Baper alias bawa perasaan di Kebun Begonia memang hanya bikin potek hati. Tapi kalau kamu sudah baca postingan sebelumnya pasti ngerti alasannya kenapa.
Atmosfer baper-nya sudah dimulai sejak perjalanan menuju Kebun Begonia yang terletak di Lembang Bandung. Perasaan itu nggak mesti 'nyes' meleleh melted gitu kan. Kesel, sabar juga bagian dari perasaan bukan? :D
Ada nih satu ayat dari Al-Qur'an tentang perasaan:
"Tidak! Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati."
[Al-Baqarah: 21]
Allah so sweet banget yaa. Ayat ini motivated dan bener-bener bikin melted.
However, menurutku perasaan itu, just like an emotion.
Film Inside Out membagi emosi menjadi lima. Senang, sedih, jijik, takut dan marah.
Tak seperti Madura yang adem ayeum jalannya. Nggak pernah macet karena memang kendaraannya tak sebanyak di kota-kota besar. Cuaca di pulau garam panas karena dikelilingi lautan asin.
Meski kita sudah berusaha berangkat sepagi mungkin, tetap saja jalanan padat merayap. Ditambah panasnya polusi. Bandung aslinya dingin tapi karena banyak kendaraan jadi begitu.
Dan di jalan, si Mat sempat mati beberapa kali. Haha, nano kan rasanya.
Menurut Paman Gugel Map jarak yang ditempuh dari Soreang ke Lembang adalah 38 KM dari rumah Teh Lia. Katanya lagi, itu membutuhkan waktu satu setengah jam. Tapi dengan kemacetan yang kita alami di jalanan, it takes more long time.
Haha. Sabar. Orang sabar makin disayang sama Allah.
Untungnya Kota Kembang ramah-ramah penduduknya. Sabarnya kelihatan. Kalau di Surabaya, ada* orang berhenti sembarangan, dia pasti kena marah. Klakson siap jadi parade musik yang memekakkan telinga.
Hihi, maafkan yang antri di belakang si Mat kurang pemanasan.
Alhamdulillah memasuki daerah UPI kemudian Lembang kemacetan mereda. Memasuki kawasan Lembang, cuaca mulai sejuk . Bandung mulai menunjukkan wajah aslinya. Eh, tiba-tiba kita sudah sampe aja.
Alhamdulillah, yeay! Akhirnya! The long journey pays us.
Karena waktu sudah memasuki zuhur, kita memutusku salat dulu. Tempat wudu dan toiletnya cantik nan asri. Hijau, adem dan penuh bunga-bunga.
Musalla di Begonia ini juga bikin 'nyes' baper. Ia didirikan menyerupai tenda. Dan, itu lhoo penanda, pemisahnya. Ditulis dengan kata 'ikhwan' dan 'akhwat.' Tabarakallah, pengelolanya ngerti ya.
Bagiku pemilihan dua kata itu mengandung makna psikologis. Karena pakai bahasa Arab, kesan Islamnya jadi dapet. Liannal 'arabiyah, lughatul jannah, lughatul quran. Bahasa yang dipakai ketika kita sholat dan ngaji.
Pun dua kata ini akrab banget di telinga para ADK. Jadi rasanya nyes sekali.
"Nanti konsumsi akhwat-nya lansung ambil di teras masjid yaa."
"PDD ikhwan fokus merekam materi kajian. Kalo akhwat-nya ambil gambar."
Semacam itu.
Sebelum pergi ke loket, kita sempat foto-foto di sekitar musalla dan pintu masuk. Abis, bunganya cantik-cantik. Spotnya bikin kamera yang masih full baterai ingin jepret sana-sini.
Asa eman ajah kalau dilewati. Jadi mari kita kemon.
 |
Beli tiket dulu.. |
Puas pota-poti di sana kita cus langsung ke tiket. Bayarnya sepuluh rebu per-orang. Kalo mau bawa DSLR tambah lima puluh ribu lagi. Khusus untuk foto pre-wedding kena Rp 250.000 dan nambah seratus per jamnya kalo prewed-nya lebih dari dua jam.
Hua, baper lagi liat duit. Nggak jadi pakai DSLR deh, padahal A Riyan suami Teh Lia bawa. Uang bayarnya bisa beli spatula dua porsi per orang, satu rombongan. Nanti deh aku ceritain tentang spatula ini. Kapan-kapan, haha. Ingetin yaa.
Kita serombongan ada tujuh orang. Rombongan dari Madura empat. Yasmin, sepupu Teh Lia yang namanya sama dengan kosan kita. Teh Lia sama A Riyan, sang suami. Iya, kita ke sana dengan pasangan halal. Yang nikahnya dua hari sebelum kita go ke sana.
Tiket dapet, kita masuk lokasi. Hamparan bebungaan langsung memanjakan mata. Areanya tak terlalu luas. Namun lumayan. Bunga merah begonia yang pertama kali tertangkap lensaku. Bunga yang menjadi cikal bakal penamaan kebun ini.
 |
Hamparan Bunga |
Banyak mainan masa kecil seperti ayunan dan jungkat-jungkit. Main di situ sebentar sambil merehatkan badan dari polusi dan macet.
Hamparan bebungaan lainnya kemudian lebih menarik perhatian. Kumpulan krisan di sana. Mawar-mawar di situ. Aku kegirangan. Hayuu kita kenalan sama mereka.
Di tiap bunga ada papan informasinya. Itu bunga apa, nama ilmiahnya apa. Jadi kalo kamu belum kenal sama bunganya bisa ta'arufan di sana. Sambil jepret keindahannya. Bisa buat setor foto tema-temaan di Instagram tuh.
Mbak Yul cuma geleng-geleng aja lihat aku yang lincah gerak ke sana- ke mari. Haha.
Di Kebun Begonia ini juga banyak artificial spot-nya. Macam tempat wisata kekinian itu.
"Ah, tempat wisata sekarang mah cuma bagus spot fotonya ajah. Pemandangannya kurang," komentar adikku. Umm, iya sih kebanyakan begitu. Pantai penuh hiasan papan-papan. Payung-payung juga ayunan.
Tapi nggak ada salahnya juga untuk menarik wisatawan. Kebun Begonia sendiri baru dua tahun usianya #cmiiw. Jadi tanamannya belum terlalu rimbun. Menurut Teh Lia, Begonia yang sekarang sudah tambah luas, dibandingkan sebelumnya waktu datang ke sini.
Dan rombongan akhwat Yasmin Alhamdulillah menikmati kebun bunga Begonia, Lembang Bandung. Bunga-nya cantik spot-nya keren-keren. Kita kelilingi tuh semua areanya.
 |
Halal Couple |
Ehem! Karena di antara kita ada pengantin baru, jadi weh mereka the only one, objek foto kita. Sekalian post-wedding. Kan dah halal tuh pegang-pegangan, tatap-tatapan. Kita, jadi fotografer dadakan. Macam tahu bulat :p
Kitanya iseng, mereka-nya malu-malu. Khas pengantin baru yaa ^^
Ada mobil penuh bunga, kita ajak si halal
couple. Kereta kencana Cinderella. Bangku di tengah-tengah taman. Rumah, beranda berbunga-bunga pun menjadi setting selanjutnya. Kita foto mereka berdua dari berbagai sudut. Mencari
angle terbaik.
 |
Just Two of Us |
Hayo, dilarang baper :p
Sudah, nikah saja sana!
"Sama siapa, Dek?" Kesian amat yak. Amat aja nggak kasihan sama kita :D
Tapi sebenarnya yang paling bikin baper adalah bukan karena mereka berdua yang sudah halal bergandengan tangan. Melainkan kita yang sudah lulus kuliah. Nggak lagi di Yasmin. Nggak lagi hafalan bareng. Saling bangunin tahajud. Halaqah bareng. Kajian bareng.
Harapannya. Kita yang sudah nggak bareng ini dipertemukan dengan lingkaran-lingkaran ukhuwah yang nggak kalah seru. Teman-teman yang selalu mengingatkan kita pada Allah. Bahwa dunia hanya sementara. Dan kalau ingin kumpul lagi di surga. Kita kudu berlomba raih banyak-banyak pahala.
Yuk! Yasmin, persaksikan kelak kita pernah bersama. Tak hanya di Paris van Java..
Kita tiga jam apa lima jam ya, di sana? Lupa! Tapi berjam-jam memang. Hoho.
Yang pasti, beres keliling kebun bunganya kita cus keluar. Ke parkiran dan makan bekal bentar di sana, cause masuk area Kebun Begonia-nya nggak boleh bawa makanan. Banyak pedagang asongan juga sih di luar. Selain souvenir, kebanyakan jual beri. Mbak Dil beli stroberi dan arbei yang kita nikmati bareng di parkiran.
Eh, kayaknya di Kebun Begonia nggak sampai lima jam. Soalnya dari sana kita masih pergi ke Floating Market. Tempatnya masih di Lembang, jadi sayang kalau mau dilewatin. Sekalian.
Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Mari kita berangkat ke Floating Market. Brrrm, brrrmmm...
"Karcisnya neng, dua rebu," kata si mang parkir. Ups!
Kalo nggak salah sih harganya segitu, hoho..