Doa dan takdir bertarung di langit. Entah di buku mana kami mendapatkan kalimat mutiara ini. Namun itu wise words jaman kami SMA.
Doa. Sesederhana kita meminta sesuatu kepada pencipta kita. Tampak ghaib. Tampak tak mungkin. Mustahil. Tapi aku percaya hadits yang disabdakan Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam. Bahwa Allah takkan biarkan tangan yang meminta kembali dalam keadaan hampa.
Pun di setiap aku meminta kepada Ar-Rahman, Allah selalu wujudkan dengan cara-Nya yang paling menakjubkan.
Di rintik hujan yang turun aku mengambil komputer jinjing yang berusia sekitar 15 tahun. Sudah lama mesinnya tak berdesing sempurna. Layarnya pun sudah retak-retak, tapi kuharap ia dapat bekerjasama.
Dengan basmalah aku mengampil lomputer tebal itu. Di dalam jiwaku yang paling jurang aku menguatkan tekad seraya meminta, “Ya Allah aku ingin menulis tentang Al-Aqsha maka bantu hamba agar komputer ini dapat sempurna menyala.”
Apa yang dapat diharapkan dari komputer tebal seberat tiga kilogram? Layarnya hanya menampilkan kata dan angka-angka yang tak dimengerti kepala. Aku coba cabut kabelnya. Layarnya hanya bergeming begitu. Aku matikan lagi, hidupkan lagi. Kucoba menekan-nekan tombol hingga bunyi bising tut-tut seperti kereta. Aku cabut lagi, hidupkan lagi. Deretan huruf latin itu menulis; tertulis sendiri di layar.
Hei, itu seperti seseorang dari antah- berantah menulis dengan cara amat misterius. Deg.
Baiklah, aku setidaknya aku sudah mencoba bukan? Mungkin aku akan menulis dengan cara klasik menggunakan kertas dan pena. Sebelum kukembalikan ia ke laci meja, aku coba lagi, hingga layar itu menampilkan logo Windows. Hingga layar yang hitam putih itu mampu menyalakan warna-warna. Hingga aku bisa menuliskan kata, tak Tanya seratus melainkan ribuan. Tak hanya satu tulisan melainkan puluhan. Dengan izin-Nya yang Mahasempurna.
Alhamdulillah bini’mati tatimmus shaalihaaat..
Dan tentang Palestina, kita takkan lelah berdo’a, bukan? Agar ia lekas merdeka. Agar kita leluasa mengunjunginya. Nyaman dan khusyuk berdoa di bilik masjid-Nya. Menginap, bercengkrama, bermain dengan anak-anak Gaza.
Kami para kuli tinta, hanya bisa meminjam kata-kata surga. Kami memang tak bisa kirimkan senjata tapi bukankah Sayyid Quthub pernah berkata bahwa kata-kata bisa menembus banyak kepala. Ia akan hidup, tumbuh, berkecambah dan mekar hingga ia tiba di seluruh penjuru kota, di ujung nusantara dan semesta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar