Bener, deh. Pas tamat baca buku ini langsung terbersit untuk
pindah ke jurusan Ilmu komunikasi saja! Apa pasal? Si Alif bikin gue ngiler
pengen jadi Jurnalis...
Kalau di Negeri 5 Menara Alif memburu berita di ruang lingkup pondok saja,
maka sekarang Alif sudah mengepakkan sayapnya lebih lebar. Bekerja di sebuah
penerbitan di kota besar.
Banyak ilmu tentang
jurnalism di dalam novel Rantau 1 Muara. Ada kode etik yang Alif ajarkan
pada saya. Tentang bagaimana seorang jurnalis sesebenarnya. Hati-hati dengan
uang tip yang digunakan apalagi ketika meliput berita dengan tersangka korupsi.
Sogokan oh sogokan!
“La’natullah! ‘Ala
ar-rasyi wa al-murtasyi! Allah melaknat orang yang menyogok dan disogok ”
Rantau 1 Muara |
Liat gambar covernya saja membuat cita-citaku kuliah di luar
negeri kembali menyala. Rantau 1Muara, buku ketiga setelah Ranah 3 Warna dan
Negeri 5 Menara. Semua angkanya dalam bilangan ganjil. Kesukaan Allah dan
Rasul, tuh.
Masih tentang perantauan Alif. Merantau menjadi anak pondok,
kuliah di kota besar, dan mengejar cita-cita hingga luar negeri sana.
Jika buku pertama menceritakan kisah perantauannya di
lingkungan santri, kedua sebuah pertukaran pelajar di luar negeri, maka ketiga
tentang Alif ini juga bercerita tentang kehidupan rantau Alif ketika
kuliah.Rantaunyapun sampai hingga ia menemukan sang bidadari. Sama-sama
jurnalis pula. Hmm, pengen ya?
Petualangan Alif di luar negeri lagi-lagi diceritakan dalam
novel berwarna tosca ini. Diceritakan pula tentang kejadi sebelas semtember
silam. Kejadian yang menghancurkan gedung besar di Amerika itu, ternyata si
Alif ada di sana kawan. Melintas garis dari polisi.
Ya iyalah, dia kan jurnalis. Jurnalis bisa ke mana saja. Ke
istana negara, melewati para penjaga berotot kawat dan bertulang besi. *gatot
kaca, kali ya :D
Nah, itu dia yang bikin aku pengen banget jadi jurnalis.
Bisa ke mana aja. Di Ilmu Komunikasi kan diajari tuh gimana caranya ngeburu
berita. Oh, I hope, I hope! *seperti teriakan Emily di film dedek Barbie.
Then I realize it this semester. I take Journalism for one
of my course. Jadi tak menyesallah saya jadi anak sastra *wink
Tidak ada komentar:
Posting Komentar