Sabtu, 22 Oktober 2016

Bukan Bebukitan Teletubbies [Exploring Jaddih in MBT]


Mendatangi Kenangan

Kenangan, bisa membuat berbagai macam perasaan baru. Ia kadang datang membawa kisah haru bahkan hingga hari ini. Kukisahkan padamu bagaimana ia terjadi dan datang dari masa lalu. Sebuah dongeng yang akan berlumut jika tak segera kuceritakan padamu. Perjalanan yang terjadi mundur dari sekarang seminggu.

Bbrrr, dingin sedikit menghadang kami. Embun masih masih menggelayut di permukaan hijau dedaunan. Sedang kabut masih terjaga di jalanan. Belum jam enam dan mentari masih malu-malu. Kurapatkan jaket sementara motor terus melaju membelah pagi.


Bergerak dari titik Desa Telang, tempatku bertahan selama empat tahun. Ah, kurindu kehidupan baru lainnya. Bergerak ke utara, bebelok di Pasar Socah. Berkendara lurus hingga mendapati persawahan dan rumah warga yang halamannya rimbun ditumbuhi hutan salak. Sedangkan pagi masih sepi di daerah Kebun Celleb. It took half hour for a journey.



Tujuan utamaku pagi itu menuju lokasi MBT [Muslim Basic Training], kegiatan diklat anggota baru LDK MKMI berlangsung di sana. Bersama Mbak Neneng aku ditemani. Sesampainya di PP. Baiturrahman, sambutan hangat para panitia menjadi jamuan kami. Di sanalah kemudian cerita ini bermula.


Mulai Mendaki Waktu

Para peserta sedang berolahraga dan diberi pengarahan oleh panitia saat kami bergerak menuju lokasi outbond. Ada empat pos yang harus dilalui, jadi sepertinya masa menahan mereka. Aku tak tahu apa yang disampaikan panitia lainnya di sana.

Bersama para penjaga pos aku dan Mbak Neneng berangkat. Tak tahu pasti apa yang akan terjadi. Namun Dek Uul mengajakku ikut serta berjaga di pos empat. Dengan kaki kami pergi dan mulai berjalan mendaki. Melewati jalanan yang penuh dengan pepohonan rindang yang melindungi.

Mari Pak..


Bingung awalnya mau bagaimana menyapa warga. Meski sama-sama Madura tradisinya pasti tak sama tiap daerah. Di Pamekasan misalnya, biasanya jika melewati rumah atau kerumunan warga bilangnya, glenuun.. atau nyaraa. Di Sumenep, di rumah nenek biasanya menyapanya dengan kata, ngapora..


Namun akhirnya kata yang terlontar, “mari Pak..”Aku dan Dek Uul yang sama-sama orang Pamekasan akhirnya tak bisa menahan tawa. Haha..


Batu besar menuju Jaddih seperti penjaga gerbang yang menyambut kami tiba. Juga nyanyian burung yang bercericit riang. Seakan berkata, welcome to Jaddih Hill, dakwah doers..

Bersama Para Sahabat


Bukit Ukhuwah
Sambil menunggu peserta diklat tiba di pos empat kami melakukan beragam aksi. Ceruk dalam bukit Jaddih yang serupa gua menjadi lokasi syuting kami. Ya, kami berlagak laiknya bermain drama di depan kamera. One, two, three, say, whoaa!

Banyak gua sebenarnya di lokasi wisata bukit Jaddih ini. Ceruk yang terjadi karena warga masih melakukan penambangan kapur di lokasi. Ya, meski telah dibuka sebagai daerah wisata, masih saja banyak para penambang yang melakukan aksi tambang-menambangnya.


Batu-batu kapur yang diangkut, dipanaskan di atas tungku pembakaran yang besar. Dan kemudian akan dibuat untuk bahan bangunan. Memang benar, di Madura, tak banyak orang yang mendirikan rumah menggunakan batu bata merah. Kebanyakan fondasinya menggunakan batu kapur putih seperti di Jaddih.



Seputih Bersih
Tak hanya bukit Jaddih, ada banyak lokasi penambangan di Madura. Letaknya hampir merata di seluruh kabupaten. Namun sepertinya yang baru diblow up dan benar-benar digarap dengan serius sebagai daerah wisata hanya Jaddih.

Di Pamekasan ada juga. Nah itu dia. Awalnya aku hampir menyerah mendatangi bukit Jaddih. Karena apa? Karena isu yang tidak enak tentu saja. Makanya aku berencana mendatangi bukit kapur yang di Pamekasan saja. Belum sampai ke sana, Jaddih lebih dulu mengundangku.


Alhamdulillah, waktu ke Jaddih kemarin tak terjadi hal-hal aneh seperti yang dikhawatirkan banyak orang. Lagipula, ratusan pengunjung membanjiri lokasi wisata saat aku ke sana. Hmm, semoga cuma gosip saja. Dan jika itu nyata, semoga tak terjadi lagi di masa mendatang.


Menggali Potensi
Terkait penambangan batu kapur di Bukit Jaddih, ada sebuah opini yang mengatakan, truk-truk pengangkut bebataan dan alat berat yang masih di sana dikarenakan membentuk kenangan. Membuat struktur baru wisata bukit jaddih. Bentuk lokasi baru yang akan meramaikan wahana wisata.

Selain bermain drama, sambil menunggu peserta kami juga memiliki outbound sendiri. Tepat di seberang deretan gua-gua. Di pinggir danau hijau, kami berlomba melemparkan batu. Batu siapa yang paling jauh. Ah, aku tak pernah menang. Meski mecoba dengan batu paling besar, maupun terkecil. Jadi aku jari juru kamera saja.

Tetap saja aksi mereka nantinya akan menjadi kenangan..


Melempar Kenangan

Ngomong-ngomong tentang peserta, aku dan Mbak Neneng mendapat amanah menjaga pos bayangan. Yeay, akhirnya, dapat tugas! Sebelumnya di pos awal, peserta mendapatkan tugas untuk menjaga amanah yang hanya diberikan padaku maupun  Mbak Neneng.

Masing-masing kami mendapat dua titipan. Tapi sepertinya ada yang kelupaan atau barangnya hilang di jalan. Ya, yang mereka bawa itu sebuah benda. Buah berwarna jingga terang berwarna berbentuk seperti labu runcing bertekstur kasar seperti buah pare. Jadi kami hanya dapat satu.

Menuju Puncak



Mengejar Mimpi
Bukan bebukitan Teletubbies namun ialah puncak kenangan yang mungkin tercampakkan atau tertanggalkan. Angin begitu dingin kurasa. Jaket tak lagi kubawa. Kutinggalkan ia di basecamp panitia.

Maka mulailah aku bersin-bersin tanpa rencana. Untungnya Mbak Neneng berbaik hati meminjamkan jaketnya. Berada di puncak membuatku sibuk mengabadikan kenangan. Menangkapnya dengan cara terbaik. Memotret cerita dalam bingkaian lensa. Hingga kenangan itu sempurna tak terlupakan.


Anehnya saat aku berhenti mengambil gambar angin kembali menusukkan rasa dingin. Lucky me, ada sapu tangan bersih yang kubawa. Talking about this thing, jadi teringat kebiasaan orang Eropa yang ke mana-mana membawa sapu tangan. Teringat film Oliver Twist yang sering mencurinya dari para bangsawan. Ya, di Eropa sana, sapu tangan begitu berharga.

Jalanan menuju puncak tak terlalu lama. As I told you before, that was a hill not a mountain. Hanya saja panas menyengat. Jadi sesekali kami berhenti mengatur nafas.


Telaga Kenangan
Menujunya banyak sekali wahana dan pemandangan yang bisa pengunjung nikmati. Danau hijau dekat pintu masuk tempat kita berlomba lempar batu, bukit kapur kala kita berdrama ria, Telaga Warna yang bergerak dari biru ke hijau, kolam renang, Danau Biru, dan Bukit Jaddih tujuan utama kita waktu itu. 

Kau bisa sesekali berhenti, mengabadikan kenangan akan pemandangan dan sahabat yang begitu menyenangkan. Dengannya lelah takkan lagi terasa. Mentari yang kian meninggi, panas yang memanggang sekali lagi dan peluh yang tanpa sadar mulai bercucuran akan hilang sama sekali.

Ujung Kenangan

Tulangku benar-benar remuk. Sakit yang membuatku hengkang selama satu semester kemarin rupanya masih menyisakan kenangan dalam tubuhku. Terlebih lagi, paginya aku sempat makan walau sesuap nasi.

Tibanya di puncak, aku tak lagi bisa bergerak leluasa. Dadaku rasanya menyempit sesak. Aku tak dapat mengikuti acara puncak. Proses pelegalan peserta diklat MBT menjadi anggota baru LDK MKMI.

“Rasa cinta yang mengharu biru,” angin menyampaikannya padaku di bawah rerindangan pohon. Hanya kata-kata itu yang sampai di telinga. Yang lain entahlah. Aku sibuk menata keadaan. Menjadi siluet di bawah panasnya terik mentari.


Pohon Kenangan

Pekik takbir kemudian menyusul. Mereka telah legal kini. Ikrar anggota telah terucapkan. Semoga para anggota ini istiqamah di jalan dakwah. Membuat cita akan kampus madani tak lagi sebatas mimpi.

Selamat berjuang, Dek. amanah akan semakin berat nantinya. Deru redam amarah mungkin akan datang. Cobaan akan selalu menghadang bagai aral melintang di jalanan. Namun percayalah, Allah akan selalu ada. Allah akan senantiasa bersama kita. Membantu kita yang di bergerak memperjuangkan agamanya.


Hai orang-orang mukmin,
jika kamu menolong agama Allah,
niscaya Ia akan menolongmu pula.
Serta meneguhkan kedudukanmu.
[Muhammad: 7]

Maka bersabarlah, Dek. Jalan ini memang takkan mudah akan tetapi kerjakan semuanya ikhlas lillah. Sesungguhnya janji Allah adalah benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah? Begitu indah kalamNya, bukan? Ia termaktub rapi dalam Surat An-Nisa’ ayat duadua dan Ghafir, tujuhtujuh.

Buatlah ia menjadi kenangan, sebuah masa yang takkan terlupa hilang, hanyut bersama masa.


PS: There many things I want to tell you, tapi takut terlalu banyak spoiler tentang Jaddih, jadi kubiarkan ia menjadi misteri agar kaurasakan petualangannya sendiri ^^*

67 komentar:

  1. Bukit kapur yang di pamekasan dimana dik?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terbaik Mbak Tititm jadi yang pertama komen, haha. Mbak Ila pernah ke sana, Mbak. Daerah Blumbungan..

      Hapus
  2. Hm, lokasi penambangannya jadi terlihat bagus ya. Di Gresik juga ada, menarik. Tapi jauh dari kota, perjuangan sedikit kalau ingin ke sana :)

    BalasHapus
  3. bukit kapurnya sekilas mirip pantai pandawa yg ada di bali

    www.travellingaddict.com

    BalasHapus
  4. Balasan
    1. Masya Allah. Hanya Allah yang bisa mencipta pemandangan sebagus ini, Mbak Eni ^^

      Hapus
    2. Eh, maksudnya yang memberi kemampuan untuk mengabadikan kenangan. Emboh :D

      Hapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. Pegunungan kapurnya jadi lokasi wisata. Wow!

    Di daerahku Tuban, juga banyak pegunungan kapur. Bekasnya dikeruk terlihat jelas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya yang di Tuban juga tak kalah bagus ^^

      Hapus
  7. Jadi ingat bukit kapur di Gresik yang sering jadi tempat syuting

    BalasHapus
    Balasan
    1. Indah pastinya ya kalo sampai dibikin tempat syuting ^^

      Hapus
  8. bukitnya agak2 mirip bukit teletubbies yang di bromo ya hehee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Is that right? Jadi pengen ngedaki Bromo ><

      Hapus
    2. iya mba..aku sempat ksana dan itu bener2 kayak bukit teletubbies

      Hapus
  9. Kalau gak baca ceritanya, aku yakin ini di luar negeri. Taunya di Madura ya...kece

    BalasHapus
    Balasan
    1. That's why we should read the whole information ^^


      Iya, Mbak Sally, kece ^^

      Hapus
  10. Aku pernah lihat ini di media online, mba. Tapi nggak ngeh kalau di Madura :)

    BalasHapus
  11. Bagus banget tebing kapurnya. Pengen gelantungan di sana haha.

    BalasHapus
  12. Tebing Kapurnya bagus ya mba..terpahat macam salah satu situs wisata di Jordania.hihi

    BalasHapus
  13. keren nih, berwisata ke bukit kapur

    BalasHapus
  14. Waaaks, jadi ini tempatnya di madura yah mba?? Huhu mau ke situuu, baguuus tempatnya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sini, Mbak Rani, sinii. Nanti aku ajakin ke situ ^^

      Hapus
  15. Pertama aku kirain Bukit Teletubbies yang di Bromo, di Pamekasan ada juga toh ternyata.

    BalasHapus
  16. Wuiiih...namanya bukit ukhuwah...
    Titim pernah yg k blumbungan itu dek.
    Eniwei, lebih bagus yg d Jeddih dek

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha, piye, catchy tak? :D


      Begh, beremma Mbak mak lig-tabhâlig. Esongghu bâ'ân se entar polana kan se ngangghuy ghâmbarra neng WA bâ'ân ><


      Emboh wes :D

      Hapus
  17. Subhanallahh skali pemandangan alamnya mbak ^_^

    BalasHapus
  18. Itu danaunya sepertinya bukan danau alami ya mbak ? Sepertinya akibat penambangan batu kapur...

    BalasHapus
  19. Mashaallah..
    Perjuangan banget yaa, dek.

    Semoga membawa keberkahan.

    BalasHapus
  20. Baca ini bener2 takjub sm km mba.. hebatt mbaa... poto-poto nya bagus banget mba..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasi,Mbak Endah. Pakai kamera Samsung Duos itu ^^

      Hapus
  21. Tempatnya cantik ya mbak o.O btw, saya juga suka tuh foto dengan latar ranting dan langit di atas kita hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu ceritanya mereka lagi foto-foto saya foto Mbak Andy ^^

      Hapus
  22. Madura jaman aku kecil dulu kebayang gersang, panas dll. Skrng banyak lokasi wisata menarik ya mbak, bahkan di bekas tambang sekaligus. TFS :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apa-apa memang kalo dilihat dari sudut keindahan akan tampak memarik ^^

      Hapus
    2. Apa-apa memang kalo dilihat dari sudut keindahan akan tampak memarik ^^

      Hapus
  23. cantik. Tadabbur alam yang pastinya sangat menyenangkan dan mengesankan. Salam ukhuwah

    BalasHapus
  24. Baru tau kalo batu kapur bisa dijadiin pondasi rumah juga :)

    BalasHapus
  25. Masya Allah, indah bangeeet. Mbayanginnya kaya bukan di Indonesia ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah, Nyak tapi nyatanya Indonesia memang cantik banget ^^

      Hapus
  26. Aduh mbaaaj ngiler banget ngelihat bebukitannyaaa ... sayang jauh yaaa ... titip lihat dari postingannya mbak dulu deh sementara ... keep exploring dan keep posting ya mbak Hafidzah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih, Mbak Riri. Doakan istiqamah. Semoga diberi kesempatan untuk mengunjunginya Mbak ^^

      Hapus
  27. Duch aku malu, punya darah madura tapi ngak tau sedikit pun bahasa madura #AkuGagal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, orang Madura juga ya?

      Gapapa, belajar dikit-dikit..
      Kan pepatah you're never too old to learn ^^

      Yuk!

      Hapus
  28. Wah, keren banget tempatnya.. Jauh tapi ya di Madura :D

    BalasHapus
  29. Foto fotonya bagus bagus banget komposisinya. Keren. Eum aku mau tanya nih mba. Memangnya ada apa sih, kalau main ke bukit kapur?

    Terima kasih udah ngasi info tentang kebiasaan orang Eropa yang selalu bawa sapu tangan, dan masyarakat madura yang membangun rumahnya bukan dari bata merah melainkan batu kapur. Aku baru tauuuu banget.

    BalasHapus
  30. Eh ada Kak Akarui Cha. Seneng bisa main ke sini ^^

    Awalnya karena dikomporin foto kece temen-temen. Plus, tempatnya deket cuma beberapa menit, jadilah ia bermetamorfosa menjadi keinginan yang membuncah :D

    Nyampe sana lucu aja lihat tebing-tebing dan suasana sekita yang putih berkapur. It feels like snowy, anyway ^^

    Bukit Teletibbiesnya juga luas menghijau. Seru buat main lari-larian, haha.

    Sama-sama ^^

    BalasHapus