Sore itu aku melewati jalan, di tepian pantai. Di langitnya, beberapa layang-layang sedang terbang. Bunyi ngiang-ngiung tampak berkejaran di ekornya yang tertiup angin. Khas layang-layang goang.
Percikan saga seketika berubah di benakku menjadi langit Palestina. Tak serupa layang-layang goang lagi. Ia adalah deru berisik drone bercampur jet-jet tak mengenal waktu tempur. Dentuman rudal dan bom bisa kapan saja jatuh mengenai rumah, sekolah atau kepala manusia.
Pun di malam yang biasa terhias kilau cantik planet-planet yang terlihat di kejauhan. Mana ada!
Asap-asap merebak di langitnya diiringi darah segar yang tak henti mengucur. Lalu satu-satu bangunan itu roboh, runtuh dengan ribuan tubuh tertimbun. Penjajah telah merebut segala hak hidup Al-Quds.
__
Di jalan sebuah desa, aku melihat anak-anak bermain dengan girangnya. Tampilan visual di hadapanku berubah menjadi jajaran anak-anak surga.
Keberanian tanpa ada rasa takut. Lengannya tertulis indah nama mereka. Agar saat syahid datang semua orang mudah mengidentifikasi diri. Permainan mereka adalah tandu yang mengangkut saudaranya syahid. Tasnya berisikan, potong anggota badannya yang sudah lebih dahulu pamit.
Jika dunia mengalami mental health gegara kerumitan hidup yang porak-poranda hingga tak mampu berbuat apa-apa dan meratapi nasib yang tampak sia-sia. Lihatlah anak itu sekuat apa jiwanya hingga begitu tegar mencari, mengambil, memeluk saudaranya yang telah berpuing-puing?
___
Makan malam sebelumnya mereka tampak bersama. Di meja itu, ia masih bersama ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya. Besoknya anak kecil itu sendiri. Menghadapi dunia dengan dua kaki. Matanya membulat. Rasanya hitam pekat hingga tak mampu membuat reaksi. Habis sudah semua narasim Tangan dan lututnya bergetar. Tak bisa menerka apa yang akan terjadi nanti.
Allah. Allah. Allah.
Kita milik-Mu. Anak-anak, para pejuang di Al-Aqsha juga dalam genggaman-Mu.
Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'un.
Kita dan mereka semua milik Allah dan kepada-Nya kita kembali.
Dengan izin-Nya, takkan habis kata-kata tersemat untuk Palestina, karena ia kiblat umat yang pertama. Tak pernah kering rasanya air mata; mendengar, menyaksikan pembantaian di negeri Al-Aqsha tercinta.
Kita, sebagai manusia yang memiliki hati nurani, takkan diam saja, 'kan?
Ada yang bisa kita perjuangkan, bukan?
Ada, kan?
Ada yang sedang..
______________
#kitabersuara #westandwithpalestine #freepalestine
#flppamekasanpedulipalestine @flppamekasan #flppamekasan #WritingChallege2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar