Jumat, 11 Desember 2015

Piscok yang Ngocok Banget!

Lek Cimahe, begitu biasa aku panggil datang dari desa membawa sekarung buah. Ada mangga sama pisang. Pisang raja, mangga gadung sama yang satu lagi nggak tahu jenisnya, tapi seperti mangga apel karena warnanya hijau kemerahan.

Jadilah beberapa hari ke depan kami punya stok buah-buahan. Ditambah pepaya di samping rumah yang mulai menguning. Sedangkan alpukat dan jambu belum kasi tanda mau buah. Melon di belakang yang tumbuh sejak bulan puasa kemaren buahnya dimakan keong. Hiks!

That's why we thanked to  Allah who has send Lek Cimahe kinds of fruit. Arigatou..

Mangganya dimakan biasa, nggak diolah. Paling dibikin rujak. Nah si pisang ini yang istimewa karena perlakuannya kudu istimewa. 

Di rumah nggak terlalu doyan pisang. Kecuali jenisnya pisang emas yang kecil-kecil. Salah satu dedekku malah nggak suka sama sekali.

Abi yang paling excited. Beliau mengolahnya menjadi pisang rebus. Ummi ngolah jadi pisang goreng. Sedangkan si kunyuk-kunyuk pengen pisang keju. Beda usia, beda keinginan ternyata :D

Untunglah keesokan harinya Ummi beli tepung roti, susu coklat dan keju. Bahan yang lain ada mah di dapur.
Cocok buat have fun di rumah. Ditambah udara; sejuknya musim hujan. Dingin-dingin gini bawaannya laper. Cocok banget dengan udara dingin dan perut keroncongan itu. Haha.

Caranya gampang aja sih. Setelah pisang dikupas dan dipotong memanjang, langsung celup ke dalam adonan tepung terigu yang sudah dicampur garam gula. Gulirkan di atas tepung roti dan goreng! Setelah warnanya kuning keemasan, angkat dan tata di atas piring saji. Beri topping susu coklat dan parutan keju. Jadi deh!

Selama dua hari si kunyuk-kunyuk ngonsumsi itu olahan. Nggak ada bosen-bosennya. Syukurlah. Daripada jajan sembarangan, haha. Stok buahnya juga masih banyak. Tuh pisangnya masi sisa di karung dan mangganya tinggal yang gadung di kardus.

Yoilah, that's the story today. Next time it'll be more fun stories. Ja ne! Oyasumi!
 

Rabu, 09 Desember 2015

Mencari Jejak Masa Lalu

Bil haqiqah, ini postingan harusnya dipublish semester kemaren. Tapi kemudian menjadi tumpukan bagian dari tumpukan outline. Huhu.. 

 A DAY WITH CONGRATULATIONS!

Begitu judul yang tertera, namun aku lupa akan menerbitakan apa. Lupa isi yang seharusnya aku tulis. Wheuw, sebuah ide yang hangus. Oh, no!

Apa? Apa?

Aku bersikeras untuk menemukan apa yang akan kutulis di masa lalu. Begitu tuh. Makanya jika kau punya segudang ide di kepala cepatlah dieksekusi. Arrgh, tapi aku tak ingat. Tolong T.T

Itu judul berkumpul dengan Kampus Rawa. Akhir dari sore yang kehujanan. Itu saja yang kuingat. Pulang dari kampus terjebak banjir. Lalu apa? Kepalaku makin pening.

Tunggu dulu, matte yo!

Draft tulisan itu tertanggal 17 April 2015. Nama file-nya juga begitu. Semester kemaren.  Sedangkan foto-foto kampus rawa sehari sebelumnya. 16 April 2015. Ada harapan!

That's the date!

Aku pun mulai mencari jejaknya. Menelusuri file-file kuliah. Apa yang sebenarnya terjadi.

Mari berhitung. April, bulan keempat dan ketiga di semester enam. Itu dia! Awal semester lima dimulai bulan Februari. Jadi tiga bulan setelah adalah ujian pertengahan semester. UTS! Maka meluncurlah aku ke sana. Tumpukan file semester lama.

Untuk pengarsipan file, aku tergolong rapi menempatkannya. Semester satu, dua, tiga.... Nah itu dia folder semester lima! Lalu pandanganku terarah menuju jadwal UTS.

Yokatta, ternyata aku masih menyimpannya. So, what happen in the middle test?

My pinky class.

Taraa! Ternyata tanggal 16 April adalah ujian SOL; Sociology of Literature. Pelajaran yang aku dan temen-temen suka, karena kelasnya sangat meriah dan penuh dengan diskusi. Dosennya juga kece. Jadilah itu a day with congratulation.

Selain karena hari itu adalah ujian SOL yang menyenangkan, hari itu juga hari terakhir ujian. Yeay!!! Seneng kan pastinya. Seluruh rintangan telah terlewati. Huft!

Dan akhirnya misteri terpecahkan! Yeayyy! Dan postingan ini tidak terbuang. Yuhuuu. Happy Blogging!

Kampus Rawa Laskar Pelangi

Hi, hi! It almost middle December! Yuhuu, it’s rainy season yang penuh dengan bunga-bunga dan rinai hujan penyenang jiwa. Karena lagi have a good mood, kupustan untuk blogging saja. Kali ini aku akan mempublikasikan ide dari masa lalu.


Kejadian dari foto di musim penghujan lalu. Tepatnya semester enam. Cekidot!


Hari itu sangat menyenangkan. Sore yang membuat hati membuncah. Karena apa? Karena, sore menandakan kegiatan ngampus kita berakhir dan saatnya pulang ke kos. Yeay! Siapa yang tak senang coba.


Hari itu adalah hari kamis tertanggal 16 April 2015. Hari terpaaadat di dunia. Biasanya hari itu full kuliah dari pagi hingga sore. Fiuh, penatnya. Di tengah hati yang gembira. Tiba-tiba hujan deras datang melanda. Haah?

Maka jadilah kita masih waiting beberapa saat di RKB-E, gedung yang biasa kita tempati untuk kegiatan perkuliahan. After few minutes, kita pun go to adventure. Jalanan menggenang. Seperti di rawa-rawa. Oh tidaak.


Kampus kami memang mewah, mepet sawah. Haha. Jadi ceritanya, dulu daerah sini adalah rawa-rawa, namun kemudian kini dipenuhi bangunan. Rawa-rawa itu ditimbun dan dibangun. Jadilah kalau hujan seperti ini banjir.


Sore itu kami pulang bertiga. Sekarang ‘kita’ jadi ‘kami’ :D Aku, Lilis dan Teh Insan. Kos kita berbeda jiah balik pakai ‘kita’ lagi, haha.Lilis daerah Cendana dua tapi masih searah dengan kami dari kampus.

Dan perjalanan pun dimulai. Kami lompat-lompat seperti kodok. Menghindari jalanan yang penuh air. Berhenti dan menjauh ketika ada kendaraan lewat. Takut kecipratan airrr.. >_<


Pertama, Teh Insan yang kena air dan melanjutkan perjalanan dengan merelakan si kaki mencelup ke dalam genangan yang kian meninggi. Apalagi ketika jalanan makin ramai dengan berbagai macam kendaraan. Belum ada trotoar,jadi kita memang berjalan di pinggiran aspal. Sementara aku dan Liilis masih bertahan dengan gaya lompat-lompat. Teh Insan sudah berjalan santai meski sepatu basah terendam.


Memasuki Gang Cendana, Lilis kecebur juga. Dan aku masih lompat-lompat di atas bebatuan. Jalanan di situ lumayan banjirnya. Airnya deras. Kami pun berjalan, berlidung di bawah pepohona. Gaya jalan kami sekarang menunduk-nunduk di bawah reranting seperti maling. Tak apalah daripada baju basah.



Menuju kos Lilis di kompleks Cendana dua. Huaa. Tapi liat itu banyak jalan yang terpendam. Berkat rawa-rawa yang meluap. Huhu, tak ada jalan lagi supaya kaki aman tak basah. Supaya sepatuku bebas aku pakai keesokan harinya.


Whoaa banjiiir
“Lewat sini saja,” sekarang Lilis yang menjadi pemimpin jalan. Rupanya ia mengetahui jembatan dari batu-batu besar yang disusun. Katanya tadi pagi pun ia lewat situ. Jadi aman. Aku sih paginya diantar dengan motor jadi tak tahu aku ada trek itu, haha. Jembatan yang ternyata dibuat oleh warga untuk membantu kita. Arigatou, semoga menambah saldo pahala.


Kami pun mendekat. Aku berteriak kegirangan dalam hati. Akhirnya sepatuku akan selamat. Teh Insan menyusul terlebih dahulu. Ye, ye!

Hei!


Ternyata oh ternyata! Itu jembatan terendam air juga. Oh tidaak. Hiks, hiks!
Tenggelamnya Jembatan


“Ayo, nggak ada jalan lagi nih,” teriak Lilis yang sudah sampai di seberang. Huhu. Akhirnya kucelup juga T.T

Rokku pun basah. Hihi.

Merelakan Kaki
 My trip my adventure!” seruku dan Lilis tetap kegirangan. Sedangkan Teh Insan geleng-geleng melihat tingkah kita. Jadilah sore itu basah-basahan di jalan. Seru ternyata. Dan lihat, deh ada pelangi! Whoaa, keren banget kan? Setelah kita adventure melewati trek penuh air dan ternyata Allah menghendaki kita memandang lukisan yang indah di lihat. Whoaa, subhanallah. Itu kado terindah. Thank’s, God!


Lihat!
Kurang terang sih di foto, tapi aslinya keren sekali. Lain kali harus pakai DSLR nih, haha. 

Adventure kali itu sungguh membuat rindu. Miss you guys..

Amaryllis shofia

Dari dulu aku ingin sekali menamai suatu bunga. Nama ilmiahnya. Keinginan itu aku pendam sejak SMP. Ya, aku memang suka sekali biologi. Dulu, karena kenyataannya aku sekarang mahasiswa sastra. Sastra Inggris, tepatnya.

Awal musim hujan kemarin, netizen sempat dihebohkan dengan rusaknya kebun bunga milik seorang warga. Bunga amaryllis namanya. Bunga yang hanya mekar sepekar di awal musim hujan. Ada yang menyebutnya lili hujan.

Lili hujan yang tumbuh di sana berwarna oranye terang. Menurut si empunya kebun, bibit bunganya didapat dari warga sekitar. Para petani menganggap bunga ini hanya hama, jadi dibuang. Dari situlah ia tertarik dan membelinya. Kini kebunnya sudah mencapai sekian hektar.

Di sekitar rumah juga ada ternyata. Tumbuh di pinggir jalan-jalan yang lembab terkena hujan. Pagi-pagi ketika ummi datang dari warung dibawanya seikat yang kemudian jadi pajangan di rumah. Tapi warnanya putih.

Segera saja aku gugling untuk memastikan nama bunga tersebeut. Bunga-bunga yang sama-sama berbunga di musim hujan. Awalnya aku mencari dengan keyword 'Amaryllis types,' 'aneka amaryllis,' dan lain-lain. Tapi tidak juga menemukan dengan yang serupa di foto. Dan kebanyakan bunga-bunga yang tumbuh di luar negeri sana.

Lalu aku berinisiatif mencarinya dengan gambar yang kuambil, tapi hasilnya nihil. Pertama, ia dimirip-miripkan dengan bunga krisan. Kedua, disamakan dengan bunga kramat jawa yang mekar tengah malam. Wijaya kusuma dan yang terakhir semakin aneh.

Pencarianku

Setelah gugling sana-sini. Mulai dari yang wikipedia sampai taman bunga. Mulai dari yang berbahasa Indonesia sampai yang dunia. Belum nemu-nemu juga. Melihat dari bentuk dan cara berbunga aku yakin ini genusnya amaryllis, tapi belum nemu spesies. Whoaa..

Akhirnya aku menamakannya, Amaryllis shofia. Ya, siapa tahu memang belum diberi nama. Haha. Nah, nah..


Kembang di Awal Musim


Amaryllis shofia
Lili Hujan
Seikat Bunga

Holla Desember!

Hello world!
Grow up
 
Budding
Say Hello
Closer




 
Flunk
Ending     
Bunga desember.
Begitu kami menyebutnya.
Tumbuh di pekarangan.
Di halaman depan.
Di bawah dinding yang memucat.
Memerah ia dalam sepekan di musim penghujan.
Lalu ronanya memuda rbertempur dengan waktu.
Hanya dedaunan yang melebat seiring musim.
Bila kemarau menjenguk habislah ia ditelan.
Meratakan diri dengan bumi.
Hanya bila rintiknya datang, kuncupnya menyembul semi.
Si Merah hadir kembali.
Haemanthus multiflorus
Holla!

Senin, 07 Desember 2015

Jasmine in Rainy Season

Drew near
Hah?
 
Into a purple
Separated
Sheering off
Sowing
Taken in Pamekasan using camera of Galaxy Young 2

Line dan Transfer Pulsa

Baru saja dapat kiriman pulsa Rp. 25.000. Kuceritakan hal tersebut pada Ummi. Mungkin saja beliau yang mengisi. Tapi ternyata tidak. Kuperas otak untuk berpikir. Dikata cucian :D 

Setelah kupikir-pikir kemungkinan si pulsa dapat dari Line. Sebelumnya aku memang mengikuti salah satu kontesnya. Chatting menggunakan Line selama beberapa hari non-stop. Hadiahnya memang pulsa.

"Gih dibagi ke nomor Ummi."

Memang anak yang sayang Ummi maka aku pun menyetujuinya. Tapi malah bingung.

"Gimana caranya kirim pulsa, Mi?" Ummi juga tak tahu rupanya. Ya sudah gugling akhirnya.

Gampang saja, untuk sesama pengguna Telkomsel tinggal tekan *858*notujuan*nominal#

Bip, bip, bip.

Dua detik kemudian, itu pulsa sampailah ke nomor Ummi. Voila.

Jika kamu dapat rezeki bagilah pada orang-orang terdekat seperti Ummi :*

"Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas."
(Al-Baqarah: 212)

Fyi, tadi pas ngirim kena Rp. 12.000 

Kamis, 03 Desember 2015

Blogmu: Kuburan atau Taman?

Akses internet semakin gampang dan cepat. Tidak perlu repot-repot pergi jauh ke warnet. Kini internet berada dalam genggaman. Dalam ponsel pintar (yang ada paketan data tentunya :D) Tidak seperti zaman baheula saat DOS menjelajahi Indonesia. Ya, intinya sekarang lebih praktislah.

Berbagai media sosial mulai bermunculan. Semakin hari, semakin inovatif saja. Kalau dulu kita gemar chatting pakai MiRC, sekarang enak pakai WA. Dulu ngetrennya Friendster, sekarang sudah ada Facebook. Terus untuk urusan artikel panjang, dulu ada Multiply sekarang orang-orang lebih senang pakai Blogspot atau Wordpress.

Dengan segala kemudahan ini makin oke dong buat ngeblog. Blogwalking kesana-kemari makin gampang. Lewat hape pun bisa. Apalagi platform semacam blogspot dan wordpress sudah tersedia aplikasinya. Nerbitin tulisan tinggal pakai smartphone.

Nah, masalahnya blog sudah tak segandrung dulu. Yang bisa diisi setiap waktu atau minggu. Orang-orang lebih suka mainin media sosial. Apalagi unggah-unggah foto di Instagram. Rame betul.

Di sana postingannya bisa saban hari, tapi lihat tuh blognya sepi. Tak berpenghuni. Satu tahun cuma terisi 5 postingan sahaja.

"Seperti kuburan," istilah seorang teman blogger dari Kalimantan yang ngewajibin dirinya buat posting setiap hari di blognya. Wuih.. boleh ditiru nih!

Hihi. Tapi nggak perlu neting (negative thinking) juga sih. Just think positive!

Aku pernah BW ke sebuah blog yang bikin iman makin bergairah. Kata-kata yang dipilihnya bak mutiara. Diksinya mantap tak terkira. Blognya jadi taman artikel yang indah. Penuh dengan bunga-bunga hikmah 
Keren deh pokonya.

Tapi blog-nya memang sudah lama tidak update. Beberapa tahun yang lalu. Umm, sayang kan. Pasti akan sangat seru jika kita berteman. Apalagi yang punya seorang akhwat. Seorang ADK. Klop banget. Kita bisa sharing apa saja.

Telusur punya telusur, sang empunya blog sudah meninggal. Innaa lillaah.. 

Dalam sebuah perjalanan dakwah. Bus yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. Selamat jalan, syahidah. Semoga segala kebajikan diterima Allah. Aamiin.

Ada yang namanya dakwah bil qalam. Dakwah pena. Mengukir kata dengan tinta. Menyebar manfaat pada sesama. 

Agar lebih bermanfaat, yuk kita ikuti jejaknya. Menebar manfaat bagi sekitar. Meski kita telah tiada nanti, semoga tulisan menjadi ladang amal. Mari diniatkan.

Biar blogmu tak hanya sebagai tumpukan tulisan melainkan taman yang menebar harum wewangian.

Sabtu, 28 November 2015

Seblak Tulang Ala-ala

Yuhuuu! November rain! Hujan-hujan begini enaknya makan yang anget-anget! Now, kita akan nyobain masak seblak ala-alaa :D

Ala gue dan adik yang mbem Bela. Yosh ikimashou!

Yang paling demen sebenarnya si Dedek. Apalagi sudah dijanjiin kalo lagi ujan kita bikin seblak lagi. Dan lihatlah langitnya lagi mendung. Brrr, suhu makin mencekam alias dinginnya kian berasa.

Rinai hujan di beranda
Oke abaikan opening yang sedikit alay itu! Bumbunya sama kaya seblak biasa. Bedanya ini pake tulang sapi. Masih ingat kan apa saja? Yupz, kencur, bawang putih, lada, cabe sama garam.

Ngomong-ngomong soal kencur, dia itu beti sama bumbu kunci. Beda-beda tipis. Bahasa Maduranya konce. Nah, konce itu yang biasa buat sayur bening bayam sama koa marongghi. Biasa juga dibikin buat botok.

Perbedaan yang paling mencolok itu warnanya. Kencur itu putih, sedangkan konce agak kuning kalo dikupas. Bentuk fisiknya kencur lebih gemuk bulet-bulet dari konce kurus panjang-panjang Secara bau sih mirip. Makanya ini tips buat ngebedain. Jangan salah bumbu lagi ya!

Kuncir dan Konce

Semua bumbu diulek dan ditumis pakai minyak sayur. Aduk dan beri sedikit air. Biarkan sampai aromanya keluar. Masukkan deh itu tulang sambil ditambahi air sedikit demi sedikit. Cek rasa. Tambahi garam kalo kaurasa ia belum sempurna*eeaaaa. Kecilkan api biarkan selama tiga menit hingga kuahnya meresap. Agar rasa makin kuat.

And here our lunch! Seblak tulang ala-ala.. Yeay! Yum, yum, yum!

Seblak tulang tanpa cahaya

Mancaps! Nikmati di beranda dengan backsound rintik hujan. Atau cukup di dekat jendela bila petir dan kilat memecah suasana. Happy weekend! Enjoy your food, pemirsaah :)

Fyi, itu tulangnya sudah dimasak sebelum dibikin seblak. Jadi nggak teuas pas digigit.

Jumat, 20 November 2015

Menghabiskan Waktu dengan Ummi

Ada banyak orang yang menyayangi kita. Yang dekat saja. Keluarga adalah kasih yang tak tertandingi. Cinta yang tak terkatakan. Tak usah mencari perhatian kesana-kemari. 

Lawan jenis yang tak halal? Buang jauh-jauh dari pikiran!!

Menyenangkan! Menonton drama Korea bersama Ummi. School 2015: Who are You?

Menonton kisah kehidupan di sekolah. Banyak hal yang terjadi. Kasus bullying yang paling disorot.

Sebagai guru, Ummi pasti punya pandangan tersendiri terhadap kisah ini. Karena lingkungannya yang penuh dengan anak-anak. Menonton drama ini bersama? Okelah. Bukankah itu cocok?

Yang paling aku suka drama ini memiliki banyak teka-teki. Plot-nya lompat-lompat. Jadi tiap episode punya misteri yang menyenangkan untuk dipecahkan. Pun begitu, setiap episode cerita tetap berkesinambungan.

Kasus kembar: Lee Eun Bee dan Go Eun Byul. Berbeda sekolah dan sekelumit kisah remaja. Eun Bee yang dikabarkan mati karena bullying gank Kang So Young di Taeyoung. Wajah baru Go Eun Byul di SMA Sekang. Belum lagi Gong Tae Kwang yang dianggap gila mendadak berubah karena kasus cinta. Jun Soo In, siswi SMA Sekang yang meninggal di dalam kelas. Lalu sang atlet renang, umm siapa sudah namanya?

Di akhir cerita setiap permasalahan akhirnya terselesaikan dengan solusi yang tepat. Haha, itu intinya. Cerita berakhir bahagia. Meski tebakan sering meleset dari skenario sutradara.

Menghabiskan  waktu luang bersama orang tersayang seperti keluarga itu lebih menyenangkan. Dibanding hangout dengan orang yang tak halal.

Ja ne! Tanoshikatta!

Rabu, 11 November 2015

Si Semprol


Sempat merinding membaca status seorang teman. Terharu. Kita sudah tua ya.

Pertengahan 2012 lalu perasaan kita masih unyu-unyu. Belum kenal satu sama lain. Masih malu-malu.

Ahh.. ospek jurusan itu yang kemudian menyatukan kita. Kemudian diskusi-diskusi ringan setiap sore di lantai atas cakra.

Kelas-kelas yang kita ikuti. Ayoo yang pernah telat. Haha.

Yang ikutan kelas Jepang! Haha, cuma ada 12 orang. Kita berjuang banget ya buat dapetin itu kelas. Ngurus KRS-nya susseh beud. Nggak kayak kelas Arabic atau Prancis.

Hiks, pengen ikutan kelas Pak Eko lagi. Sayang beliau sudah nggak ngajar lagi ya. Belajar huruf Katakana sampai grammarnya. Saking semangatnya kita sampai ingin motokopi buku pegangannya tapi nggak dikasi.
Atau kelasnya Waiting for Godot. Haha. Tegang-tegang gimana gitu. Serius dan tegas. Cerita drama itu mesti jadi contoh di kelas.

Apalagi adu argumentasi di kelas SOL; Sociology of Literature. Pasti deh heboh di kelas ini. Haha. Ada aja yang didebatin.

Hmm, banyak teori-teori keren sih. Kita kan jadi semangat. Seruu!
Tapi tak terasa semuanya berjalan bersama roda waktu.

Lihat saja seorang teman akan presentasi proposalnya hari ini. Seminar.

Wah, akhirnyaa. Ikut senang juga.
Semangat ya teman! Semoga yang lain cepat menyusul :)

Rabu, 04 November 2015

Lima Buku di Balik Kumpulan Debu

Kemarau begini, debu bebas bertebangan sepuasnya. Di Kota Batik saat ini hujan belum bertandang.
Meski begitu, kota Gerbang Salam tetap semarak. Dalam rangka hari jadi Pamekasan memiliki seabrek kegiatan.
Selama bulan Oktober banyak acara menarik di Pamekasan. Mulai dari bazar yang diikuti berbagai dinas di Arek Lancor. Seperti dinas pertanian, kesehatan dan lain ya. Seru! Banyak kegiatan positif dan gratis di sana. Pesertanya banyak dari luar Madura. Ada karnaval juga yang berlangsung di akhir Oktober.

Oia, untuk satu minggu ini para guru di Pamekasan diwajibkan memakai seragam batik ke sekolah. Good job! Namanya juga Kota Batik :)

Kemudian ada pameran buku murah yang diadakan di Perpustakaan Daerah Pamekasan. Beneran murmer! Novel English (bukan terjemahan) hanya 10-20 rebu saja*sayangnya tak terbeli karna temanya kurang mengena di hati*eiaa.

Nah, agenda yang satu itu tuh yang menarik perhatianku. Buku!
Selain karena aku bookworm, acara tersebut adalah satu-satunya yang tidak berada di Arek Lancor. Tempatnya kan di dalam gedung jadi tak usah berpanas-panas ria seperti di jantung kota.Yosh, ikemashou!

Dasar memang akunya yang sedang tidak fit. Keadaan kemarau, debu sedikit saja membuatku bersin dan batuk-batuk. Partikel halus dalam bedak saja membuatku harus tutup hidung.

Perjalanan menuju pameran pun diiringi banyak polusi kendaraan yang memaksaku untuk menggunakan masker. Sesampai di tempat bazaar buku akupun lega. Berharap bisa menghirup nafas segar. Karena acaranya berada di area gedung perpusda. Namun nyatanya, banyak lelaki yang merokok.

Jadilah aku tetap memakai masker sambil memilah-milah buku. Pengunjung yang datang kebanyakan mahasiswa*dilihat dari penampilan. Banyakan dewasa. Pantes bau asap  di mana-mana. Menjadi dewasa tak seharusnya mencemari  segarnya udara kan?

Hwaa, akhirnya  kelar juga setelah megap-megap cari buku. Meskipun aku sudah melakukannya dengan cepat* karena aku tak tahan dengan asap. Ternyata hunting buku memakan waktu sejam. Lama juga yaa.

Inilah lima buku yang aku dapat setelah bertarung dengan debu berterbangan. Master Mic-nya Larry King, Biografinya Dan Brown, dan The Magic of Picture-nya Dan Roam. Itu yang non-fiksi. Serta ada dua novel; De Journal dan Ice and Fire. Semuanya 90 rebu saja. Murah dan meriah bukan? 
Pameran bukunya sampai 8 Nov!