Liburan Ceria bersama Kelas Menulis Cahaya |
Liburan Ceria bersama Kelas Menulis Cahaya, tema acara kami, FLP Pamekasan. Acara ini, Insya Allah akan menjadi program rutinan kami. Mengingat antuasiasnya para peserta. Menimbang orang tua yang senang anak-anaknya belajar mencintai literasi. Dan kami memutuskan.. uups, efek muktamar alias musyawarah akhir tahun yang nuansanya masih terasa.
Hoho, PK, PK!
(read: Peninjauan Kembali bukan Pelatihan Keberangkatan
semoga aja aku tahun depan, aamiin)
Kelas Menulis Cahaya berlangsung selama lima hari. Dimulai
dari hari Selasa (26/12) hingga Sabtu (30/12). Tepatnya keesokan hari setelah
Musyawarah V FLP JATIM berakhir.
Kelas Komik
Senin (25/12) sore, kami menculik Kak Zaky, anggota FLP
Jombang langsung dari Musywil V. Komikus nasional yang akan mengajari para
peserta Kelas Menulis Cahaya dalam dua hari berikutnya. Tenang, penculikan ini
sangat rapi terencana karena dua minggu sebelumnya, Kak Zaky sudah kami
beritahu prosedurnya gimana. Eh.
Berbiru-biru kami memulai hari pertama (26/12). Peserta dan
panitia kompak memakai warna dengan nuansa yang senada. Memang jadwalnya sih,
haha.
Hari pertama kami belajar komik, panitia dan peserta membuat
kesepakatan kelas. Apa yang boleh dan yang dilarang. Seru! Mereka menentukan
sendiri peraturannya.
"Kak, harus menutup aurat," usul seorang peserta.
"Boleh makan," timpal yang lainnya.
"Nggak boleh rame."
Begitulah hingga kesepakatan tercipta di saung lebar.
Tepatnya di Sekolah Alam Excellentia, Pamekasan. Sekolah dan berada dalam satu
halaman rumah Sang Bupati. Aku baru ngeh waktu hari H, malah.
Di hari pertama ini Kak Zaky mengajak para peserta untuk
lebih peka terhadap hobi. Karena dari hobi bisa mengadi rezeki. Alat-alat
elektronik Kak Zaky dan gadget-gadgetnya pun dari hasil menggambar. Masya Allah
hebatnya.
Kalau di hari kedua (27/12), anak-anak diminta praktek
menggambar. Makin jago deh mereka karena langsung diajari oleh sang pakar. Oia
di hari tersebut kami dresscode-nya putih-putih. Dan tempatnya tetap di saung
Sekolah Alam Excellentia.
Jurnalistik
Hitam! Dresscode kami selanjutnya. Biar ala-ala wartawan
gitu soalnya di hari ketiga (28/12) itu Kelas Menulis Cahaya akan mengikuti
pelatihan jurnalistik di Radar Madura. Siapa tahu kan kelak mereka besar jadi
wartawan sungguhan.
Registrasi, ice-breaking dan lanjut materi dan Kak Sari dan
Kak Frengki. Anak-anak diajari segala hal yang berbau koran, fotografi dll.
Tapi nggak cuma materi, karena kita akan latihan langsung.
Sehabis dari kantor Radar Madura, para peserta berjalan kaki
ke Lapangan Pendopo Pamekasan. Mereka diminta mewancarai masyarakat secara
berkelompok.
Kelompok Six Stars yang mengidolakan Kak Zaky banget memilih
tukang parkir untuk diwawancarai. Mereka lucu deh. Tiap mereka melemparkan satu
pertanyaan kemudian sehabis itu anak-anak Six Stars akan menuju trotoar untuk
menuliskan jawaban bapak tukang parkir.
Tukang parkirnya antara kewalahan dan gemes meladeni
anak-anak. Soalnya sambil menertibkan mobil-mobil yang lewat. Hati-hati Dek..
Mereka antusias banget. Apalagi Qaiser dan Akmal. Semangat
sekali membuat pertanyaan sambil bolak-balik trotoar dan jalan.
"Kak kasian, tukang parkirnya. Masak cuma dapet
seribu," cerita Akmal waktu menuliskan laporan wawancaranya bersama yang
Six Stars yang lain.
Lain halnya dengan kelompok Superstar. Mereka mewancarai Pak
Polisi yang juga berada di area pendopo. Kalo yang ini aku nggak begitu
ngikutin. Cuma melihat dari jauh. Mereka sama Kakak mentor yang lain. Begitu
pula kelompok Lavender, CCG dan Semangat.
"Pak Polisinya belum menikah, Kak. Katanya nggak ada
yang mau." Waduh, Dek. Kalian nanya hal begituan juga.
Jangankan Pak Polisi. Aku juga ditanyain. Semua mentor juga
ditanyain.. \^0^/
Cerita Anak
Lanjut ke hari ketiga deh. Kata Bunda-nya Akmal ini hari
yang dia tunggu-tunggu. Soalnya wifi-nya kenceng. Dia mau mengunduh game. Kids
zama now yaa. Tapi di rumah, Akmal cuma boleh main handphone di hari libur saja
lho. Patut ditiru nih sama orang tua yang lain.
Wifi mana lagi kalo bukan Perpusda Pamekasan. Adekku yang
paling bungsu juga suka sama makhluk yang satu itu. Mau ke perpus, baca buku
sambil download Upin & Ipin, katanya.
Berbusana batik, para peserta datang ke perpustakaan sebelum
jam tujuh pagi. Agenda kami hari ini pelatihan menulis cerita anak bersama Kak
Emus. Penulis yang menelurkan banyak buku. Yang paling baru judulnya Teror
Bayangan.
Bertempat di Ruang Anak, 33 peserta yang datang hari itu
menulis khayalannya masing-masing minimal lima paragraf. Dan mereka pada jago
lho.
Safa, putri Pak Rafif, ketua FLP JATIM menuliskan step by
step permainan tradisional yang namanya, Bintang Mas. Dia kasi satu-dua-tiga.
Jadinya cepet kelar kalau nulis how-to gitu ya :D
Hayza, bercerita tentang "Kontes Putri-putrian."
Putri yang pemalu dari kerajaan Snow White. Menurutku, imajinasinya keren
sekali untuk anak seusia kelas 3 SD.
Bertualang
Yes, kita jalan-jalan! Karena empat hari kemarin sudah mikir
yang berat-berat, maka mari kita akhiri Kelas Menulis Cahaya dengan sesi
halanhalan!
Start para peserta, dimulai dengan berjalan kaki dari SDIT
Al-Uswah Pamekasan sambil bernyanyi nananana..
Semangat sehat!
Anak-anak akan bertualang menuju SPM (Selamat Pagi Madura).
Di sana ada berbagai wahana seperti berenang, memanah, ATV, becak, flying fox
dan view Bukit Cinta yang fenomenal di kalangan remaja.
Setelah foto-foto dan stretching sebelum mereka melakukan
aktivutas mainstream, para panitia ngedata dulu nih siapa saja yang mau berenang dan lain-lain.
Para Pemenang
Jangan lupa, kami juga menyediakan hadiah bagi anak-anak
yang kece badai selama lima hari.
Siapa mereka?
Yel-yel terbaik dimenangkan oleh kelompok Six Stars yang
terdiri oleh dan Lavender.
Kak Emus yang waktu itu juga ikut bertualang meminta peserta
untuk menuliskan sebuah nama di atas secarik kertas. Nama kakak mentor favorit
versi mereka.
Kak Novi muncul dengan suara terbanyak. Kakak yang satu ini
memang keibuan banget. Aku juga dukung Kak Novi!
Kak Vicky menang telak karena dia satu-satunya ikhwan. Semua
anak-anak laki-laki memilih Kak Vicky. Haha, dia mah curang.
Anak-anak Malaikat
Mengikuti Kelas Menulis Cahaya ini membuat bermuhasabah
diri. Belajar dari panitia yang lain dan juga anak-anak. Mereka kulihat agamis
sedari kecil.
Pertama kali hatiku dibikin terenyuh ketika melihat anak,
peserta laki-laki yang hendak menyalami kakak mentor yang kebetulan perempuan.
Dia sigap menangkupkan tangan dan menyalami kami seperti salaman orang Sunda.
Dek, kamu ngerti banget sih..
Kedua waktu bagian antri. Entah itu ketika registrasi atau
pembagian snack. Saat para peserta terlihat antri lebih dulu untuk mengambil
bagian, mereka otomatis paham. Menahan diri. Menunggu sampai para akhwat
selesai. Selepas itu mereka akan berbaris rapi.
Sama halnya pada saat membuat lingkarab besar. Merek nggak
mau berpegangan.
"Kak kita kan bukan mahram."
Masya Allah, sholehnya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar