-ngapain.
"Soalnya
Mbak lihat ekspresinya, kayak nggak minat gitu buat bergerak, jadi Mbak
langsung cus saja."
Masya
Allah, militan sekali. Ajari aku, Mbak. Daku yang miskin ilmu ini ><
Padahal
ngangkat-ngangkat itu biasanya kerjaan cowok. Hei, kalian peka dong. Kan qawwamuuna
'alan nisaa' *ngomong sama tembok.
Katanya
berikan amanah pada orang sibuk. Ada benarnya. Meski Mbak Erlin banyak
pekerjaan dan tak bisa datang ke acara, beliau membantu kami dari balik layar.
Urusan kesekretariatan seperti sertifikat, stiker dll Mbak Erlin siap bantuin.
Besok paginya bisa kita langsung ambil. Jadi nggak ada alasan sebenarnya kalau
memang niat. No excuse! Siap, Mbak!
Mbak
Titik, panitia yang jauh dari kampung halaman. Kita memang para anggota FLP
Pamekasan, tapi biasanya para mahasiswa atau pekerja yang tinggal di Pamekasan
ikut aktif juga di Forum Lingkar Pena sebelum kembali pulang. Mbak Titik bahkan
pulang-pergi Pamekasan-Sumenep. Masya Allah.
Terimakasih,
Ya Allah sudah Kauberikan teman-teman saudara-saudara perjuangan yang memiliki
banyak hikmah. Para akhwat militan yang selalu siap sedia berjuang. Tanpa
alasan, tanpa mengeluh. Hanya ridaMu yang mereka cari.
Bismillah,
mari terus berjuang, akhwatii fillah.
Ialah
Forum Lingkar Pena, Istana Penuh Kekata
Terlepas
dari berbagai anekdot dari singkatan FLP, ia adalah kepanjangan dari Forum
Lingkar Pena. Wadah literasi yang memiliki cabang hampir di seluruh penjuru kota
nusantara. Bahkan sudah mendunia. Cek link ini untuk menemukan FLP terdekat.
Jika
tak ada, kau bisa mendirikan FLP cabangmu sendiri, namun ketentuan dan syarat
berlaku. Yang paling krusial adalah, kau haru [pernah] aktif menjadi anggota
FLP cabang manapun. Sekali lagi, cek FLP cabang terdekat untuk berpartisipasi
di sana.
Sejatinya kita di FLP memiliki tiga pilar.
Mata rantai yang tak boleh lepas. Organisasi, keislaman, dan karya. Acara serta
berbagai agenda adalah cara kita berorganisasi. Pengumpulan tulisan, bedah
karya adalah eksistensi kita sebagai penulis. Wujud dari kelindan kata yang
harus kita tuangkan. Dalam puisi, narasi maupun nonfiksi. Dan keislaman adalah
ruh yang wajib ada dalam setiap pertemuan antar anggota dan perjumpaan ide yang
berwujud karya.
Maka dakwah pena adalah hal yang
semestinya dipegang oleh para pejuang literasi. Tidak hanya kita yang aktif
dalam FLP, namun bagi kita yang mengaku beragama Islam.
Nun. Demi pena dan apa yang mereka
tuliskan.
Menebar kebaikan. Berbagi hikmah di
setiap lini kehidupan.
Forum Lingkar Pena adalah istana
yang patut kita rawat bersama. Menghiasinya agar sentiasa indah berhiaskan
kata-kata. Tempat kita bercocok tanam kebaikan, hingga ia tumbuh menjadi
berlian yang senantiasa hidup di dalam hati pembaca. Karena menulis adalah
kerja untuk membangun peradaban. Bismillah, bersama FLP akan kita wujudkan!
Berakhir hamdalah, semoga segalanya muara pahala dan rida yang menghantarkan
kita menuju surga.
21 tahun berdiri, semoga FLP semakin
menginspirasi dan lebih banyak lagi berpartisipasi dalam mencerdaskan bangsa
dan membawa harum nama Islam sebagai agama kita.
Keterangan:
Tulisan ini diikutksertakan dalam lomba #miladFLP21 #kisahinspiratifFLP
Paragraf sebelum terakhir adalah padanan kata yang diparafrasekan dari
pidato Babe Rafif Amir, pada Muskerwil V di Ngawi, 25 Desember silam.
awal awal cerita ada yang bikin mrebes mili.. tapi ada senyum senyumnya gitu.. seruu.. pengen.. kayak embak embak semua.. yang tadi disebutin dalam cerita.. :-) ;-)
BalasHapusAda manis-manisnya gitu, nggak Dek?
HapusSemoga hal yang baik-baik yang menginspirasi π³
Salah satu rizki Allah ialah dengan memberikan kita lingkungan yang baik, penuh ilmu dan sejawat yang menjadi inspirasi untuk tak pernah berhenti berkarya. πππ
BalasHapusBener banget, Lia. Mereka yang selalu memberi support dan mengingatkan..
HapusMasyaaAllah.. Barakallah fiik. Super duper zuper kerennyo.. Cerita yg seruu. Lain kali semoga yg dari pamekasan bisa ke Jombang.. π·
BalasHapusAllah yubaarik fiiki, Trid. Haha, iya, ya. semoga bisa.
HapusEtapi kan, abi da tos ka bumi, Astrid. Eh, bukan perwakilan FLP sih waktu itu, hoho.
FLP penuh inspirasi.
BalasHapusSebelumnya kita pernah ketemu tidak ya mbk? Hehe..
Kalau belum salam kenal dari sayaπ
Sudah, mungkin, Mbak. Tapi kita nggak saling tukar kartu nama. Eh? haha.
HapusSemoga di lain waktu bisa jumpa ya, Mbak ^^
MasyaaAllah ... penuh inspirasi tulisanya :)
BalasHapusInspirasi buat nulis proyek 'spesial' itu yaa. Alhamdulillah. Gimana Nur sudah dapet berapa lembar nulis?
HapusKeren, FLP Pamekasan beruntung punya Shofia
BalasHapusSaya da cuma alien yang diselundupkan ke bumi, Mbak. Haha.
HapusSeru banget gabung FLP. Udah lama pengen gabung juga tapi belum kesampaian.
BalasHapusHayuk Mbak cek di link postingan saya, terkait FLP cabang terdekat. Paragraf pertama di sub-bab terakhir. Mungkin ada.
HapusSemoga Allah mudahkan ^^
Gaya bertutur sofi lewat kisah menurutku agak 'unik' ya. Meski di awal-awal agak mengkerut, dan smpt tanya pd diri sdr, apa ini ya gaya keninian itu? Hehehe...
BalasHapusSi Bunda nge-link ke #KidsZamanNow thea :D
HapusWah aku baru tau FLP ini.
BalasHapusBebi manis ya, jadi ngebayangin apa yang dia ceritain deh.
Mbak Indira juga boleh ikutan FLP. Yuk!
HapusHihi, iyaa. Si Bebi dengan gaya cadelnya.
Teruslah bentangkan sayapmu untuk memberikan keteduha pada literasi kehidupan.(nur z)
BalasHapusTinggalkan jejakmu yang indah di setiap napas kehidupan
Sukses mbak sofi
Aamiin ..πππ
Mbak Zaida juga. Sukses terus, Mbak Nuuur..
HapusIngetnya malah pas beli pentol, π
BalasHapusWkwkwk...
HapusPentol depan masjid bukan?
Eh, bukan ya. Wkwkwkwk.
Depan taman, eh depan masjid juga sih.. Hehe
HapusKontakmu di ponselku masih ada embel embel "FLP Bangkalan" bahkan... Ahaha
BalasHapusWkwkwk, belum move on :D
HapusDulu pas masih di Surabaya lumayan aktif di FLP, sampai bikin FLP Kids Surabaya. Sayang cuma satu angkatan. Pengurusnya kemudian ada yang nikah, kuliah, pindah keluar kota hehe. Pas pindah Jkt malah blm pernah samsek ikutan kegiatan FLP.
BalasHapusWah Bangkalan membernya banyak ya, sering kumpul2 sama yg di Sby jg kah?
FLP Surabaya makin kece, Mbak Pril. Iya suka ketemu kalau ada acara FLP JATIM. Terakhir, 28 Januari kemarin.
Hapushei hei.. my partner.. proud of you...
BalasHapuskeren sekali adek satu ini.. inspiratif...
baarokallahu fiik..
good luck! :)
Hola, Ibu KaDiv!
Hapus*lambai-lambai tangan dari jauh wkwkwk. Ups. Sungkem dulu.
Di Jambi FLP ini juga cukup terkenal, Mba. Tapi sayangnya saya nggak pd untuk ikutan. Disana isinya para penulis yang sudah nerbitin buku, bukan? saya mah penulis ecek-ecek yang hobi ngeblog aja :D
BalasHapusBenar. Banyak teman-teman FLP yang sudah menerhitkan buku.
HapusGapapa, Mbak ikutan aja ^^
Untuk menjadi besar dan memiliki dampak positif pada sekitar, kita tidak bisa SENDIRI. Seperti Musa As membutuhkan kehadiran Harun As. Sebagaimana keberhasilan dakwah Rasulullah dengan adanya dukungan para sahabat. Pun melayarkan Literasi Berkeadaban ini, kita tidak bisa menahkodainya sendiri. Apa jadinya jika surga hanya dihuni oleh kita seorang? Maka, terima kasih telah bergabung bersama FLP Pamekasan, Dek... Barakallahu :)
BalasHapusWhoaa.. komentar Mbak Nikmah bikin mbrebes mili. Bikin siang makin dingin dan gerimis T.T
HapusAllah yubaarik fiinaa, Mbak. Aamiin.
aku gak inget malah dek kalau hijabnya warna kurning. hehe...
BalasHapusWkwkwkwk...
HapusIku lho Mbak, tabir kain punyanya LDK di sekret. Macam tirai yang bisa digeser-geser. Kuning dan gede. Menggantung di tengah-tengah ruangan.
Pada jaman dahulu sebelum sekret direnovasi. Sekarang sudah nggak ada. Entah raib ke mana. Tergantikan tabir portabel dari kayu.
setiap baca tulisan nya mbak chop.. selalu ngebayangin.. ngerangkaian kata kata nya gimana ya.. π kok bisa sekeren gitu, aku aja kalo nulis, hapus , nulis, hapus, nulis, dan seterus nya π
BalasHapusBarakallahu fiik..
miss yuuuu mbak chop.. π
Allah yubaarik fiiki, Mbak Dil. Miss you, too
Hapus