Kamis, 15 Februari 2018

FLP: Ukhuwah, Cinta, di Istana Penuh Kekata

FLP: Ukhuwah, Cinta, di Istana Penuh Kekata
“Adek tahu mentoring?” Aku menjawabnya dengan anggukan pertanyaan Mbak Ifa. Sejak SD bahkan kata itu sudah familiar di telinga. Kata yang sering mucul di dalam karya para penulis Forum Lingkar Pena [FLP]. Mendengar kata FLP, Mbak Ifa dengan lihainya mengetikkan sesuatu pada komputer jinjingnya.

“Gabung aja, di FLP Bangkalan, Dek,” ajaknya serius. Kali ini layar laptop milik Mbak Ifa menampilkan grup cabang FLP di kota rantau. Beberapa saat kemudian aku pun ikut bergabung di komunitas maya tersebut. Nama-nama yang tercantum sebagai anggota, aku tambahkan sebagai teman. Satu demi satu. Hanya sebatas itu.

Ramadan pertama di kampus Universitas Trunojoyo Madura. Kemarau yang membuat lapangan sepak bola terlihat gersang. Kering tanpa rumput dan tanahnya pun retak-retak macam terkena gempa bumi. Kabar tentang FLP ini tentu saja memberikanku setetes embun, yang menumbuhkan benih-benih harapan. Apalagi dunia kampus bagiku masih sama sekali baru. Kontrakan pun ketemu.

“Ngekos di Yasmin, aja Dek. Ini Mbak kasi kontak pemiliknya.” Kali ini giliran Mbak Dila yang berbicara. Teman satu kontrakan Mbak Ifa. Ah, senangnya ini mungkin yang dinamakan kado Ramadan.

Dari Hijab Kuning, OWOW hingga Taman Baca

“Dek jadi ikut FLP? Sekarang ada rapat di GSC,” itu pesan Mbak Ifa. Melangkahlah kaki dari Yasmin ke sana. Terpisah dengan hiijab kuning kami bermusyawarah. Di situlah kemudian aku bertemu teman-teman FLP lainnya; Mbak Ila, Mbak Titim, Mbak Aan dkk.

Sebagai Kestari kemudian aku terdaulat. Pun otomatis setelah acara literasi tersebut aku resmi menjadi anggota FLP Bangkalan. Tanpa diklat. Tanpa ikrar. Begitulah Allah memudahkan jalan.

Hijab kuning alias pembatas rapat. Tabir bahasa lainnya. Pembatas kuning tersebut fenomenal banget di ingatanku. Pasalnya ini adalah salah satu inventaris LDK MKMI. Kebanyakan anggota FLP Bangkalan adalah mahasiswa UTM dan 90% di antaranya adalah para aktivis kampus. Dan 60% di antara kami adalah anggota Divisi Pers & IT LDK MKMI. Itulah mengapa, seringkali kita rapatnya juga di kesekretariatan LDK MKMI.

Di Balik Tabir
Kabar bahagianya, para anggota sudah mengerti batasan-batasan antara perempuan dan laki-laki. Jadi adem-lah kalau rapat. Nggak perlu kuatir ada pandangan liar. Tapi tetep saja harus jaga diri, jaga hati. Oke sip.

Resmi menjadi anggota tentunya kita dituntut aktif menginguti semua kegiatan Forum Lingkar Pena. Wajib. Kudu. Bukankah itu arah, haluan kita bergabung di sana?

Selain Bincang Literasi yang biasa diadakan Selasa sore hari di Taman Kampus atau Kelas Menulis pada Ahad pagi di Masjid Nururrahman, agenda yang paling melekat di ingatan adalah OWOW. One Week One Writing.

Satu pekan sekali kami diwajibkan mengirimkan karya terbaiknya ke surel FLP Bangkalan. Tukang tagihnya si Teh Hijau. Penyair yang puisi-puisinya bikin meleleh akan diksinya yang luar biasa. Siapa dia? Nanti kita omongin via japri yaa  kalau mau tau, wkwkwk. Nggak Cuma kirim karya, kalau telat atau misalkan bolos, ada ‘iqabnya. Hukumannya mau tidak mau, tulisannya tembus media. Whhuess.

Berganti tahun kami punya agenda baru. Dimulai pada 2016. Tahun ketika Dek Ani resmi menjabat sebagai ketua FLP Bangkalan. Namanya Taman Baca. Hampir dipastikan di setiap cabang FLP memiliki agenda ini.

FLP Bangkalan dan Ghadul Bashar Para Anggota
Jika periode sebelumnya Ahad pagi diagendakan untuk Kelas Menulis maka pada tahun tersebut, hari itu kami gunakan untuk Taman Baca.

Dari tim akhwat tangguh ada Rini, Mbak Win, Dek An, Ria, Nida’ si Bunda dan si penulis blog ini. Jam lima kami sudah calling sana-sini memastikan para anggota tidak absen agenda. Janjian, bertemu di halte bus, di pertigaan kampus.

Sepagi itu kami menahan dingin dan gigil. Menggotong banner sisa acara sebelumnya. Membawa X-banner dan penyangganya yang abot. Tak lupa, di tangan masing-masing menenteng goodie bag berisi buku-buku. Whoa, ancen akhwat tangguh kalian!

Tapi Allah selalu punya kejutan. Matahari di ufuk timur berlatar pematang sawah, rawa-rawa adalah pemandangan yang menjadi hadiah yang Masya Allah membuat angkot yang kami tumpangi penuh puisi.

Di Stadion atau di Taman Paseban kami biasa menggelar tikar. Terkadang teman-teman LDK MKMI ikutan berpartisipasi juga. Meski bukan anggota. Gotong-gotong barang, merapikan, menunggui buku dan hal semacamnya.

Temen-temen indekos juga suka kami ajakin. Makin ramailah suasana. Alhamdulillah.

Anak-anak perindu Dongeng       
  
Namanya Bebi [Mungkin bisa dibaca Barbie J]. Gadis kecil yang tak pernah absen mendatangi lapak kami. Buku favoritnya kisah fable dari Al-Quran. Untuk Taman Baca ini kami memang lebih fokus, lebih banyak membawa buku-buku bertemakan anak-anak. Mengingat banyaknya pengunjung banyak dari kalangan tersebut.

Bebi ini belum bisa membaca. Jadilah kami dongengi dia. Biasanya Mbak Win yang suka membacakan cerita. Sedangkan aku, cukup berada di balik kamera saja.

Selesai Mbak Win mendongeng, Bebi dengan cadelnya akan menunjuk hewan-hewan pada gambar. Menceritakan ulang kisah versi dia yang terkadang tidak masuk akal. Namun tentu saja membuat rekan-rekan menahan geli. Lucu sih.

Calon Sastrawan Masa Depan

Antusiasnya si gadis kecil nan imut tersebut membuat beberapa anak ikut mengitari buku-buku. Alhamdulillah pengunjung bertambah. Pas kita sudah pada lulus, Mbak Win suka dicari-cari sama si Bebi. Mana Mbak baik hati pandai bercerita itu?

Saat mentari mulai bersinar terik. Kala anak-anak sudah menyepi [alias pengunjungnya bubar balik kanan]. Kami mulai berburu kuliner. Namanya juga Minggu. Hari libur. Bisa ditebak. Banyak penjual yang mudah kami temui.

Teh Lia, Dek Iril, inget nggak waktu itu kita pernah ngeskrim di Taman Paseban?
Mbak Wind, masih suka nguber batagor nggak?
Dek An, cari pentol bakar lagi yuk!

Ah, jadi weh kangen kalian. Kan. Kan. Kan. Tisu mana tisu ><

Tanah Rantau Penuh Kenangan

Ialah tanah rantau penuh kenangan. Ukhuwah dan canda tawa. Tiga tahun bersama FLP Bangkalan. Bertemu orang-orang hebat dan belajar langsung pada mereka. Di kelas puisi aku belajar diksi. Berlatih pada senior yang lebih. Aku pun bukan orang yang biasa tampil lapangan. Lebih suka bermain kekata. Membiarkan jariku menari. Menuliskan apa-apa yang berdatangan di kotak-kotak masa.

Dan pada puisi aku memutuskan untuk memintal diksi.

Pada spesialisasi puisi, ada Rini, Mbak Win, Akh Yogi dan hampir semua anggota FLP Bangkalan menyukai bidang ini. Termasuk Dek Ani, ketua umum kami.

Spesialisasi reporter ada Dek Anggun, Akh Fendi, dan Dek Halwa. Karya-karya mereka selalu siap menghiasi rubrik-rubrik Citizen Journalism berbagai media.

Serta nama-nama baru yang belum sempat kuhafal yang tulisannya tak kalah luar biasa menginspirasi.

Jazakumullah khair, teman-teman telah membuat tanah rantau penuh ilmu dan kebersamaan.

Selamat Datang Tanah Kelahiran

Tahun 2017 adalah detik-detik terakhir aku berliterasi bersama FLP Bangkalan. Selepas wisuda beberapa dari kami kembali ke tanah kelahiran. Termasuk pemilik Kebun Kekataku. Pada waktu sore, yang dihiasi mendungnya langit. Alhamdulillah aku resmi diterima FLP Pamekasan. Cabang Forum Lingkar Pena di Kota Gerbang Salam, tempat aku dilahirkan.

Bertempat di SDIT Al-Uswah Pamekasan, pertama kalinya aku duduk melingkar bersama mereka dengan Zayyin Achmad, ketua FLP Surabaya yang menjadi pemateri kami. Moy-tamoyan waktu itu juga dilengkapi dengan rujakan bareng.

Pertemuan Perdana bersama FLP Pamekasan

Eh, ngomong-ngomong soal rujak jadi nggak sabar Rujak Party besok [16/02/18] di Rumah Cahaya FLP Pamekasan. Besok kita sistemnya potluck. Ada yang bawa kedondong, kerupuk, cabai, petis dll. Aih meleleh duluan membayangkannya. Pasti seru deh. Insya Allah. Para taretan FLP jangan lupa hadir ya!

Dan di sinilah aku sekarang. Menjadi salah satu bagian pejuang literasi di  FLP Cabang Pamekasan.

Para Perempuan Militan

FLP mempunyai berbagai anekdot. Terutama tentang singkatan FLP itu sendiri. Di Bangkalan, kepanjangannya menjadi Forum Lingkar Pria, karena para pengurusnya kebanyakan laki-laki. Di FLP JATIM, diplesetkan menjadi Forum Lingkar Perjodohan. Apalagi saat anggota FLP Surabaya menikah dengan akhwat FLP Malang. Makin rame deh grup WA.

Pada acara Kelas Menulis Cahaya edisi liburan akhir tahun [2017], sepertinya tepat jika singkatannya diubah menjadi Forum Lingkar Perempuan. Aku menemukan para perempuan tangguh. Akwat-akwat militan.

Kelas Menulis Cahaya

Akhwat atau sebutan perempuan aktivis dakwah dan kata militansi sering disebut-sebut sebagai kata sifat yang melekat pada mereka yang siap sedia memikul amanah dalam kondisi apapun. Secara bahasa akhwat berasal dari kata ukhtun yang artinya saudara perempuan. Sedangkan akhwat adalah jamak dari kata tersebut.

Dalam KBBI, militansi tertulis dengan makna:

mi·li·tan·si n ketangguhan dl berjuang (menghadapi, kesulitan, berperang, dsb): kaum wanita harus mempunyai -- dl ber-juang membangun masyarakat.

Contoh yang tertera dalam kamus juga disematkan kepada perempuan. Rasanya pas jika kemudian kata militansi disandingkan dengan akhwat. Akhwat militan. Para perempuan tangguh di kelindan zaman.

Aku melihat dan berinteraksi langsung dengan mereka.

Belajar dari gerak-gerik dan tingkah laku, respon baik mereka terhadap sesuatu. Semuanya nampak exampleable. Maksudku, mereka teladan yang patut dicontoh.

Kelas Menulis Cahaya, FLP Pamekasan adalah wadah bagi anak-anak berumur 8-12 tahun untuk mengisi liburan akhir tahun mereka. Pas woro-woronya gitu, kenyataan di lapangan ada anak yang berumur 6 tahun tapi ternyata luarbiasa. Kegiatan ini dibuat dengan tujuan agar mereka semakin mencintai literasi. Membangun peradaban baca tulis. Khususnya di Kabupaten Pamekasan. Acara ini berlangsung selama lima hari 26-30 Desember 2017.

Hari pertama dan kedua dimulai dengan kelas komik bersama Kak Zaky dari FLP Jombang di Sekolah Alam Excellentia. Pelatihan jurnalistik kami lakukan di hari ketiga di Radar Madura. Kemudian Kak Emus, mengisi kelas cerita anak di hari keempat yang bertempat di Ruang Anak perpustakaan daerah Pamekasan.

Acara yang menakjubkan dengan hanya lima orang panitia setiap harinya.

Daebak! Itu kesan pertamaku. Bagaimana mungkin? Allah yang menjadikan semuanya mungkin..

Aku melihat Mbak Ami yang selalu datang setiap hari tanpa pernah absen satu hari sekalipun. Beliau adalah pembina Forum Lingkar Pena Pamekasan yang tetap aktif menemani kami. Padahal Mbak Ami sangat sibuk di keorganisasian di Wilayah Jawa Timur. Salah satunya FLP Jatim, tapi beliau masih bisa menemani kami. Ditambah lagi hingga aku menulis tulisan ini, Ummi, ibunda kandung Mbak Ami masih belum sembuh benar.

Ketika acara Kelas Cahaya selesai, Mbak Ami akan langsung pergi ke rumah sakit. Malamnya pun menjaga sang ibunda di sana. Dan pagi-pagi sudah siap sedia di tempat. Salut juga sama Ummi, yang mengizinkan Mbak Ami untuk bisa ikut serta dalam acara padahal beliau lebih membutuhkan anaknya.

Duh, kami sangat malu apabila datang terlambat ke tempat acara sedangkan Mbak Ami sudah di sana..

Mbak Ubabah, sang ketupat alias ketua panitia sudah berkeluarga. Beliau mempunyai anak kecil yang tak bisa melulu ditinggal. Adik yang masih berusia beberapa bulan. Kalau teman-teman sedang istirahat dan kondisi acara lagi nggak crowded, Mbak Ubabah akan pulang sebentar. Bunda yang sangat luar biasa! Masya Allah..

Nah, kalau mau lobi-lobi, aku biasanya menghubungi Mbak Ubabah soalnya beliau orangnya suka mengayomi dan sabar. Apalah daku yang tak bisa berdiplomasi.

Dalam kepanitiaan kami ada juga Mbak Novi yang sedang hamil. Tapi beliau adalah panitia yang tak pernah absen. Selalu on dalam acara. Pantas saja jika di akhir acara, Mbak Novi terpilih sebagai mentor terbaik pilihan peserta.

Keibuan dan sangat telaten. Kemarin sempat ada tragedi. Apa, tragedi? Ada peserta yang nangis kenceng banget. Tapi nggak pas sampe tantrum soalnya ada Mbak Novi sang superhero. Padahal sebelumnya sudah dihibur sama aku dan Mbak Nikmah tapi nggak mempan eh. Nanti FLP kalau mau ngadain kelas parenting bisa nih menghubungi Mbak Novi. Kita curi ilmunya, hoho.

Kalau dibilang FLP itu singkatan dari Forum Lingkar Perempuan. Mungkin ada benernya.

Kemudian Mbak Nikmah, akhwat yang sigap wara-wiri ke sana-sini.

"Sudah, Dek biar saya yang ambil," itu kalimat pamungkas Mbak Nikmah. Siap banget dah buat ngapa-ngapain.
"Soalnya Mbak lihat ekspresinya, kayak nggak minat gitu buat bergerak, jadi Mbak langsung cus saja."

Masya Allah, militan sekali. Ajari aku, Mbak. Daku yang miskin ilmu ini ><
Padahal ngangkat-ngangkat itu biasanya kerjaan cowok. Hei, kalian peka dong. Kan qawwamuuna 'alan nisaa' *ngomong sama tembok.

Katanya berikan amanah pada orang sibuk. Ada benarnya. Meski Mbak Erlin banyak pekerjaan dan tak bisa datang ke acara, beliau membantu kami dari balik layar. Urusan kesekretariatan seperti sertifikat, stiker dll Mbak Erlin siap bantuin. Besok paginya bisa kita langsung ambil. Jadi nggak ada alasan sebenarnya kalau memang niat. No excuse! Siap, Mbak!

Mbak Titik, panitia yang jauh dari kampung halaman. Kita memang para anggota FLP Pamekasan, tapi biasanya para mahasiswa atau pekerja yang tinggal di Pamekasan ikut aktif juga di Forum Lingkar Pena sebelum kembali pulang. Mbak Titik bahkan pulang-pergi Pamekasan-Sumenep. Masya Allah.

Terimakasih, Ya Allah sudah Kauberikan teman-teman saudara-saudara perjuangan yang memiliki banyak hikmah. Para akhwat militan yang selalu siap sedia berjuang. Tanpa alasan, tanpa mengeluh. Hanya ridaMu yang mereka cari.

Bismillah, mari terus berjuang, akhwatii fillah.

Ialah Forum Lingkar Pena, Istana Penuh Kekata

Terlepas dari berbagai anekdot dari singkatan FLP, ia adalah kepanjangan dari Forum Lingkar Pena. Wadah literasi yang memiliki cabang hampir di seluruh penjuru kota nusantara. Bahkan sudah mendunia. Cek link ini untuk menemukan FLP terdekat.

Jika tak ada, kau bisa mendirikan FLP cabangmu sendiri, namun ketentuan dan syarat berlaku. Yang paling krusial adalah, kau haru [pernah] aktif menjadi anggota FLP cabang manapun. Sekali lagi, cek FLP cabang terdekat untuk berpartisipasi di sana.
       
FLP Wilayah Jawa Timur dalam acara Writing Camp

Sejatinya kita di FLP memiliki tiga pilar. Mata rantai yang tak boleh lepas. Organisasi, keislaman, dan karya. Acara serta berbagai agenda adalah cara kita berorganisasi. Pengumpulan tulisan, bedah karya adalah eksistensi kita sebagai penulis. Wujud dari kelindan kata yang harus kita tuangkan. Dalam puisi, narasi maupun nonfiksi. Dan keislaman adalah ruh yang wajib ada dalam setiap pertemuan antar anggota dan perjumpaan ide yang berwujud karya.
          
Maka dakwah pena adalah hal yang semestinya dipegang oleh para pejuang literasi. Tidak hanya kita yang aktif dalam FLP, namun bagi kita yang mengaku beragama Islam.

            Nun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan.
            Menebar kebaikan. Berbagi hikmah di setiap lini kehidupan.
            
Forum Lingkar Pena adalah istana yang patut kita rawat bersama. Menghiasinya agar sentiasa indah berhiaskan kata-kata. Tempat kita bercocok tanam kebaikan, hingga ia tumbuh menjadi berlian yang senantiasa hidup di dalam hati pembaca. Karena menulis adalah kerja untuk membangun peradaban. Bismillah, bersama FLP akan kita wujudkan! Berakhir hamdalah, semoga segalanya muara pahala dan rida yang menghantarkan kita menuju surga.

21 tahun berdiri, semoga FLP semakin menginspirasi dan lebih banyak lagi berpartisipasi dalam mencerdaskan bangsa dan membawa harum nama Islam sebagai agama kita.

Keterangan:
Tulisan ini diikutksertakan dalam lomba #miladFLP21 #kisahinspiratifFLP
Paragraf sebelum terakhir adalah padanan kata yang diparafrasekan dari pidato Babe Rafif Amir, pada Muskerwil V di Ngawi, 25 Desember silam.

Psikologi Afifah Afra dan Tugas Kita sebagai Manusia [Musywil V FLP JATIM #2]

Pembukaan Musywil V FLP JATIM dimulai bakda Dzuhur tanggal 24 Desember. Tetapi, rombongan kami berangkat lebih awal karena ada seminar Bunda Afifah Afra di sekitar alun-alun Ngawi yang ingin kami hadiri. Makanya kami harus datang pagi-pagi sekali.

Peserta seminarnya ramai sekali. Membludak memenuhi aula Graha Widya Ditambah MC kocak bakal calon ketua FLP Ngawi.

Bunda Afifah Afra

Psikologi Bunda Afra dan Tugas Kita sebagai Manusia. Nah, persoalan tersebut yang akan aku tuliskan di sini. Materi Bunda Afra saat seminar di Ngawi.

Pemuda dan Masalah Umat yang Terpecahkan
Sejatinya setiap insan, manusia memiliki potensi. Fitrahnya masing-masing. Namun pada awalnya kita adalah kertas putih yang siap ditulisi. Kira-kira potensi seperti apa yang akan cerdas menstimulasi?

Menurut Carl Rogers ada tiga sifat dasar karakter individu yang diinginkan. Self atau diri kita apa adanya dan pribadi yang kita inginkan dan bagaimana kita di kehidupan nyata.

Jika kita yang sebenarnya sebanding dengan apa yang kita inginkan di kehidupan nyata berarti sikap kita kongruen. Kita aslinya galak, pada suatu acara, pengennya kita terlihat kalem. Jika acara tersebut sukses tanpa adanya sifat marah yang keluar dari kita maka itu kongruen. Cocok dan sesuai.

Akan tetapi jika idealisme yang kita harapkan tidak terjadi, maka bisa jadi galau.

Pak Andika yang kocak di depan peserta
Menurut para ulama, Sayd Quthb? Dua pribadi di atas dikategorikan sebagai nafsul muthmainnah dan nafsul lawwamah.

Pada nafsul lawwamah, atau jiwa yang tertimpa rasa resah nan gelisah. Hal yang terjadi dikarenakan fakta di lapangan tak sesui dengan mimpi di malam panjang. Jadi nggak sinkron.

Pribadi dengan nafsul muthmainnah, adalah jiwa-jiwa yang tenang. Perasaannya aman, damai dan tentram. Realisme dan idealisme-nya sama. Jadi pemikirannya jauh. Nggak melulu galau.

Fa idza faraghta fanshab.

Selasai satu urusan langsung bergerak pada urusan yang lain. Ia dengan pribadi nafsul muthmainnah, si kalem segera beranjak menuju amanah yang lain.

Beban Khalifah fil Ardh
Manusia hidup di muka bumi ini punya amanah lho. Nggak tetiba saja diciptakan tanpa tujuan.

Who am I? Kenapa aku diciptakan?

Jadi selain tugas kita sebagai hamba yang harus beribadah kepada Allah [Ad-Dzariyat: 59], manusia telah sanggup menjadi khalifah di bumi.

Dan khalifah ini adalah msi kolektif. Makanya khairunnas anfa'uhum linnas. Sebaik-baik manusia oalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Karena tugas kita adalah saling membantu.

Who am I? Siapa diriku yang sebenarnya? Inilah adalah teka-teki. Misteri kehidupan yang harus kita pecahkan sendiri.

Gelisah-penjelajah-memetakan ideal self.

Khasku-Amalan Terbaikku. Potensi. Apa yang bisa aku sumbangkan untuk menjadikan aku sebaik-baiknya manusia?

How to start? Kita mulai dari perintah pertama. Iqra. Membaca potensi diri.

Pribadi Penulis
Karya ini bagus tapi dibangun dari kesombongan.

Mengapa?
Literasi Berkeadaban.
Ayat kedua surat Al-Qalam. Beradab. Puncak kecerdasan yang kongkret, afektif dan psikomotorik.

Memberikan makna lewat tulisan.

Potensi. Kapan dimulainya? Dari muda dan dari sekarang. Menulis adalah skill wajib. Nilainya harus di angka 7-8. Karena setiap hal membutuhkan skill ini. Tidak hanya ia yang ingin menjadi penulis. Skripsi. Tugas sekolah dan kuliah memerlukan skill menulis.

Dan pada profesi. Kemampuan kita harus di angka 9-10.

Generasi yang Tercuri
Di Indonesia, Literasi adalah sebuah generasi yang tercuri. Karena periode dunia adalah lisan-tulis-audio visual. Pada zaman lisan ada dongeng, dan kita tiba di generasi media; TV Radio.

Dan Literasi adalah  generasi yang terlewat.

Makanya kenapa sering kita temukan berita hoax alias mengada-ada.

"Hentikan mencari informasi kurang dari 140 kata, tapi mulailah membaca lebih dari 600 halaman."

Literacy: ability to read and write.

Tentunya sesuai kaidah. Minimal bagaimana belajar yang sesuai kaidah EBi. Kapitalisasinya benar dan nggak tipografi. Yuk kit sama-sama belajar. Karena pada tulisan ini juga masih banyak salah-salahnya.

Tentang Menulis.
Menulis itu menuangkan isi kepala. Itulah mengapa kegiatan menulis adalah hasil dari membaca. 75% bersumber dari bacaan dan 25% baru terlihat dalam tulisan.

Kalau malas membaca, lalu apa yang bisa kamu tuangkan dalam tulisan? Sedang isi tekomu, kosong.

Malas membaca? Coba deh ikutan Reading Challenge.



Liburan Ceria bersama Kelas Menulis Cahaya

Liburan Ceria bersama Kelas Menulis Cahaya

Liburan Ceria bersama Kelas Menulis Cahaya, tema acara kami, FLP Pamekasan. Acara ini, Insya Allah akan menjadi program rutinan kami. Mengingat antuasiasnya para peserta. Menimbang orang tua yang senang anak-anaknya belajar mencintai literasi. Dan kami memutuskan.. uups, efek muktamar alias musyawarah akhir tahun yang nuansanya masih terasa.

Hoho, PK, PK!
(read: Peninjauan Kembali bukan Pelatihan Keberangkatan semoga aja aku tahun depan, aamiin)

Kelas Menulis Cahaya berlangsung selama lima hari. Dimulai dari hari Selasa (26/12) hingga Sabtu (30/12). Tepatnya keesokan hari setelah Musyawarah V FLP JATIM berakhir.

Kelas Komik
Senin (25/12) sore, kami menculik Kak Zaky, anggota FLP Jombang langsung dari Musywil V. Komikus nasional yang akan mengajari para peserta Kelas Menulis Cahaya dalam dua hari berikutnya. Tenang, penculikan ini sangat rapi terencana karena dua minggu sebelumnya, Kak Zaky sudah kami beritahu prosedurnya gimana. Eh.

Berbiru-biru kami memulai hari pertama (26/12). Peserta dan panitia kompak memakai warna dengan nuansa yang senada. Memang jadwalnya sih, haha.

Hari pertama kami belajar komik, panitia dan peserta membuat kesepakatan kelas. Apa yang boleh dan yang dilarang. Seru! Mereka menentukan sendiri peraturannya.

"Kak, harus menutup aurat," usul seorang peserta.
"Boleh makan," timpal yang lainnya.
"Nggak boleh rame."

Begitulah hingga kesepakatan tercipta di saung lebar. Tepatnya di Sekolah Alam Excellentia, Pamekasan. Sekolah dan berada dalam satu halaman rumah Sang Bupati. Aku baru ngeh waktu hari H, malah.

Di hari pertama ini Kak Zaky mengajak para peserta untuk lebih peka terhadap hobi. Karena dari hobi bisa mengadi rezeki. Alat-alat elektronik Kak Zaky dan gadget-gadgetnya pun dari hasil menggambar. Masya Allah hebatnya.

Kalau di hari kedua (27/12), anak-anak diminta praktek menggambar. Makin jago deh mereka karena langsung diajari oleh sang pakar. Oia di hari tersebut kami dresscode-nya putih-putih. Dan tempatnya tetap di saung Sekolah Alam Excellentia.

Jurnalistik
Hitam! Dresscode kami selanjutnya. Biar ala-ala wartawan gitu soalnya di hari ketiga (28/12) itu Kelas Menulis Cahaya akan mengikuti pelatihan jurnalistik di Radar Madura. Siapa tahu kan kelak mereka besar jadi wartawan sungguhan.

Registrasi, ice-breaking dan lanjut materi dan Kak Sari dan Kak Frengki. Anak-anak diajari segala hal yang berbau koran, fotografi dll. Tapi nggak cuma materi, karena kita akan latihan langsung.

Sehabis dari kantor Radar Madura, para peserta berjalan kaki ke Lapangan Pendopo Pamekasan. Mereka diminta mewancarai masyarakat secara berkelompok.

Kelompok Six Stars yang mengidolakan Kak Zaky banget memilih tukang parkir untuk diwawancarai. Mereka lucu deh. Tiap mereka melemparkan satu pertanyaan kemudian sehabis itu anak-anak Six Stars akan menuju trotoar untuk menuliskan jawaban bapak tukang parkir.

Tukang parkirnya antara kewalahan dan gemes meladeni anak-anak. Soalnya sambil menertibkan mobil-mobil yang lewat. Hati-hati Dek..


Mereka antusias banget. Apalagi Qaiser dan Akmal. Semangat sekali membuat pertanyaan sambil bolak-balik trotoar dan jalan.

"Kak kasian, tukang parkirnya. Masak cuma dapet seribu," cerita Akmal waktu menuliskan laporan wawancaranya bersama yang Six Stars yang lain.

Lain halnya dengan kelompok Superstar. Mereka mewancarai Pak Polisi yang juga berada di area pendopo. Kalo yang ini aku nggak begitu ngikutin. Cuma melihat dari jauh. Mereka sama Kakak mentor yang lain. Begitu pula kelompok Lavender, CCG dan Semangat.

"Pak Polisinya belum menikah, Kak. Katanya nggak ada yang mau." Waduh, Dek. Kalian nanya hal begituan juga.

Jangankan Pak Polisi. Aku juga ditanyain. Semua mentor juga ditanyain.. \^0^/

Cerita Anak
Lanjut ke hari ketiga deh. Kata Bunda-nya Akmal ini hari yang dia tunggu-tunggu. Soalnya wifi-nya kenceng. Dia mau mengunduh game. Kids zama now yaa. Tapi di rumah, Akmal cuma boleh main handphone di hari libur saja lho. Patut ditiru nih sama orang tua yang lain.

Wifi mana lagi kalo bukan Perpusda Pamekasan. Adekku yang paling bungsu juga suka sama makhluk yang satu itu. Mau ke perpus, baca buku sambil download Upin & Ipin, katanya.

Berbusana batik, para peserta datang ke perpustakaan sebelum jam tujuh pagi. Agenda kami hari ini pelatihan menulis cerita anak bersama Kak Emus. Penulis yang menelurkan banyak buku. Yang paling baru judulnya Teror Bayangan.

Bertempat di Ruang Anak, 33 peserta yang datang hari itu menulis khayalannya masing-masing minimal lima paragraf. Dan mereka pada jago lho.


Safa, putri Pak Rafif, ketua FLP JATIM menuliskan step by step permainan tradisional yang namanya, Bintang Mas. Dia kasi satu-dua-tiga. Jadinya cepet kelar kalau nulis how-to gitu ya :D

Hayza, bercerita tentang "Kontes Putri-putrian." Putri yang pemalu dari kerajaan Snow White. Menurutku, imajinasinya keren sekali untuk anak seusia kelas 3 SD.

Bertualang
Yes, kita jalan-jalan! Karena empat hari kemarin sudah mikir yang berat-berat, maka mari kita akhiri Kelas Menulis Cahaya dengan sesi halanhalan!

Start para peserta, dimulai dengan berjalan kaki dari SDIT Al-Uswah Pamekasan sambil bernyanyi nananana..

Semangat sehat!

Anak-anak akan bertualang menuju SPM (Selamat Pagi Madura). Di sana ada berbagai wahana seperti berenang, memanah, ATV, becak, flying fox dan view Bukit Cinta yang fenomenal di kalangan remaja.

Setelah foto-foto dan stretching sebelum mereka melakukan aktivutas mainstream, para panitia ngedata dulu nih siapa saja  yang mau berenang dan lain-lain.

Para Pemenang
Jangan lupa, kami juga menyediakan hadiah bagi anak-anak yang kece badai selama lima hari.

Siapa mereka?

Yel-yel terbaik dimenangkan oleh kelompok Six Stars yang terdiri oleh dan Lavender.

Kak Emus yang waktu itu juga ikut bertualang meminta peserta untuk menuliskan sebuah nama di atas secarik kertas. Nama kakak mentor favorit versi mereka.

Kak Novi muncul dengan suara terbanyak. Kakak yang satu ini memang keibuan banget. Aku juga dukung Kak Novi!


Kak Vicky menang telak karena dia satu-satunya ikhwan. Semua anak-anak laki-laki memilih Kak Vicky. Haha, dia mah curang.

Anak-anak Malaikat
Mengikuti Kelas Menulis Cahaya ini membuat bermuhasabah diri. Belajar dari panitia yang lain dan juga anak-anak. Mereka kulihat agamis sedari kecil.

Pertama kali hatiku dibikin terenyuh ketika melihat anak, peserta laki-laki yang hendak menyalami kakak mentor yang kebetulan perempuan. Dia sigap menangkupkan tangan dan menyalami kami seperti salaman orang Sunda. Dek, kamu ngerti banget sih..

Kedua waktu bagian antri. Entah itu ketika registrasi atau pembagian snack. Saat para peserta terlihat antri lebih dulu untuk mengambil bagian, mereka otomatis paham. Menahan diri. Menunggu sampai para akhwat selesai. Selepas itu mereka akan berbaris rapi.

Sama halnya pada saat membuat lingkarab besar. Merek nggak mau berpegangan.

"Kak kita kan bukan mahram."

Masya Allah, sholehnya..



Selasa, 13 Februari 2018

Memetik Pucuk Kenangan di Ngawi [Musywil V FLP JATIM #1]

Memetik Pucuk Kenangan di Ngawi
Kenangan akan tetap berwujud sebagaimana mestinya kenangan. Dan ia bagiku akan tetap begitu; berkelindan dalam pikiran hingga purna berubah menjadi tulisan. Seperti hutang yang harus dilunaskan.

Harap maklum, jika kau melihat jariku berkolaborasi dengan kekata yang tumbuh rimbun di kepalaku. Menata kata dengan khusyuknya.

Lalu beginilah aku menceritakan kenangan pada sang waktu. Di sebuah ketika, masa, kala kenangan adalah benih yang baru saja ditanamkan.

Trip Seru bersama FLP Pamekasan
Sesuai kesepakatan, rombongan dari FLP Pamekasan berangkat bakda Ashar. Kami, para anggota bertemu di Terminal Ronggosukowati di dekat UIN Madura. Dengan mobil berwarna silver kami meluncur meninggalkan Kota Gerbang Salam

Tujuan utama kami, Ngawi. Bertemu saudara sesama pejuang pena dari seluruh cabang Forum Lingkar Pena dalam rangka Musyawarah Wilayah V FLP JATIM. Tepatnya tanggal 24-25 Desember 2017 kemarin.

Sudah beberapa minggu yang lalu. Jadi sepertinya tepat jika aku menyebutnya dengan predikat bernama 'kenangan'. Kenangan bersama rekan FLP yang mesti dituliskan.

Sampai di Sampang kami berhenti. Sholat Jamak dan menikmati sunset kemerahan di ufuk. Itu senja yang paling indah kurasa. Sekaligus menyeramkan sebenarnya karna kelamnya malam sigap menelan mentari merah yang sedang sekarat. Hai, mungkin saat itu kau juga sedang menikmatinya. Atau jangan-jangan sama sepertiku mencatatnya sebagai puisi.

Kuawali perjalanan ini dengan puisi. Sepertinya mood-ku sedang baik saat itu. Setiap berpindah kota atau daerah aku menuliskan kenangan dengan diksi.

Dibandingkan jenis tulisan lainnya aku memang lebih menyukai puisi. Seru saja melihat mereka menari. Dalam sajak. Dalam irama berdiksi. Tapi hanya itu saja. Jago kandang.

Di atas tol panjang yang melintang dari daerah Surabaya hingga rombongan Pamekasan bertemu dengan FLP Bangkalan. Beberapa anggota kami bertukar tempat. Biar akhwat-nya bisa bergabung menjadi satu. Dan akupun satu mobil dengan Dek Ani, FLP Bangkalan. Yeay! Alhamdulillah.

Duduk berdua dengan Dek Ani di mobil bagian belakang kami bercengkrama. Bercerita panjang lebar. Laiknya mendaki gunung menyelami lautan, haha. Hingga perjalanan yang melelahkan tak begitu terasa.

"Mbak seru banget ceritanya," Dek Inel menoleh dan bergabung dan sempat bersama kami di belakang.

Seru hingga mengharu biru. Padahal terakhir bertemu Dek Ani awal Oktober 2017. Tapi rasanya selalu kangen, kangen, kangen kalau sama Adek yang satu ini. 

Sejak 2014, kami sering terhimpun dalam satu divisi di berbagai organisasi dan sering ngebolang bareng juga kalau ada acara FLP. Ya gitu deh jadinya.

Hingga ada yang bilang, gaya tulisan kami mirip. Mungkin karena kami sering jalan bareng. Dan dulunya akupun anggota FLP Bangkalan.

Di Terminal Purabaya, rombongan kami semakin besar. Ada FLP Gresik yang bergabung. Asyik makin rame.

Eh, kebalik. Harusnya ketemu FLP Gresik dulu baru Bangkalan. Okay. Abdi asa tos lieur da. Peace!

Perbincangan di Mobil
"Mbak, ada yang minta fotonya Mbak," suara Dek Inel tiba-tiba mengejutkanku. Entah Pak Andika atau Pak Angga yang minta waktu aku lupa waktu itu Inel bilang siapa. Yang penting pengurus JATIM.

"Kemaren ikut berpartisipasi di Pena Award FLP JATIM, Dek?" tanya Mbak Nikmah sambil menoleh ke belakang. Mbak Nikmah dan Inel ini adalah dua anggota FLP Cabang Pamekasan. Aku mengangguk.

"Iya, Mbak ngirim 17 puisi."

Ini agak janggal sebenarnya karena saat pengiriman puisi berikut dengan fotonya, yang sudah kukirimkan waktu itu. Kenapa diminta lagi?

"Kukirim yang ini ya, Mbam?" tanya Dek Inel lagi. Dia menunjukkan fotoku saat kunjungan FLP Pamekasan ke Banyuanyar beberapa saat sebelum keberankatan. Ada spot bagus di situ, rumah vintage yang bikin kita serasa di mana gitu.

"Jangan, Dek." Aku melarangnya. Mungkin panitia-nya sedang khilaf.

"Yaaah, sudah kukirim," katanya sambil tertawa-tawa.

Duh itukan mandzur jiddan kalau aku. Ketok buanget. Oh tidak Ineeeeell.

ZzzzzzZzzzzzZzzzzZzzz.

"Kayaknya Mbak bakalan menang deh sampe dimintain foto." Wajah si Inel mulai keliatan kelabu.

"Enggak ah." Soalnya di FLP penulisnya keren-keren. Mana mungkin aku menang. Lagian aku cuma iseng saja.

"Iya, Dek barakallah yaa," Mbak Nikmah yang duduk di samping Dek Inel menimpali.

"Kayaknya beneran, Mbak. Siap-siap nerima hadiah yaa nanti." Dek Ani juga ikutan berhusnuzan.

Akunya sih benar-benar nggak terlalu berharap soalnya nanti kalau sudah terlanjur di atas awan jatohnya pasti sakit banget. Seperti yang dimelodikan Yovie Nuno, kau terbangkanku ke awan lalu jatuhkan ke dasar jurang.

Byuuuuur. Eh itu sih kalau nyemplung ke laut ya, bukan ke jurang.

"Kok aku nggak dimintain foto yaa," Dek Inel sibuk berpikir, "Wah kayaknya aku bakal kalah deh sama Mbak soalnya aku kan ngirimnya puisi juga.."

"Nggak, Dek. Belum tentu. Bisa saja Dek Inel yang menang," aku mencoba menghibur Inel dan diri. Hmm, sepertinya nggak mungkin. Tapi perihal foto, aku sebenarnya penasaran.

Psikologi Bunda Afra dan Tugas Kita sebagai Manusia

Kami berangkat tanggal 23 sore dan sampai di Ngawi saat mentari menyapa bumi di tanggal 24 Desember. Mendekati lokasi kami disergap macet. Niatnya mau Shubuhan di Masjid Mehrunnisa' Gontor tapi nggak jadi. Di kanan-kiri jalan, semua kendaraan tersendat.

Bisa ditebak. Masjid-pom bensin di sekitar sana pun penuh. Beberapa kali kami memilih melanjutkan perjalanan saat melihat antrinya yang lumayan menyesakkan.

Akhirnya aku memilih sholat di dalam mobil. Tayammum dengan debu atas sandaran kursi. Allahu akbar, sholat sambil duduk. Beberapa rekan yang lain kuajak melakukan hal serupa.

Nah, karena postingan ini menurut sudah agak panjang kita jeda dulu. Tentang materi Bunda Afra hari itu akan kutulis dalam postingan khusus. Kukisahkan kembali #muswilflpjatim pada postingan selanjutnya.

Matahari perlahan menggeliat bangun. Berkas sinar hangatnya menyentuh dedaunan, jalanan hingga mobil kami. Satu momen yang terlewat di sini. Aku tak sempat menangkapnya. Sibuk menata diri, menata hati, menata hari. Macet masih berlanjut. Tapi dalam ingatan aku mencatatnya sebagai kenangan.

Klarifikasi Pena Award FLP JATIM
Jadi bagaimana perihal kelanjutan puisi?

Sebenarnya kalau boleh jujur sejak diumumkan para nominator dari berbagai kategori selain puisi aku sudah dilanda deg-degan yang sangat.

Rasanya detak jantungku mengalahi suara pemandu pengumuman. Saking keras. Tapi aku berusaha untuk senatural mungkin.

Lalu tibalah pada puisi.

"Mbak siap-siap." Dek Ani memegang tanganku. Membuatku tersentak kaget. Sedikit.

Namun hingga para nominator selesai dibacakan, tak sekalipun namaku masuk dalam deretan.

Alhamdulillah nggak usah maju-maju ke depan. Males aja. Malu banget pastinya. Pun waktu FLP Pamekasan dapet FLP Pejuang.

Ajaibnya ternyata foto yang dikirim Inel muncul saat pembacaan nominasi Penulis Fiksi. Lucunya bukan namaku yang tertera di situ.

"Lho itu bukan nama Mbak," spontan Dek Ani di sebelahku berkomentar. Karena kita duduknya dua atau tiga baris dari depan, komentarnya terdengar oleh yang sedang memandu.

"Ah dia mah banyak nama penanya," begitu kira-kira jelas si pemandu.

Itu kocak sekali pemirsah. Tapi aku cuma menahan geli di perut. In fact, ngomong-ngomong soal nama pena, aku memiliki banyak. Puluhan. Sebel deh kalau ketahuan itu gue. Haha.

Dan nama yang tertera di sana adalah nama asli, but that's not me lol.

Aku ingat sekarang, aku memang mengirimkan dua karya melalui email pribadiku yang namanya adalah pena. Namun karya satunya bukan milikku. Melainkan punya adikku. Nama akhir kami sama. Oh jadi itu.

Saudara-saudaraku yang lain, nama akhir nya pada sama. Nama Abi. Lha piye, nek adik-adikku semuanya ngirim karya. Nanti disangka nama penaku sedanten wkwkwk.

Pesan Haru Babe Rafif
Tak usah kuceritakan bagaimana tegangnya LPJan hingga pemilihan yang membuat FLP menjadi dua kubu. Insya Allah blogger FLP JATIM sudah menuliskannya di blog masing-masing.

Oia, sebelumnya orang-orang dengan suara terbanyak untuk kandidat ketua FLP JATIM ada empat seingatku. Satu akhwat, tiga ikhwan. Katanya mereka saat ditanya kesediaannya.

Mbak Zie menolak karena masih banyak ikhwannya. Satunya berkata ada dua yang menjadi pertimbangan; berkeluarga atau tidak dan masalah berat badan; gemuk atau kurus.

Akhirnya Pak Angga dan Babe Rafif yang maju.

Pak Angga: "FLP terlalu menawan. Saya tidak bisa untuk tidak bersedia."

Kalau Babe jawabannya lebih mengharukan. Da Babe jagonya.

"Sebelumnya saya sudah ijin pada istri saya. Katanya, beliau akan selalu mendukung. Namun dengan banyaknya amanah ini tolong jaga keluarga ini..."

*to be continue

Jumat, 02 Februari 2018

Do'a


Pagi ini gerimis. Pagi ini kelabu.

Bukan. Bukan berarti Allah sedang tidak sayang dengan memperlihatkan warna sendu.

Jika kau tahu, bahkan dalam hujan Allah turunkan rahmat. Bahkan dalam hujan Allah berikan kesempatan. Karena ialah waktu yang tepat untuk kita berdoa.

Memang. Sejatinya berdoa boleh kapan saja dan di mana saja.

Namun jika kau lebih cepat sampai ke Palestina menggunakan pesawat terbang kenapa tidak selagi kendaraan itu ada.

Begitu juga doa kala hujan merintik di atas bumi. Ialah kesempatan untuk doa. Agar doa cepat melesat ke langit ketujuh. Dan segera sampai di Arsy-Nya.

Pada doa kita panjatkan segala hajat kita. Allah akan senang. Allah bangga pada ia yang rajin berdoa dan meminta pada-Nya.

Bahkan. Allah sangat malu bila membiarkan tangan yang menengadah, pulang dalam keadaan kosong.

Maka perbanyaklah meminta pada Allah.

Ada waktu-waktu tertentu saat doa melesat dengan cepat. Selain hujan, hari Jumat tertulis ampuh mengijabah doa. Seperti yang dilisankan Rasulullah.
Begitu pula setelah azan berkumandang.

Ketika sang muazin memanggil kita untuk sholat, maka jawablah. Selepas itu, ambillah kesempatan berdoa. Karena ad-du'a bainal azan wal iqamah, la yuraddu. Doa di antara azan dan iqamah tak tertolak.

Pun kala sujud. Kita dianjurkan untuk memperlama durasinya. Biarkan kening kita menyentuh bumi. Sujud, selain diijabahnya doa adalah pula saat bergugurannya dosa-dosa kita. Meluruh dari badan dan lebur bersama tanah.

Allah Maha Pengampun. Diberinya kita minimal 34 kesempatan untuk bersujud. Kesempatan untuk bertobat meminta ampun.

Saat bepergian atau engkau sedang bertualang, itulah juga waktu melesatnya doa. Jangan engkau membiarkan kesempatan itu begitu saja. Daripada meminta dan berharap pada manusia lebih kepadaNya, Allah sang Maha Cinta.

Karena berharap pada manusia akan buat kau kecewa.

Juga di sepertiga malam. Di waktu jiwa-jiwa terlelap dalam tidur. Kala ruh-ruh diangkat sejenak dan akan dikembalikan lagi saat engkau bangun.

Qumillaila illaa qaliilaa.
Qum fa anżir. Wa rabbaka fa kabbir.


Bangunlah! Dan dirikan sholat malam. Tak ada yang berangkat kecuali sebagian kecil. Bangunlah dan berilah peringatan. Dan anggungkanlah Tuhanmu yang Maha Agung.

Begitu bukan yang Allah perintahkan dalam surat Muzammil dan Mudattsir
Hujan masih turun di sini..

Berkecipak ia dalam kenangan. Melagukan rindu di atas genting. Selagi kita diberi kesempatan.

Hendaknya kita mendoa dalam hening.


***

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.
[QS. Al Baqarah: 186].


Do'a