Lia nikah. Yeay! Lia Kaulina Suci Ning Tyas, nama lengkapnya. Temen sekelas mulai esempe sampai esema. Yes, kita dah enam taon bareng terus. Jadi bayangin ajah deketnya gimana. Apalagi Lia yang nikahnya Ahad, 3 September 2017 ini adalah temen setasmi'. Temen sekonsulat. Temen tha'-tha'a di ma'had :p Dan kita juga sering sekamar di asrama MTA.
MTA kita ini bukan nama harakah, tapi ma'had. MTA kepanjangan dari Ma'had Tahfidz Al-Quran. Pondok di bawah naungan Yayasan Al-Amien Prenduan, Sumenep. Sering dibilang cabangnya Gontor karena sistemnya mirip. Bisa dibilang iya. Karena Ny. Anisah Fathimah Zarkasyi, pengasuh putri adalah saudara kandung pengasuh Gontor.
Nah sohib kita yang satu ini nikahnya sama Uda Lukman dari Jambi. Wah, jauuh yaa. Kudu nyebrang laut berkali-kali dari Madura. Lia juga seneng nulis lho. Kekatanya touched sangat. Dulu di ma'had kita suka berkolaborasi bikin puisi.
Kalau kemaren yang di Bandung, itu Teh Lia, Nuzlia Fitriani Hapsari. Nikahnya sama A Riyan. Prosesinya juga kutulis
di sini. Jadi inget serial Bandung yang memanggil-manggil minta dipublikasikan. Sabar atuh yaa :D
Alhamdulillah, satu lagi karib menyusul. Menggenapkan separuh agamanya. Lia nikaah, guys.
Jam lapan aku baru sampai di lokasi. Maunya sih berangkat jam enam tapi kadoku belum rampung. Semalem, dah bikin printilannya tapi kepala pusing minta tidur. Jadi kotak kadonya yang belum selesai. Baru kulanjutkan paginya. Karena baru pertama kali DIY, bikin kotak sendiri, nggak nyangka buatnya sampai memakan waktu berjam-jam. Alamak.
Sampai di tempat, aku disergap galau. Antara mau langsung ke masjid atau ke rumah Lia dulu. Soalnya panggungnya di pelataran masjid. Dan beberapa orang sudah terlihat di sana.
Namanya temen, aku pengennya nengokin calon pengantin wanita. Tapi si Robie, yang kemaren sudah curang datang duluan tidak menampakkan batang hidungnya. Yang banyak batang pohon malah :D
Iya, dia juga temen sekelas. Dia mah gitu, curang. Nggak ngajak-ngajak mau nginep di Lia :p Tau gitu kan aku ikutan. Biar chit-chatnya bisa rada lamaan. Sebelum Lia berubah status. Jadi istri orang, haha.
Eh, ada Robie tuh lagi bareng sama temen-temen Jogja. Aku samperin sambil cipika-cipiki, peluk-peluk. Kita terakhir ketemu di mantennya Aik, Mei lalu. Tapi teteup aja kangen. Kan-kan? *betul, betul, betul.
Nah, kalau Robie ini sudah enam tahun di ma'had, di Jogjanya juga temen sekelas Lia. Jurusan KKI [Komunikasi Konseling Islam] di UMY. Tuuh dia mah curang mulu. Sekarang malah Robie sama Lia juga sama-sama ngelanjutin S2 di Jogja. Curang! Lagi. Lia di jurusan Psikologi Sains UAD dan Robie...
Eh, ternyata Robie ngelanjutin IAIN Jember. Jurusannya Surabaya-Bandung! :D Kata Robie linear. Ambil KPI juga. Hmm, tepatnyaa... kurang tau. Nanti aku konfirmasi lagi terus update postingan di sini. *macam konferensi pers, hoho.
Nggak jadi bilang curang lagi :p
Setelah ini kerudungku pasti diuyel-uyel sama Robie karena sudah nulis kata curang di postingan ini sampai lima kali. Tapi dia kan sudah balik ke Jember. Jadi nggak bisa balas dendam. Etapi bisa aja via dunia virtual. Haha.
Abis salaman sama Robie aku directly ketemu Lia di dalem rumah. Dia sibuk didandanin. Belum kelar. Mahkota dan printilannya masih tergeletak tak berdaya di sampingnya. MUA Lia masih nyuekin gitu. Padahal mereka sudah berteriak, "Aku kapan dipasang?!" Haha.
Lia nunjukin keberadaan dua temen ma'had lainnya. Ina dan Ncho yang ternyata sudak nge-hack kamar pengantin duluan. Apa? Tidak! *dan layar berganti hitam :D
Ketemu mereka berdua, rasanya seneeeng. Sampe aku peluk-peluk. Kangeeennn pake banget. Aku meluknya sampe berkali-kali saking girangnya. TLBK, gitu lho. Temen lama bertemu kembali, hoho.
Lien juga dateng, pemirsah. Kita peluk-peluk juga. Kangen.
"Duh, berapa tahun kita nggak ketemu yaa?" Robie paling lama meluknya. Kayanya tahun 2012 terakhir ketemu ya, Bie?
Begitulah. Nikahan temen itu kayak jadi ajang reuni. Ngumpul bareng temen-temen yang jarang ketemu. Selepas SMA, semuanya kuliah di berbagai penjuru Indonesia. Nah, nikahan ini saatnya kita gathering berbagi cerita.
"Asal kalau mau nikah ngabarinnya jauh-jauh hari. Kalau perlu dua bulan sebelumnya," itu wejangan si Aik. Biar bisa mesen tiket pesawat ya, Ik. Okedeh. Bukan, katanya Aik biar bisa ijin. Soalnya dia kerja di rumah sakit. Oh gitu. Siap, Chief!
Aik dateng pas kita sudah di masjid. Jalannya pincang. Innalillah dia abis kecelakaan semalem. Lututnya diperban. Tangan dan mukanya luka-luka. Tapi berhasil tertutupi oleh make-up. Kejadiannya di tengah perjalanan dari Malang-Madura. Di Talang, Pamekasan tepatnya.
"Padahal malam itu jalanan sepi. Alhamdulillah-nya pas kejadian banyak orang yang nolongin. Hape jatuh dan batrenya yang berhamburan entah ke mana juga dicariin," begitu kira-kira Aik bercerita.
Alhamdulillah, Ik. Katanya Ustadz Abdullah, bibarakatil Qur'an. Kata beliau, orang hapal Al-Qur'an nggak bakal ditelantarin. Insya Allah! Karena sabda Nabi juga, adalah mereka, keluaga Allah di bumi, para penghafal kalamNya. Alhamdulillah bini'matillah tatimmus shaalihaat.
Meski keadaannya begitu Aik dateng juga. Apa sih yang nggaak demi Lia. *salam unch-unch katanya. Kata siapa? Kata admin awardee elpedepeh 2017 :D
Bis-syifaa', Ik. Syafakillah. Allahu yasfii, Aik :*
Setelah mondar-mandir ke sana kemari dan pepotoan sama calon pengantin, kita cus menuju masjid. Duduk di terasnya siap menguping prosesi akad.
Di masjid kita ketemu Kak Jeki. Sama. Temen ma'had. Tepatnya kakak kelas kita. Temen kerja Lia di Jojga. Berangkat bareng rombongan Jogja. Oh iya, Uda Lukman juga temen kerja Lia. Si Pak Ustadz, katanya.
Pas Aik dateng, makin banyak deh anggota reuni kita. Siap selfie-groufie, hihi anak jaman sekarang ya. Lumayan buat oleh-oleh dan kangen-kangenan nanti.
"Meminta kesaksiannya..," terdengar suara MC dari dalam masjid. Kita yang sibuk bernostalgia langsung pasang telinga. Dan sederat ayat baper nan mengiris hati juga terlantun beberapa kali.
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Ah, Lia bentar lagi halal nih ><
"Bimahri madzkuur....," ucap si Uda mantap. Bener, tanpa sedikit pun grogi. Tanpa typo. Ah, tiba-tiba udah kelar aja.
"Saaah," koor para tetamu laki di dalam masjid dengan suara baritonnya.
"E.. ada yang bawa tisu, nggak?" Aik langsung nangis. Kita geleng-geleng, "Ah, nggak cewek nih."
"Shallallaah 'alaa Muhammad, shallallah 'alaihi wa sallim..," shalawat membahana kemudian. Mengiringi pengantin pria yang berjalan menjemput Lia di kamar pengantin. Menyusul di belakangnya Bapak dan beberapa orang lelaki paruh baya membawa buku nikah dan mas kawin buat Lia. Sepertinya salah satu dari mereka, ada penghulu. Pastinya.
Beberapa saat setelahnya ada proklamasi yang menyatakan berdua sah menikah. They are halal couple now. Proklamasinya macam dibaca waktu Agustusan itu. Kudengar ada kata 'dengan ini menyatakan' dan 'dengan tempo sesingkat-singkat'nya. Si Lia meuni lucu. Sepertinya ini idenya dia, haha. Sebentar aku ambil dulu di postingan IG Lia.
Naah, ini dia!
PROKLAMASI
Kami djomblo dan djomblowati dengan ini menjatakan kemerdekaan status djomblo.
Hal-hal yang mengenai akad pernikahan dll, diselenggarakan dengan tjaca seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya.
Sebagai informasi, suami Lia alumni Mesir lho. Tepatnya jurusan Syariah Islmiyah, Fakultas Syariah wal Qanun Al-Azhar, Kairo. Temennya Ny. Syifa, anaknya Ny. Anisah. Pantes pas masih didandan Lia nanyain, "Ny. Syifa sudah dateng belum?"
Kairo, macam Ust. Hannan Attaki, ya. Pasti deh hafal Qur'an juga. Biasanya kalau kuliah di Timur Tengah gitu kan suka ada persyaratan hafidz. Lia-nya juga alhamdulillah sudah hafal 30 juz. Dulu pas wisuda kelulusan emsema dia dapet penghargaan The Best Qur'an.
Selain itu si Uda juga editor majalah dan fotografer handal. Dan dapat dipastikan foto cantik Lia di IG, adalah sederet karya dia. Klop lha.
Entah kenapa aku jadi ingat percakapan ini. Tepat setahun lalu.
"Lia, kalo kamu piye, kalau ada lelaki sholeh datang menawarkan diri? Orangnya kamil [hafal 30 juz] pula dan akhlaknya jangan ditanya," tanyaku iseng.
"Datangi orangtuaku... Dia lolos seleksi dari aku, tinggal tahap selanjutnya seleksi ortu. Haha," gitu jawaban Lia. Alhamdulillah sekarang terwujud yaa. Insya Allah! Semoga sehidup-sesurga, Lia. Jadi keluarga penghafal Al-Qur'an yang cahayanya benderang menerangi sekitar.*sun peluk dari jauh :*
Oia, pas prosesi nikahan Lia juga live di IG lho. Dari sebelum akad sampai naik ke pelaminan. Reporternya rahasia. Jangan tanya aku. Nanti aku dijitak Robie. Eh? :D
Kemudian Finda, si artis kita datang bareng Mama. Sanah Hilwah, Ma :* Dia minta jemput di tangga masjid. Ah macam pangeran saja aku nih. Menuntun dia turun dari highheels-nya sambil naik takhta :D Tak doain, kamu juga halal soon ya, Nda. Sama imam masa depan, partner menuju ke surga. Aamiin.
Dan Finda bergabung sama kita di serambi masjid. Bercengkrama hingga matahari bersinar. Terus kita kipas-kipas kepanasan.
"Madura tambah panas, ya," kata Kak Jeki. Hihi, sekarang emang lagi kemarau, Kak. Saya sirem halaman biar adem, etapi nggak sampe 15 menit dia udah kering lagi :D
Alhamdulillah 'ala kulli hal ^^
Karena Lia sudah naik ke pelaminan, kita ikutan antre buat pota-poti. Para tamu kebanyakan lagi makan. Jadi antriannya nggak terlalu panjang. Sambil menunggu, kita berbaris rapi.
Pada mau ngapain? Pasalnya yang lain duduk-duduk di tangga. Cuma kita aja berdiri cantik. Tau nggak apa pasal? Mau salaman sama rombongan guru dari ma'had yang juga turut diundang. Kangen.
"Nyai inget nggak sama saya?" Kak Jeki berharap jawabannya 'iya' sambil tersenyum secantik mungkin.
"Inget lha. Tapi lupa namanya siapa." Kontan kita ketawa, haha.
Etapi pas giliran Ny. Aisyah, beliau sebutin nama kita satu-satu! Yeay! Alhamdulillah ya, padahal kita sudah enam tahun lulus dari pondok.
"Seneng banget tau bisa ketemu, Nyai-Nyai!" girang Lien sambil balik duduk di teras. Ngantri lagi.
"Iya, sama! Aku sampe salaman tiga kali; pas baris di situ, di sana sama waktu di gerbang," sambung Aik. Meski panas-panas ditemenin juga Nyai-Nyai sampai mobil.
Aaah, kangen belajar Tarbiyah sama Ny. Anis. Belajar Nahwu sama Ny. Aisyah. Belajar hadits, fiqh sama Ny. Atiqoh. Beliau sumber ilmu. Pengen halaqah sama beliau-beliau jadinya.
Karena beberapa sudah berfoto ria kita maju deh mengisi kekosongan. Ruang kosong. Cek teori indeterminasi-nya Wolfgang Iser. Haha, itu mah skripsiku :p
Lien pamit pulang. Ina sama Ncho juga duluan. Mau pergi ke acara resepsi Wina. Menyusul Kak Jeki yang katanya may sowan ke pondok sekalian studi banding sama rombongan guru SDIT dari Jogja.
Madura tambah terik karena sudah mendekati dzuhur. Aik ditinggal suaminya, tapi pulangnya bareng Finda. Kasian dia kan luka-luka. Biar duduk enak di mobil ajah. Robie nganter, aku ngikut. Ngekor di belakang Robie. Di mobil, mamanya Finda sudah menunggu sama papanya.
Ramenya berkurang. Tamu-tamu juga banyak yang pulang. Tinggal temen-temen sejurusan Lia. Mereka masih poto-poto di pelaminan. Aku nungguin Robie kelar.
Sepi kemudian. Aku pamit kemudian. Salim Robie. Peluk lagi.
"Ih kok aku jadi pengen nangis," itu Robie yang bilang. Bikin bening di mata turut menghangatkan pipi. Atuh Robie da.
Dan haru pun menyeruak.
"Nanti kita ketemu lagi," katanya sambil berjalan ke luar pelataran masjid. Atuh kapan. Robie mah abis ini balik kuliah. Dia rumahnya di Jember. Jarang juga main ke Madura.
Meuni, aku jadi beneran nangis.
"Sana pamit Lia dulu," sarannya. Si Lia lagi sesi foto khusus berdua sama misua.
Duh. Terpaksa dengan mata sembab aku menghampirinya. Menuruti perkataan Robie. Maafkeun aku mengganggu pemotretan kalian.
"Li, aku pulang ya," pamitku sambil meluk. Duh nangis lagi. Udah kebawa suasana.
Nggak tau deh kapan kita ketemu lagi. Lia juga bakal balik Jogja lanjutin pascasarjana-nya. Kayaknya tinggal setahun lagi. Suaminya orang Jambi. Kalau diboyong ke sana. Kita bakal jarang ngumpul lagi. Aaaah..
Aku balik ke depan rumah sambil menyeka air mata dengan ujung kerudung. Tisu, mana tisuuu. Ah, nggak cewek nih. Aku duduk di beranda. Sama Robie juga. Robie yang manis, yang sholehah, yang kamiil, yang ramah. Nganter Finda sama Aik ke mobil, nemenin aku duduk nungguin Abi. Robie, makasih ya. Jazakillah khair :*
Semoga imammu kelak adalah pria terbaik dengan akhlak yang tak kalah baik. Dia yang kelak menjadi partner asik buat barengan berangkat ke surga. Yang kaamil, biar kalian juga jadi keluarga qurani. Seperti nasihat Ny. Sumi pas kita, Zies ngumpul ngerujak bakdabak di rumah beliau. "Eman Qur'annya kalau kalian nggak dapet yang hafidz."
Kita mah cuma bisa saling do'a yaa. Sisanya Allah yang menentukan. Do'a yang sama buat Finda dan mentemen yang lain. Kayanya abis ini Finda. Selamat revisian, Nda..
Dan setelahnya sepi membungkus kami. Pun jalanan telah lama ditinggal orang-orang. Bersama Abi aku pulang ke rumah. Dengan disergap gigil dan gerimis. *kalau Lia sudah baca suratnya, ketemu kata ini lagi
*ditulis di perjalanan dari Lia ke rumah dalam pikiran. Rampung dan direalisasikan di Nyalabu Daja sambil berhuha kepedesan makan basreng oleh-oleh dari Bandung. Bandung? Cus nengokin draft tulisan yang belum rampung.