Sebelum Lebaran Tiba
Ada yang spesial saat lebaran tiba. Ketiga adikku tinggal di asrama sekolah, aku sedang kuliah di kota lainnya. Sisanya, anak Ummi ada di rumah. Kami tujuh bersaurdara yang jadwal libur sekolahnya tak sama. Ya, karena status dan jenjangnya berbeda; SD, SMP, SMA dan kuliah. Belum lagi satunya di swasta, satunya di negeri. Pokoknya suka susah ngumpulinnya.
Then, when lebaran comes, otomatis itu hari spesial kita. Meski ada yang pulang pas lima hari sebelum lebaran*itu gue T.T Eva sudah pulang sebelum Ramadhan tiba. Nina pertengahan puasa. Diah seminggu mau lebaran dia sudah di rumah. Aku pulangnya terakhiran, huhu. Secara masih ada dua minggu UAS. Baru tahun ini ngabisin Ramadhan di kampus. Hampir sebulan pula*ngejerr :D
When all families gathered, it’s time to mudiiik. Yeay!
Yosh, Mudiik!
Tapi mudik kita mah biasa saja. Perjalanan cuma sejam dari rumah. Dan kita tak perlu berjejalan di transportasi publik karena kita mudiknya dijemput dan tak perlu acara macet. Apalagi memasuki wilayah Sumenep, kita akan dimanjakan dengan nyiur melambai di kanan-kiri. Dan sebelum itu kita akan melewati pemandangan laut. Jika mau sih bisa berhenti di Pantai Talang Siring atau vihara merah di dekatnya. Kapan-kapan mampir ah..
Tepatnya rumah nenek kami terletak di daerah Kapedi. Perjalanan menanjak dan menantang masuk sana. Mobil yang kami tumpangi sampe mundur-mundur. Bahasa Maduranya, Dhagha ngetek tako’ labu ka baba, artinya kita sampe dag-dig-dug takut jatuh ke bawah. Pasalnya kita mundur-mundur di tempat yang menanjak banget tahulah jalanan desa lebarya Cuma semeter-dua meter. Maka pantaslah kita tak berhenti komat-kamit saat itu. Indeed, kita dulu pernah mengalaminya.
Daan semuanya terbayar saat kami tiba di rumah Mbah dengan selamat. Alhamdulillah..
Touring ala Kapedi
Let’s Touring! Mari kita artikan touring di dengan bersilaturrahmi atau bisa juga dengan jalan-jalan. Di malam takbiran, kita sudah mulai tuh keliling. Salam-salaman sama keluarga yang masih satu desa. Malam itu rame banget. Selain karena takbir di masjid-masjid, ada langit yang ramai dihiasi kembang api. Meskipun dikata desa, kembang api yang diluncurkan gede-gede dan berwarna. Hmm, kebanyakan itu didapat dari pemudik dari kota-kota besar di Pulau Jawa.
Besoknya, tepat hari raya Idul Fitri kita mulai deh berkeliling ke rumah saudara yang lebih jauh. Dari Desa Sompor kita berjalan, menuju Mantaman, melewati Ju Bara’ dan terakhir Oro. Meskipun berjalan kaki, ternyata seru lho apalagi perginya bareng-bareng sama keluarga besar. Sambil berhenti sana-sini untuk fota-foti. Sayangnya semua foto pada hari itu musnah tak berbekas. Sorry, I can’t show you the pictures. Gomenne.
Nyebur ke Sungai
Hari ketiga kami sekeluarga sudah kembali ke Pamekasan. Dari rumah nenek di Sumenep kami langsung cuss ke rumah nenek yang di Pamekasan. Nah.. karena pas kita nyampe siang, eh, para anak-anak imut (baca: adik-adik) minta main ke sungai. Jadilah kita berangkat, marii.
Main di sungainya lumayan lama. Semuanya pada nyebur. Eh nggak semua sih soalnya ada yang jadi juru kamera, haha. Di sana kita malah main sambil diajari renang sama Ummi. Seru deh pokoknya. Sampe-sampe Dek Lubna yang baru beberapa tahun umurnya nggak mau naek. Terus dia bergaya nggak mau dilepas. Maunya renang sendiri. Hihi, aku tak tega lah. Aku biarkan ia berbaring di tangaku dan kecipak-kecipuklah ia di atas air.
Gratis! Kalo mau belajar renang, ke sungai di Samiran aja, haha.
Akalenjar ka Ghanding
Kejutan! Keeseokan harinya ada surprise kiita sekeluarga besar (baca: keluarga dari Ummi) pada mau jalan ke Ghanding, sebuah daerah di Kabupaten Sumenep. Total ada tujuh keluarga yang ikutan. Dengan bus kami pun melaju pada jam tujuh pagi.
Rute yang kami pakai bukan jalur biasanya. Kami ambil Pakong sebagai alternatif tercepat. Pakong adalah daerah pegunungan di bagian utara Kabupaten Pamekasan. Sepanjang kami disuguhi berbagai macam lahan pertanian dan bebukitan. Daan, brrrr. Lewat sana berasa dinginnya.
Bu’ Ipong, adalah saudara tertua Ummi yang masih hidup dan berkeluarga di Ghanding, Sumenep. Tahun ini beliau tidak merayakan hari raya di Pamekasan. That’s why kali ini kami menyambangi beliau. Tentu saja kami akan melakukannya dengan senang hati karena, banyak bonusnya!
Masuk daerah Ghanding, sudah terasa khasnya. Baling-baling angin di areal persawahan, gemericik air sungai dan arsitektur perumahan yang masih tradisional banget. Di Madura ada konsep yang namanya Taneyan Lanjhang. Rumah keluarga besar biasanya berjejer sehingga terlihatlah halaman yang memanjang. Di bagian barat rumah biasanya terdapat kobhung. Sawuh atau gazebo tradisional.
Kobhung ini dipakai untuk sholat keluarga. Dan terkadang banyak anak-anak tetangga ikut berkumpul dan belajar mengaji. Jika begitu fungsinya berubah menjadi langgar, tempat ibadah. Suatu ketika langgar akan menjadi semakin besar (berubah masjid) seiring banyaknya anak-anak belajar mengaji.
Sampai di rumah Bu’ Ipong para anak-anak imut langsung berganti baju dan nyebur ke sungai. Di sana bilangnya sok-sok. Dan para remajanya mengawasi dan sibuk fota-foti dan main kecipak-kecipuk air.
Main ke hutan dan beraksi fota-foti di sana. Ya, karena the big reason is kami tak membawa pakaian ganti rentan juga terlihat auratnya. Meski masih nuansa ber lebaran, masih ada segelintir orang yang lalu-lalang ke sawah. Dan tentunya menyebrangi sungai tempat kami mandi. Eits, rawat terliwat aurat juga. Malu ah.
It’s called as Silaturahmi [Pamekasan Touring]
Lebaran Idul Fitri di Sumenep dan Ketupat di Pamekasan. Yup, kalau di Madura begitu. Hari ketujuh Syawal, ada lebaran lagi yang namanya Ketupat. Tepat sekali, di hari spesial itu akan ada banyak aneka macam ketupat yang takkan kau temui di hari Idul Fitri. Lebaran Ketupat ini diadakan karena ada puasa sunnah yang dianjurkan selama enam hari pada waktu Syawal. Jadilah hari ketujuhnya ada perayaan tersebut.
Kami menyebutnya Tellasan Topa’. Masakan di hari ini lebih bervariasi dari Idul Fitri. Selain Soto Pamekasan, ada yang bikin gado-gado dan juga bakso. Itu sih mayoritasnya. Opor mah tak ada. Jarang sepertinya. Idul Fitri juga begitu.
Kalo di sini yang umum itu Soto Pamekasan. Umm, bedanya dengan Soto Madura apa yaa.. Topingnya mungkin. Terus kalo Soto Madura ada kacangnya. Jadi dalam satu mangkok kita potong-potong itu ketupat. Dan diberi toping di atasnya seperti bihun, suiran ayam, kentang goreng, telur ayam rebus yang dipotong memanjang, sambal dan kentang goreng. Kentang goreng berbetuk kotak tipis. Setelah semua siap, lalu siram dengan soto spesial. Tak lupa sertakan potongan ayam yang sukai. Mau bagian sayapp, paha atau kaki (ceker). Oia, tambahkan perasan jeruk nipis biar mantap.
Pagi hari diisi dengan tahlil atau pengajian di langgar dan masjid-masjid. Barulah hidangan tadi disuguhkan. Di sini juga masih ada tradisi ter-ater. Saling mengantarkan makanan ke tetangga. Selain rumah warga, langgar dan masjid menjadi tujuan utama hantaran makanan. Jadi kita bisa saking icip tuh masakan tetangga.
Kelar acara tersebut kita touring ke rumah saudara di rumah nenek. Salaman, icip kue dan kadang dihidangkan makanan berat juga. Daan, angpau tentunya. Yang kecil-kecil sih dikasi. Kita mah yang sudah gede nggak ikutan.
Di Sana, Air Terjun Samiran
Masih inget kan di dekat rumah nenek ada sungainya? Nah di ujung barat sananya, ada air terjun. Ke sanalah kita melanjutkan touring. Cuma yang seumuran sih. Para sepupu dari usia SMP sampai kuliah. Sebenarnya bukan air terjun. Itu hanya DAM. Hanya saja alirannya mirip air terjun. Jadi begitulah orang-orang menyebutnya. Kalo do Samiran terkenal dengan nama Daaman.
Daaman sedang dalam pembangunan besar-besaran. Pemerintah setempat akan mengubahnya menjadi wiasata yang lebih keren lagi. Sayangnya pohon-pohon cemara udang yang berjejer di utara sungai ikutan tertimbun proyek. Padahal tahun sebelumnya itu spot favorit kami. Tapi tak apalah, fota-foti tetap berjalan teruss.
Hayuk Ngarujak
Ba’da jelong-jelong dan fota-foti, kami lanjut touring dong. Kebetulan ada keluarga yang tinggal deket situ jadi weh kita mampir. Daan, selanjutnya ke rumah para sepupu. Dua rumah tujuan kami selanjutnya ada di Desa sebelah. Melewati jembatan besar dengan derasnya air sungai.
Ada yang spesial saat lebaran tiba. Ketiga adikku tinggal di asrama sekolah, aku sedang kuliah di kota lainnya. Sisanya, anak Ummi ada di rumah. Kami tujuh bersaurdara yang jadwal libur sekolahnya tak sama. Ya, karena status dan jenjangnya berbeda; SD, SMP, SMA dan kuliah. Belum lagi satunya di swasta, satunya di negeri. Pokoknya suka susah ngumpulinnya.
Then, when lebaran comes, otomatis itu hari spesial kita. Meski ada yang pulang pas lima hari sebelum lebaran*itu gue T.T Eva sudah pulang sebelum Ramadhan tiba. Nina pertengahan puasa. Diah seminggu mau lebaran dia sudah di rumah. Aku pulangnya terakhiran, huhu. Secara masih ada dua minggu UAS. Baru tahun ini ngabisin Ramadhan di kampus. Hampir sebulan pula*ngejerr :D
When all families gathered, it’s time to mudiiik. Yeay!
Yosh, Mudiik!
Nyiur Melambai |
Terombang-ambing |
Daan semuanya terbayar saat kami tiba di rumah Mbah dengan selamat. Alhamdulillah..
Touring ala Kapedi
Let’s Touring! Mari kita artikan touring di dengan bersilaturrahmi atau bisa juga dengan jalan-jalan. Di malam takbiran, kita sudah mulai tuh keliling. Salam-salaman sama keluarga yang masih satu desa. Malam itu rame banget. Selain karena takbir di masjid-masjid, ada langit yang ramai dihiasi kembang api. Meskipun dikata desa, kembang api yang diluncurkan gede-gede dan berwarna. Hmm, kebanyakan itu didapat dari pemudik dari kota-kota besar di Pulau Jawa.
Besoknya, tepat hari raya Idul Fitri kita mulai deh berkeliling ke rumah saudara yang lebih jauh. Dari Desa Sompor kita berjalan, menuju Mantaman, melewati Ju Bara’ dan terakhir Oro. Meskipun berjalan kaki, ternyata seru lho apalagi perginya bareng-bareng sama keluarga besar. Sambil berhenti sana-sini untuk fota-foti. Sayangnya semua foto pada hari itu musnah tak berbekas. Sorry, I can’t show you the pictures. Gomenne.
Nyebur ke Sungai
Hari ketiga kami sekeluarga sudah kembali ke Pamekasan. Dari rumah nenek di Sumenep kami langsung cuss ke rumah nenek yang di Pamekasan. Nah.. karena pas kita nyampe siang, eh, para anak-anak imut (baca: adik-adik) minta main ke sungai. Jadilah kita berangkat, marii.
Main di sungainya lumayan lama. Semuanya pada nyebur. Eh nggak semua sih soalnya ada yang jadi juru kamera, haha. Di sana kita malah main sambil diajari renang sama Ummi. Seru deh pokoknya. Sampe-sampe Dek Lubna yang baru beberapa tahun umurnya nggak mau naek. Terus dia bergaya nggak mau dilepas. Maunya renang sendiri. Hihi, aku tak tega lah. Aku biarkan ia berbaring di tangaku dan kecipak-kecipuklah ia di atas air.
Gratis! Kalo mau belajar renang, ke sungai di Samiran aja, haha.
Akalenjar ka Ghanding
Kejutan! Keeseokan harinya ada surprise kiita sekeluarga besar (baca: keluarga dari Ummi) pada mau jalan ke Ghanding, sebuah daerah di Kabupaten Sumenep. Total ada tujuh keluarga yang ikutan. Dengan bus kami pun melaju pada jam tujuh pagi.
Rute yang kami pakai bukan jalur biasanya. Kami ambil Pakong sebagai alternatif tercepat. Pakong adalah daerah pegunungan di bagian utara Kabupaten Pamekasan. Sepanjang kami disuguhi berbagai macam lahan pertanian dan bebukitan. Daan, brrrr. Lewat sana berasa dinginnya.
Up There |
Masuk daerah Ghanding, sudah terasa khasnya. Baling-baling angin di areal persawahan, gemericik air sungai dan arsitektur perumahan yang masih tradisional banget. Di Madura ada konsep yang namanya Taneyan Lanjhang. Rumah keluarga besar biasanya berjejer sehingga terlihatlah halaman yang memanjang. Di bagian barat rumah biasanya terdapat kobhung. Sawuh atau gazebo tradisional.
Biarkan Angin Menerpa |
Sampai di rumah Bu’ Ipong para anak-anak imut langsung berganti baju dan nyebur ke sungai. Di sana bilangnya sok-sok. Dan para remajanya mengawasi dan sibuk fota-foti dan main kecipak-kecipuk air.
Puas bermain air, kerlari ke hutan lalu belok ke pantai. Eh salah yaa. Kami pindah lokasi mencari spot keren untuk berfoto ria. Dan dibiarkan itu anak-anak berjemur di pantai mencari kerang. Eh maksudnya di sungai.
Main ke hutan dan beraksi fota-foti di sana. Ya, karena the big reason is kami tak membawa pakaian ganti rentan juga terlihat auratnya. Meski masih nuansa ber lebaran, masih ada segelintir orang yang lalu-lalang ke sawah. Dan tentunya menyebrangi sungai tempat kami mandi. Eits, rawat terliwat aurat juga. Malu ah.
It’s called as Silaturahmi [Pamekasan Touring]
Lebaran Idul Fitri di Sumenep dan Ketupat di Pamekasan. Yup, kalau di Madura begitu. Hari ketujuh Syawal, ada lebaran lagi yang namanya Ketupat. Tepat sekali, di hari spesial itu akan ada banyak aneka macam ketupat yang takkan kau temui di hari Idul Fitri. Lebaran Ketupat ini diadakan karena ada puasa sunnah yang dianjurkan selama enam hari pada waktu Syawal. Jadilah hari ketujuhnya ada perayaan tersebut.
Kami menyebutnya Tellasan Topa’. Masakan di hari ini lebih bervariasi dari Idul Fitri. Selain Soto Pamekasan, ada yang bikin gado-gado dan juga bakso. Itu sih mayoritasnya. Opor mah tak ada. Jarang sepertinya. Idul Fitri juga begitu.
Kalo di sini yang umum itu Soto Pamekasan. Umm, bedanya dengan Soto Madura apa yaa.. Topingnya mungkin. Terus kalo Soto Madura ada kacangnya. Jadi dalam satu mangkok kita potong-potong itu ketupat. Dan diberi toping di atasnya seperti bihun, suiran ayam, kentang goreng, telur ayam rebus yang dipotong memanjang, sambal dan kentang goreng. Kentang goreng berbetuk kotak tipis. Setelah semua siap, lalu siram dengan soto spesial. Tak lupa sertakan potongan ayam yang sukai. Mau bagian sayapp, paha atau kaki (ceker). Oia, tambahkan perasan jeruk nipis biar mantap.
Pagi hari diisi dengan tahlil atau pengajian di langgar dan masjid-masjid. Barulah hidangan tadi disuguhkan. Di sini juga masih ada tradisi ter-ater. Saling mengantarkan makanan ke tetangga. Selain rumah warga, langgar dan masjid menjadi tujuan utama hantaran makanan. Jadi kita bisa saking icip tuh masakan tetangga.
Kelar acara tersebut kita touring ke rumah saudara di rumah nenek. Salaman, icip kue dan kadang dihidangkan makanan berat juga. Daan, angpau tentunya. Yang kecil-kecil sih dikasi. Kita mah yang sudah gede nggak ikutan.
Di Sana, Air Terjun Samiran
Masih inget kan di dekat rumah nenek ada sungainya? Nah di ujung barat sananya, ada air terjun. Ke sanalah kita melanjutkan touring. Cuma yang seumuran sih. Para sepupu dari usia SMP sampai kuliah. Sebenarnya bukan air terjun. Itu hanya DAM. Hanya saja alirannya mirip air terjun. Jadi begitulah orang-orang menyebutnya. Kalo do Samiran terkenal dengan nama Daaman.
Falling Down |
Hayuk Ngarujak
Ba’da jelong-jelong dan fota-foti, kami lanjut touring dong. Kebetulan ada keluarga yang tinggal deket situ jadi weh kita mampir. Daan, selanjutnya ke rumah para sepupu. Dua rumah tujuan kami selanjutnya ada di Desa sebelah. Melewati jembatan besar dengan derasnya air sungai.
Say Peace! |
Ada barakah dengan jama’ah. Kami anak desa, maka tak terasa capek berjalan ber-kilokilo jauhnya. Yosh, ke Desa Bettet kami menuju. Berhenti di rumah Indah disuguhi bakso, ngabisin kue dan mampir sholat Dhuhur. Lanjut jalan melewati persawahan. Dan sambil sesekali fota-foti dong. Haha.
Di rumah Mbak Pipit kita disuguhi bakso lagi. Kali ini tentu saja tak pakai lontong. Hanya menikmati pentol-pentol. Haduh, itu perut sudah membledug rasanya. Eits, si tuan rumah malah ngajakin rujakan. Sambalnya ala Madura pastinya. Petis ikan dengan cabe berenang. Apa sih istilahnya. Ya gitu deh. Maka dengan potong mangga muda, timun dan bengkoang kita pun let’s go!
Tenaga yang didapat lumayan buat jalan lagi menuju rumah nenek. Melewati persawahan, sungai, hutan jati dan bambu. Sampai di tempat, tepar deh..
Haha, seru deh pastinya lebaran tahun ini. Idul Fitri maupun Tellasan Topa’nya. Apalagi touringnya. Setelah itu masih ada keseruan lainnya. Tellasan Topa’ ‘kan Rabu ya. Minggunya kita nobar KMGP dan jalan-jalan ke Gladhak Anyar. Masih dengan para sepupu kompak.
Sekarang, adikku sudah kembali ke sekolah.Sudah pada balik pondok, dan memulai aktivitas kuliah. Sepi lagi deh rumah. Semoga tahun depan bisa lebaran bareng lagi :*
Di rumah Mbak Pipit kita disuguhi bakso lagi. Kali ini tentu saja tak pakai lontong. Hanya menikmati pentol-pentol. Haduh, itu perut sudah membledug rasanya. Eits, si tuan rumah malah ngajakin rujakan. Sambalnya ala Madura pastinya. Petis ikan dengan cabe berenang. Apa sih istilahnya. Ya gitu deh. Maka dengan potong mangga muda, timun dan bengkoang kita pun let’s go!
Saat Kita Bersama |
Haha, seru deh pastinya lebaran tahun ini. Idul Fitri maupun Tellasan Topa’nya. Apalagi touringnya. Setelah itu masih ada keseruan lainnya. Tellasan Topa’ ‘kan Rabu ya. Minggunya kita nobar KMGP dan jalan-jalan ke Gladhak Anyar. Masih dengan para sepupu kompak.
Sekarang, adikku sudah kembali ke sekolah.Sudah pada balik pondok, dan memulai aktivitas kuliah. Sepi lagi deh rumah. Semoga tahun depan bisa lebaran bareng lagi :*
waah mandi di kali inget zaman masih kecil duluuu...seruuu
BalasHapusSeruu, Mbak. Apalagi beniiing, ijo :*
BalasHapusNyebur ke sungainya bikin pengen hehe
BalasHapuskeluargahamsa.com
Yuk, Mbak marii. Gratis :)
BalasHapusWah, orang Madura ya Mba? Lebaran kemarin Bulekku mudik dari Madura malah. Mereka di Bangkalan.
BalasHapusOiya salam kenal ya Mba, pertama kali berkunjung ke blognya nih^^
Kalo Bangkalan itu kabupaten di paling ujung barat Madura, Mbak
HapusSalam kenal juga. Terimakasih sudah berkunjung :)
Salam kenal ya mba.
BalasHapusSudah lama aku gak ke Madura, pasti skrg dah banyak perkembangannya.
Yuk ke Madura lagi, Mbak. Sekarang banyak wisata baru yang ditemukan dan didirikan.
HapusWah..cerita liburan lebarannya seru banget, ya..
BalasHapusSalam kenal, Mbak :)
Hu'umb.Salam kenal juga Mbak Nurul..
HapusWuih asyik, liburan sekaligus berpetualangan :)
BalasHapusIya, Mbak halan-halan menyusuri sungai dan hutan :)
HapusIya, Mbak halan-halan menyusuri sungai dan hutan :)
HapusCoppi the explorer~
BalasHapusEnaknya jalan-jalan pas hari raya.. Ii naaa.... *ngirimulu
Ii deshita! Hayuk, Mia nanti kita agendakan mun akalenjara..
HapusHallo, mbaa.
BalasHapusLihat kali bening gitu, jadi ingat dulu sering berenag di sungai mba. Tapi berenangnya di sungai di Ambon :)
Hihi, yang penting mah kecipak-kecipuk dan main air :D
HapusPenasaran sama gladhek anyar it dek. Biasany sama tmen2 ngumpul di tamah asri Kowel
BalasHapusCuma lima menit, Mbak dari rumah*naik motor tapi :D Ayo kalo mau ke sini bisa ketemuan. Gratis, Mbak nggak kayak SPM :D
HapusTaman Asri baru denger, Mbak. Cus gugling deh abis ini. Oia, di Kowel sempet rame ada air terjun Dhurbugan namanya
HapusSenangnya ya bisa mudik plus refreshing...
BalasHapusItu dia. Biar sekali dayung dua pulau terlampaui..
BalasHapusLangsung keinget masa kecilku, suka nyebur ke sungai...ahh serunya kalo bisa mengulangi nyebur ke sungai lagi :)
BalasHapusAyo, Mbak tapi cari yang bening :)
BalasHapusserunya liburan kali ini... kayaknya pemerintah perlu mengatur lebih banyak jadwal libur ya mbak... #ngarep
BalasHapusAnggap saja setiap hari libur, Mbak, hihi. Tapi buat abdi negara yang liburnya sehari-dua hari, spertinya memang perlu, Mbak Ira.
BalasHapus