Rabu, 27 April 2016

Saatnya Mandi Kembang! [A Blografi]

Yeay, our mid-term test finally done! Nikmat mana lagi yang akan kamu dustakan? Kelar UTS, rasanya luaarrrr biasa. Bisa selonjoran dan mandi kembang! Atau setidaknya jalan-jalan. Haha.

Forget about college first. Kamis-Jumát, Sabtu, Ahad! Ada empat hari untuk ngalor-ngidul ke sana ke mari. Bisa menamatkan, buku-buku setebal bantal, koleksi film seleksi dari temen-temen dulu tapi :D atau merampungkan skripsi. Aww, rasanya ada yang kesenggol kalo ngomong beginian. Haha, semangat man-teman.

End the books!
Oke, oke. Tentang kembang, bunga atau apapun itu namanya. tau kan aku sangat menyukainya.  Nggak, gue baru tahu :p Very loooove it! sampai-sampai, kalo ketemu temen, dibilangnya si gadis kembang. Nggak peduli bunga apa, aku suka. .Apalagi warnaynya soft dan beraroma wangi. Laiknya mawar, melati semuanya indah*singing. Hadiahku untuk temen-temen juga bunga. Yaa, walaupun bunga di tepi jalan*wink

 Ngomong-ngomong kmebang, ada blog yang suka kembang banget ini. Namanya Mandi Kembang. Wah, berbunga-bunga setiap hari dong. Hmm, benar! Di bawah ini buktinya. Mbak Meriska, si empumya blog di senuah taman bunga.

Si empunya Mandi Kembang
Lengkapnya Meriska PW. Awalnya penasaran juga kepanjangan dari PW. Soalnya di semua akun Mbak Meriska selalu di cantumin. Mulai dari Line, Telegram sampai Instagram-nya Mbak Meriska ada. Nah, setelahnya mengunjugi blognya aku pun menemukan. Tepatnya di sini.

Jadi, PW adalah singkatan Putri Wuakeh. Eh, bukan ding Wahyuningtyas. Lengkapnya Mbak Meriska Putri Wahyunigtyas. Seorang Mamah yang memiliki anak bernama Alif yang berusia dua tahun. Kemaren waktu si Alif ulang tahun seru. Ide untuk mendekornya keren. Salut deh sama Mbak Meriska yang lahir di Blitar dan kuliahnya di FT UB. Cerita serunya Mbak Meriska sebgai seorang Mamah bisa dibaca di sini

Blog Mandi Kembang
Blog Mbak Meriska so girly and pinky. Mulai dari header dan font-nya yang bunga-bunga. Lantas tab berjejer pink juga judul postingan dengan font Lobster. Salah satu font yang aku suka selain Dancing Script dan Learning Curve. Eh, ada lagi! Font yang suka nongol di Blogger Perempuan; Bonjour. Font yang belum dapet nyari-nyari ke mana-mana. Soalnya berbayar.

Topik di blog Mbak Meriska banyak. Ada jalan-jalannya juga. Jadi ngiri pas Mbak Meriska sudah nyampe Gili Labak duluan. Nggak ngajak-ngajak >_< Emang gue siapa :p Setuju sama Mbak Meriska yang bilang, Gili Labak itu Maldives-nya Jawa Timur, Indonesia. Biruuu.. bingit. Layernya ke warna tosca itu juga keren! Tambah mupeng gue.

Sooo, tosca!
Selain aktif di blog, Mbak Meriska juga ada di Youtube. Salah satunya, live report Mbak Meriska dari Lombok. Ada juga video yang menayangkan betapa lihainya Mbak Meriska memakai make-up. Pakainya cepet. Tak sampai tiga menit. Dakara, shugoi!

Nah, itu dia ulasan tentang si empunya Mandi Kembang;  Si Mamah blogger, Mbak Meriska Putri wahyuningtyas Yeay! Hafal.. Istilah blografi juga saia temukan dari blog beliau. Sekian guys. Ja ne! Ketemu lagi di postingan selanjutnya. Sayounara..

Senin, 18 April 2016

Chilling in Cathing Fire [Hunger Games II]



Tuh kan akting. Kattnis said that in minute four. Just I said before, Kattnis hanya berpura-pura mencintai Peeta. Ada Gale yang melindungi keluarganya di distrik 12. He protects Katniss’ mom and her sister. Tentu saja Kattnis lebih memilih Gale. Sedangkan Peeta, hanya orang asing yang ditemuinya di toko roti dan menjadi pasangannya di Hunger Game. Ya, meskipun sebnarnya Peeta mencintai Kattniss, I guess.

Kesayangan Kattnis
I will before the snow melted.  I noted it. It was sentence I got from Kattnis before left Gale. Sebelum akhirnya Gale dicambuk di alun-alun oleh ketua baru yang katanya will make a peace in that district. Semuanya menjadi rumit. Bawahan Snow –presiden Hunger Games- memporak-porandakan distrik 12.

Sang ketua baru
Katniss tak dimaafkan. Ia menyelamatkan Gale dari cambukan. Ketua baru kemudian menodongkan pistolnya. Berniat menghapus Kattnis dari kehidupan –kalimat ini aku dapat dari film India :D you know the meaning, right?- namun Haymitch mencegah sang ketua. Peeta datang menyelamatkan tiga orang itu dari ketua. Jadilah mereka aman.

Pemenang Hunger Games I
As I told you here, Peeta dan Katniss sekarang adalah pemenangnya. Tepatnya, the victors from Hunger Game I. Ya, they did it. Karena mereka akan memakan buah beri mematikan di akhir pertandingan. Capitol, I mean Snow, tak mungkin-lah membiarkan hal itu. The Capitol left them alive and won the game in the end of story.

Ceritanya kemudian amat sangat mengharukan. Ya, aku merasakannya hingga akhir. Mengharukan dan menyebalkan kalau aku boleh bilang. Pihak Capitol memiliki dendam or apalah istilahnya. Mereka membuat para pemenang dari puluhan game berkumpul. Katanya sih peringatan dari Hunger Game. It called as Quarter Quell ke-3.

Peserta Quarter Quel ke-3
Jadilah Kattnis terpilih kembali karena ia satunya-satunya wanita di distrik itu yang pernah menang. It should be Haymitch actually, tapi Peeta mengajukan diri untuk mengganti. Mereka kemudian menjadi satu tim. Kattnis dan Peeta sebagai peserta, Haymitch mentor mereka, Effie, sang manajer dan Cinna si perancang busana.

Cinna, si perancang busana
Let me tell you about them. Haymitch pernah menang Hunger Game sebelumnya that 's why dia jadi mentor atau lebih tepatnya penasehat. Cinna, dia perancang busana yang hebat. Ia yang membuat Kattnis terlihat mengesankan saat malam perkenalan. Membuat Kattnis dan Peeta dalam busana penuh api. Api sungguhan menurut cerita. Hanya busana mereka yang tahan api. Effie, hanya mengatur segala sesuatu tentang mereka. Seperti mengatur jadwal mungkin.

Effie, si rambut emas
Effie yang membuat mereka bersatu. Ya, dengan lambang. Kattnis memiliki pin burung mockingjay berwarna. Pin yang diberikan secara cuma-cuma di pasar.  Effie memiliki rambut berwarna emas. Haymitch diberi sebuah gelang dan untuk Peeta sebuah liotin. Simbol emas untuk sebuah tim.

Hadiah yang diberikan Effie pada mereka atas seorang bayi. Peeta membuat lelucon lagi. Dia mengumumkan bahwa Kattnis dan Peeta telah menikah secara rahasia. Then they have a baby. Tentunya dalam kandungan. Itu diumumkan Peeta dalam wawancara pada perkenalan Quarter Quell ke-3, pertandingan antar pemenang dari setiap distrik. Sebuah peringatan Hunger Game setiap 25 tahun sekali.

Pemberontak di jalanan
Pemberontakan di distrik 8
Entahlah, situasi makin tak terkendali. Banyak rakyat yang memberontak di jalan. Sejak Kattnis menang di Hunger Games yang pertama, harapan mulai muncul di dada setiap orang. Apalagi? Penguasa zalim seperti itu tentu akan membuat orang-orang akhirnya melawan. Penguasa yang keji. Can we say that? Penguasa yang dzalim, lalim. Oh, God! Save us form that.

Sangat hegemoni. Aku akhirnya menyadari hal itu. Seorang temanku yang semprol dan wisuda pertama kali dari konsentrasi sastra, ia memakai hal itu. Teori yang tepat menurutku. Di seri yang kedua ini memang lebih ke hegemoni daripada pemakaian teknologi. Teknologi yang merupakan anak dari Posmodernisme.

Bagaimana tidak, Snow sang presiden begitu tega melakukan itu pada semua itu. Dou desu ka? Menurutmu bagaimana? I think karena dia sangat kaya dan berkuasa. Snow mungkin takkan melakukannya jika dia tidak memiliki kekuatan seperti itu. Perhatikan saat Kattnis berhasil memanah kubah tempat para peserta bertempur, Snow sedikit tak berkutik karena kehilangan kontak dengan seluruh panitia. Rasakan!

Panitia
Selain hegemoni, cerita ini bisa dianalisa menggunakan feminisme. Entah itu yang radikal, liberal maupun tradisional. Effie, selalu mengatakan lady’s first saat mempersilahkan Kattnis dan Peeta. That’s natural or let’s say it in traditional feminisme. Setidaknya begitu yang aku pelajari di kelas.

Ya, meskipun Kattnis selalu lebih unggul dari Peeta. Lebih mahir menyelamatkan diri dan memanah. Juga yang lebih sering mendapatkan ide terlebih dahulu. Oh, itu mungkin bisa dikatagorikan sebagai liberal. Yeah, woman can fight too. That was stated in the story, you know.

Kattniss, jago manah

Pertandingan lebih ketat dari sebelumnya. Ada kabut yang beracun. Ketika tersentuh, peserta akan merasakan seperti tersengat listrik dan bentol-bentol layaknya kusta akan menyebar di atas kulit. Kemudian it will made you into a death. Kera-kera ganas yang bisa membunuh merah. Hujan darah yang dapat mengakibatkan buta. Tsunami pun mengancam bibir pantai meski mereka keluar dari hutan. Semua peserta dalam pengawasan. Setiap kali ada yang gugur, meriam akan meletus. Berbunyi nyaring.

Kabut beracun
Dalam pertandingan kali ini mereka bersekutu dengan Finnict, Joahnna dan pasangan mereka. Beeta, ahli teknologi yang akhirnya gugur setelah istrinya. Begitu juga dengan pasangan Finnict dan Joahnna. I’m an open book, itu yang dikatakan Kattnis pada peserta lainnya. Kattnis juga sangat mengesankan saat perkenalan. Gaun pengantin yang berubah menjadi mockingjay. Rancangan Cinna tentu saja. So impressive! Kukira, akhirnya akan menyenangkan. Namun dalam cerita Cinna dihapus dari pertandingan. Tepat sebelum Kattnis memulai Hunger Games yang kedua.

Gaun Kattnis di Hunger Games II
Gaun Kattnis berapi
Putih, berapi menjadi hitam dan Mockingjay!

FYI, di akhir cerita Kattnis kembali bersama Gale. Sedangkan Peeta berada di Capitol bersama Joahnna. The story was too crowded. You have to watch this! Trust me it works eh jadi kayak iklan yaa :D

Indekos, 16, April 2016, 16:15

Found the Champion! [Review Hunger Games I]



Happy weekend, guys! Weekend kali ini aku habiskan beberapa koleksi movie. Tepatnya Hunger Games I & II. Kurasa itu sangat membuang-buang segalanya. I mean, I talks about the movie. Membuang uang, waktu dan para pemuda. Mereka, para panitia –kalau boleh kubilang- menyediakan fasilitas mewah. Mulai transportasi, makanan, pakaian dan lainnya. Ya, mungkin mereka kebanyakan uang so they don’t have to do with all money they had. Maka mereka mengadakan itu, Hunger Games.

Kereta yang membawa Kattnis
Menciptakan kedamaian? Ah, mereka nyatanya fight each other. Saling membunuh dan, mencari yang terkuat. Mencari satu orang pemenang dari semua perwakilan distrik. Is it call a peace? Time I said. Masa muda seperti itu bukankah mereka harus membiarkan segala potensi terjadi. I mean, waktu-waktu muda seperti itu ’kan time for them untuk bebas berkreasi. Ngapain coba? Apalagi umurnya rentang 12-18 tahun. Masih sangat muda bukan?

Dan pada akhirnya banyak pemuda yang gugur. Ya, seperti Rue. Anak manis berambut keriting. Rue yang menyuruh Kattnis, sang tokoh utama menyerang anggota distrik lain dengan lebah penyegat mematikan. Gadis kecil yang merawat Kattnis in couple days. Pada akahirnya saat Rue terkena panah lawan, Kattnis memberikan penghormatan terakhir yang sesuai. A bouquet of flowers she put on Rue’s corpse.

Si manis, Rue
Dalam cerita itu, ada perwakilan dari setiap distrik. One boy and girl. Kattnis dan Peeta mewakili distrik 12. Kattnis sesungguhnya adalah relawan karena yang terpilih adalah adiknya. Kakak yang baik tak mungkin bukan menyerahkan adiknya begitu saja dalam pertarungan mematikan seperti itu. huumb, Kattnis did that for her lovely sister.

Kattnis and her sister
Film yang mendebarkan. Let’s say it’s kind of thriller. Adaptasi dari novel. Talking about this, ada beberapa teman yang memakainya as source of their thesis. Dua orang malah. Satunya pakai teori hegemoni satunya... nggak tahu deh :D

Menurutku teori yang bisa dipakai adalah ekranisasi. Jelas, karena film ini adaptasi dari novel. Terus pos-modernisme. Lihat saja teknologinya. Shugoi dakara. Bagaimana semua kamera ada di hutan mengintai para pemain. Itu saat Kattnis tertidur di pohon ada kamera dengan bentuk dan tekstur seperti pohon.

Kamera yang mengintai Kattnis
Pengumuman yang ditampilkan di langit. Cuaca atau pengaturan cahaya di hutan juga dapat diatur. Dan lagi, saat para panitia mengirimkan hewan dari komputer mereka untuk menyerang para peserta. That was awesome! Oia, fasilitas Kattniss saat di kamar juga lumayan. Remot kamarnya bisa mengubah background dinding kamar.

The announcement over the sky
Pengiriman hewan
Room for Kattnis team

Ummb, selanjutnya teori apa ya. Aha, dari psikologisnya juga bisa. Bisa dilihat dari hubungan antara Kattnis dan Rue. Mereka seharusnya saling mengalahkan, bukan? But, it was not happened there. Dan cowok dari distrik Rue juga menyelamatkan Kattnis saat dia mengambil obat untuk Peeta. Hubungan antara Kattnis dan Peeta juga bisa diteliti. Is that a  real love? Menurutku sih nggak, soalnya ada lelaki yang menunggu Kattnis di rumah. Ya, Kattnis hanya melakukannya untuk kepentingan reality show yang ditayangkan ke seluruh penjuru distrik.

Nah, that was my opinion about this movie. Actually for Hunger Games I. For the next movie (Hunger Games II) I’ll post next. Yosh, mari lanjutin nonton. Let’s end this weekend happily. Ngabisin koleksi movie. Nanti Senin, back again ngerjain skripsi. Yuhuu..

Haha, lumayan ‘kan jadi ada yang bisa ditulis. Bisa diposting di blog, ngasah skill dalam bermain kata-kata daan.. Let’s watching movies more :D

Indekos, 16 April 10:43

Senin, 11 April 2016

Oliver Twist: Kisah Perbudakan

Oliver Twist, film yang diadaptasi dari novel berjudul sama. Film ini pernah dianalisis oleh seorang teman dalam kelas Film Apreciation. Cerita yang seringkali dibahas di kelas sastra-nya Ms.Iin. Tema utama yang diangkat adalah tentang perbudakan.

Adalah Oliver, seorang yatim yang kemudian dimasukkan ke dalam asrama. Tempat anak-anak berkumpul di sana. Entah bagaimana sistemnya, namun anak-anak di sana seringkali terlihat bekerja memintal tali tambang.

Sebagaimana budak, istirahatnya pun hanya memakan bubur encer. Hanya dua sendok takar saja. Nah, ada sebuah kejadian ketika nama Oliver muncul dalam undian yang diadakan anak-anak asrama. Sebagai pemenang undian, Oliver harus meminta tambah jatah makannya. Tentu saja ini membuat pihak asrama marah.

Atas kelakuannya tersebut, Oliver pun dijual seharga £5. Proses ini melibatkan hakim. Di sana Oliver mengiba karena pembeli budak wajahnya amat kotor dan menakutkan. Hakim meloloskan permintaannya namun pada akhirnya Oliver terjual juga kepada orang yang berbeda.

Di rumah majikan barunya, Oliver mendapatkan makanan yang lebih layak daripada di asrama. Namun itu adalah makanan yang biasa diberikan sang majikan kepada anjing. Oliver tak bertahan lama di sana karena berkelahi dengan anak majikan. Ia kabur dan nekat berjalan 70 mil jauhnya menuju London.

Oliver menuju London
Lelaki berusia 10 tahun itu terus berjalan. Tidur di dalam tumpukan jerami pak petani. Minum di kubangan air sisa hujan. Hingga akhirnya ia pingsan di pertengahan jalan. Seorang nenek baik hati menolongnya. Memberinya makan dan tumpangan tidur semalam. Setelah istirahat sebentar di sana, Oliver melanjutkan perjalanan kembali.

Perjalanan yang membuat sepatunya koyak
Ia kembali pingsan sesampainya di London. Anak lelaki lainnya yang bernama Dodger menolongnya. He walked for seven days. Di London Oliver jadi pencopet. Ah, malang nian nasibnya. Pindah dari asrama, dari majikan satu ke yang lainnya dan akhirnya begitu. Oia, di sana sapu tangan mahal harganya. Jika berhasil mencuri barang tersebut akan mendapat penghargaan yang luar biasa dari Fagin. Lelaki tua yang memperkerjakan mereka.

Hari pertama Oliver
Proyek pertama Oliver bukan sapu tangan. Itu hanya latihan sederhananya dengan Fagin agar diijinkan keluar rumah. Oliver tak pernah benar-benar berhasil mencuri. Hari pertamanya keluar dari kurungan membuat ia digebuki warga kota.

Toko buku dan Oliver jadi tersangka. Ya, sebenarnya yang mencuri saputangan Mr. Brownlow bukan dia tapi Dodger dan kawannya. Meski begitu, itu takdir yang harus diajalani karena akhirnya Oliver terbuktitak bersalah dan diangkat menjadi anak oleh si bapak. Akhirnya ia tidur nyaman dengan bangsawan-cendekiawan mungkin karena dia suka baca buku. Huhu, tapi si Oliver ditangkap lagi karena takut membocorkan rahasia para pencopet, Fagin dkk.

Nancy, penyelamat Oliver
Berkat Nancy-gadis dari komplotan para pencopet- akhirnya Mr. Brownlow mengetahui keadaan Oliver. Rupanya ia sangat sayang pada anak berumur 10 tahun itu. Bill, membawa kabur Oliver ketika massa merangsek padanya. Sebelumnya Bill membunuh Nancy karena telah membocorkan rahasia keberadaan Oliver. Namun Bill akhirnya mati tergantung pada tali tambang setelah menyebrangkan Oliver. Finally, Oliver adopted by Mr.Brownlow. Yeay!

Oliver di rumah baru

Kabur dan menuju London yang berjarak 70 miles pun diajalani Oliver. Kakinya lecet dan sepatunya rusak. Semua dijalaninya dengan bahagia. Tapi tak apa baginya asal tak jadi budak dan bebas. Bukankah yang harus kita lakukan adalah bersyukur atas kehidupan. Terus beribadah atas segala keadaan. Usaha akan terbayar, pun anak sekecil itu. Ia merdeka dan sepertinya saat dewasa Oliver akan menjadi penulis buku. Ya, you know, ia tinggal dengan banyak buku-buku di rumah Mr.Brownlow.
New hope for Oliver

Parenting Gratis dari Momaliza

Karena alasan belum menikah, biasanya aku suka ditolak masuk grup ibu-ibu. Seperti misalnya para ummahat threat that to me. "O, maaf Dik kalau masih mahasiswa belum bisa bergabung," penolakan halus waktu itu. Tapi tidak dengan Blogger Perempuan. Meski kebanyakan para anggota adalah mamah-mamah, mereka menyilahkan siapa saja masuk di sana.

Jadilah di dalamnya ada kelompok kecil yang membuatku satu tempat dengan Momaliza. Ahli parenting, yang bisa kita serap ilmunya di blog pribadi beliau. Memiliki anak lebih satu merupakan pengalaman yang lumayan memadai.Selain aktif ngeblog, beliau juga gencar mengirimkan tulisannya ke media. Ini salah satunya. Momaliza juga memiliki tujuh buku. Teranyar, Nyebur ke Dunia Anak.

Nyebur ke Dunia Anak
Nah, di blog beliau aku belajar banyak hal. Seperti misalnya mengapa anak berbohong? Kita tahu biasanya anak kecil adalah makhluk paling jujur sedunia. But in a real, mereka melalukannya. It happens for a reason, right? Ya, apalagi jika bukan karena ingin terlindungi. Agar aman.

It made me remember the story about seorang anak kecil yang disangoni uang banyak oleh ibunya. Satu pesan ibunda sebelum anak itu pergi melakukan perjalanan, be honest. Pesan yang dipegang si anak hingga segerombol perampok mencoba mengambil uang sebanyak itu.

Saat ditanya tentang jumlah uang, si anak menyebutkan nominal yang besar. Memang itulah yang disangoni ibunya. Perampok, tentu saja tak percaya. Anak sekecil itu mana bisa memegang uang sebanyak itu, tapi kenyataannya demikian. Ketika digeledah, begitulah nominal yang ditemukan. Kejujuran anak tersebut membuat para perampok dan komplotannya bertaubat.

Have you heard that story? I hope so because that was famous tale. About honest, can we teach that value to the children? We can, doing that by learning, isn't it?

Anak Momaliza
Ya, menerapkan suatu aturan di rumah memanglah tidaklah mudah. Mengelola emosi atau membentuk karakter anak agar mandiri seperti Momaliza katakan. Perlu dukungan orang-orang sekitar. Ayah dan Ibu yang membesarkan pun harus kompak. Apalagi jika tinggal dengan kakek-neneknya, peraturan harus dikomunikasikan agar tidak rancu. Kebayang jika misalnya orang tua telah menetapkan sistem menabung untuk mendapatkan mainan tapi kakek atau neneknya malah dengan mudah membelikannya. Whoa, they will break the rule. That's why communication is important.

Momaliza
Nyarios naon? Mojang kene geura :D Jangan salah, zaman esema dulu sudah pernah diajari bab nikah lho. Diajari juga cara mendidik anak di pelajaran tarbiyah nasawi. Ya, apalagi parenting. Belajar sebelum nikah juga penting! Nah, you are allowed to ngubek-ngubek blog Momaliza dan belajar parenting gratis di sana. Yuk, let's go!

Selasa, 05 April 2016

FLP goes to Jogja!

Setelah acara di tingkat wilayah, selanjutnya FLP goes to Jogja dalam rangka Milad ke-19. Lumayan telat ini reportasenya. Maaf ya. Tapi, rasa bersalah itu akan terus menghantui penulis jika tak segera dipublish. So here, reportase dan rangkuman materi dari seminar nasional dalam rangka Milad 19 FLP.

Seminar Nasional FLP di Jogja
Seminar ini terselenggara Sabtu, 27 Februari 2016 kemarin. Wah sudah lebih sebulan ternyata :grin: Kami dari FLP Bangkalan berangkat berdua saja. Lumayan menggunakan tiket gratis dari FLP pusat. Tamu kehormatan alhamdulillah dapat fasilitas VIP; duduk paling depan dan jatah makan siang. Mantap! Jadi dapat menangkap materi dengan jelas.

Ada kejadian lucu sebelum masuk ruangan. Aku dan Dek Ani ikutan antri di bagian registrasi. Antriannya mengular. Panitia kemudian membagi antrian sesuai huruf abjad. Dek Ani, yang nama depannya dimulia dengan huruf A di bagian kanan. Aku yang 'S' di antrian sebelahnya. Kemudian tiba giliran kami mengisi form. Setelah dicari ternyata nama kami tak ditemukan. Ternyata oh ternyata, nama kami terderet dalam daftar tamu undangan. Ups!


Dimulaih acara. Dua orang MC maju ke depan peserta. Namanya, umm I did’nt catch it. Aku kurang perhatian ternyata. Nadia Taftazani, ketupel acara kemudian memberi sambutan setelah MC menyilahkannya. Kalimat yang saya catat di buku saat Mbak Nadia maju, “Jika kau tak tertulis dalam sejarah maka menulislah!” Ya, tentu saja itu kalimat yang membuat semangat kembali berkobar.

Kemudian Bunda Shinta maju, beliau memberikan kami berita gembira. Ada tamu spesial dari Jombor Baru Malaysia. Anggota FLP juga. Shugoi yo! Materi pertama dari Bunda Shinta Yudisia sebagai keynote speaker. Bunda menyampawikan banyak hal terkait sastra. Katanya, menulislah hanya untuk kebaikan. Jadikan penamu bak tongkat Musa yang kehadirannya dapat membelah lautan dan menyelamatkan orang-orang. Seperti Sayd Qutb bilang, satu peluru hanya menembus satu kepala, namu pena bisa menembus ribuan hingga jutaan pembaca.
Sastra Santun di Era digital. Itu tema seminar nasionalnya. Dalam pidatonya Bunda Shinta mengutip perkataan David Karnoff, kita tidak bisa mengkambinghitamkan teknologi. Ya, sadar-tidak sadar kita banyak ditolong oleh teknologi. Bagaimana tidak, jika dulunya memanggil saudara yang sedang di sawah biasa menggunakan loudspeaker desa sekarang tinggal calling saja. Dulu, berjam-jam di warnet sekarang bisa pakai paketan data smartphone. Mudah.

Setidaknya teknologi dapat membantu banyak. Terutama bagi kita; penulis. Penulis yang selalu menyebarkan kebaikan. “Janganlah kau jadi pribadi yang datangmu tak menggenapkan, pergimu tak mengganjilkan,” kata Hamka. Penulis yang sama sekali tak diharapkan tulisannya. Apalagi jika tulisannya memberi pengaruh yang ‘mengesankan.’

Sebagai penulis tentunya kita harus memiliki arah. Tujuan yang pasti. Juga menjauhi adat-adat yang buruk. Menulis dengan cara santun dan terhormat, begitu Bunda Shinta menyampaikan. Teruslah menulis untuk kebaikan. Biarkan honor dari Allah datang. Tak peduli media menolak ratusan.

Bunda Shinta mengisahkan bagaimana cerita bagusnya yang dimuat media, kemudian honor tak datang meski itu adalah hak penulisnya. Kabar bagus datang kemudian. Sang penulis dihubungi orang Korea terkait karangannya dan mendapatkan penghargaan yang lebih pantas.


Keroncong pelipur lara formasi lengkap
Sebelum seminar benar-benar dimulai Keroncong Pelipur Lara menyenandungkan lagu-lagunya. Menghibur kita sebelum pemateri tiba. Bengawan Solo, lagu pertama yang dibawakan. Aransemennya indah. Berbagai alat musik mereka mainkan. Aku kagum dengan pemain biolanya. Jadi ingat Teh Lia yang suka banget biola.


Pemain biolanya yang sebelah kanan
Lagu kedua yang dibawakan Selamat Ulang Tahun-nya Jamrud.


Hari ini, hari yang kautungguBertambah satu tahun, usiamu,Bahagialah selalu

Yang kuberi, bukan jam dan cincinBukan seikat bunga, atau puisi,Juga kalung hati

Maaf, bukannya pelit,Atau nggak mau bermodal dikitYang ingin aku, beri padamuDo'a setulus hati ...

Reff:Smoga Tuhan, melindungi kamuSerta tercapai semua angan dan cita citamuMudah mudahan diberi umur panjangSehat selama-lanya

Jilbab Traveller menyambut Bunda Asma Nadia
Lagu terakhir pas sekali dengan kedatangan Bunda Asma Nadia; Jilbab Traveller. Bunda malah tak langsung duduk di kursi kehormatan. Dari awal lagu beliau merekam aksi Keroncong Pelipur Lara dalam video. Keren deh mereka. Karena semua pemateri telah lengkap maka dimulailah acara.

Bunda Kun


Moderatornya sangat interaktif lho. Dosen jurusan kimia. Dosen UNY. Bu Kun namanya. I learnt a lot from her. Dosen kimia yang mencintai sastra. Keren ‘kan? Jarang-jarang lho. Terus semuanya diibaratkan dengan hal-hal yang berbau kimia sama moderator ini. Sayangnya aku lupa namanya. i really thank for your, knowledge you gave me. Moderatornya keren.

Tersesat dalam jalan yang indah, kata beliau mengisahkan. Awal beliau bersama sastra. Senang dalam kegembiraan. That’s why beliau masih setia bersama sastra. Santun dalam kata, halus dalam makna.

Empat Materi dari Empat Narasumber

Semua pemateri dan moderator seminar nasional
Narasumber pertama Evi Idawati.Latar belakangnya seni. Sepertinya beliau pecinta teater. I guess. Jika kau mencintai puisi, so when you see how she act in the stage you will got poems flow naturally  there. Pilihan katanya selalu  membuat darah berdesir cepat. Merinding. Suka deh sama aksi panggungnya. Aku tak dapat mencatat semuanya. Tapi ini kata-kata yang berhasil aku tulis dalam buku kecil. 

Evi Idawati
Menjadi artis adalah mimpi orang-orang yang ingin populer. Namun popularitas hanyalah sementara. Allah-lah yang kekal. Tuhan Allah, adalah puncak segala tujuan. Maka dengannya akan dimiliki kehendak dari kekuasaan Tuhan.

Raihlah kemuliaan! Kemuliaan adalah kebersamaan dengan Tuhan, kata Ibnu Arobi

Menghapus kejahatan. Menggempur arus pornografi. 

Kebaikan akan menjadi cahaya yang abadi dalam diri kita.

Di detik-detik terakhir, beloau menyampaikan harapannya pada FLP. Semakin bercahaya, menjadi lentera di mana saja. Shugoi, desu yo ne?

Kang Irfan dan Teorinya
Selanjutnya Kang Irfan, begitu beliau ingin dipanggil. Soalnya beliau dari Sunda dan narasumber yang satu lagi juga namanya Irfan. Jadi biar beda. Satunya Kang Irfan, dan satunya Mas Irfan. Irfan yang ini namanya lengkapnya Irfan Hidayatullah. Dosen UNPAD Bandung

Irfan Hidayatullah
Karena beliau adalah dosen, mari kita berteori sejenak. Menurut beliau, sebenarnya teknologi tak beri pengaruh terhadap wacana. Namun dalam puisi bentuk akan mengubah makna. Kita tahu kan, ada puisi yang kata-katanya ditulis sedemikian rupa hingga bentuknya menyerupai bunga, hati danlain sebagainya. Nah, pasti berbeda rasanya jika membaca puisi di layar sekian inch dengan puisi yang dicetak dalam bentuk buku. That’s why. Meski begitu secara umum yang berubah hanya alatnya saja. Intuisinya sama.

Setelah dua narasumber tadi memberikan limpahan ilmu, moderator berkomentar, “Mbak Evi yang dramatis dan Kang Irfan yang teoritis.” Sastra seperti hukum kekelan massa karena sastra sudah diciptakan sejak zaman dahulu kala. Sejak zaman Adam. Hanya casing-nya saja yang berubah. Anak cucu yang berupa pena, buku, dan gagdet.

Mas Irfan, pemateri ketiga
Jika sebelumnya Kang Irfan pembicara berikutnya Mas Adam. Beliau mengangkat tema, Media Sosial sebagai Personal Branding. Ya, saking dahsyatnya sosial media. Zaman sekarang medianya beragam. What’sApp, Telegram sampai Facebook yang masih bertahan meski diterjang gelombang. Dengan media-media tersebut kita bisa menggairahkan minat membaca masyarakat Indonesia.

Irfan Adam
Tahu kan, minat baca orang Indonesia. Dari beribu orang, hanya satu saja yang suka membaca. 0,01 hasil dari penelitian organisasi PBB. Padahal tradisi literasi harus diwariskan dari generasi ke generasi. Seperti membaca, menulis, berdiskusi hingga publikasi. Nah, media sosial salah satu alatnya.

Kabar baiknya Jogja menjadi kota tertinggi minat bacanya dibanding kota lainnya. Miris, mengingat di sekitar kampusku tak ada satupun toko buku. Bagaimana mau bersaing dengan Jogja T.T Bangkitlah..

Kabar gembira lainnya ada aplikasi yang mendukung para pecinta buku. Moco namanya. aplikasi bikinan anak Jogja. Keren deh! Di aplikasi ini ada hak ciptanya. Jadi karyamu tak akan bisa di-copy paste. Tentang pembicara ini, Bunda Kun sebagai moderator menyebutnya sebagai penyimpan energi. Apa ya, istilah kimianya. Aku lupa.

And here we are! Pembicara yang ditunggu. Asma Nadia dengan balutan kerudung pink. Cantik. Trailer Pesantren Impian diputar terlebih dahulu. Lampu-lampu dimatikan dan kesan horor-menegangkan kemudian datang. 

Bunda Asma Nadia
Kenapa film horor? Film-film pendahulu Asma Nadia kebanyakan bertemakan cinta-remaja dan rumah tangga. Katakanlah Assalamu’alaikum Beijing, Aisyah Putri dan Surga yang Tak Dirindukan. “Film horor adalah puncak amarah saya,” ungkap Bunda Asma. Ya, nggak sih?

Lihat saja film-film horor Indonesia yang nggak genah semua. Mana ada yang benar. Dari mulai yang ngesot sampai datang bulan. Aneh semua! Pornografi? Ugh, itu tuh pasti ada. Makanya Bunda Asma ingin melawan yang satu itu. apalagi sebagai anak FLP. Karena tidak mustahil setelah mereka nonton, mereka akan membaca bukunya juga. Kudunya kita dukung film-film religi. Tak harus film Asma Nadia, film-film yang lain juga bagus. Bulan Terbelah di Langit Eropa adaptasi dari novel Mbak Hanum misalnya.

Asma Nadia

Film religi menurut beliau adalah program dakwah. Siapa tahu kita dapat menghijrahkan produser-produser yang nggak genah itu. Bagaimana caranya? Nonton di hari pertama karena hari itu menentukan lanjut tidaknya sebuah layar. Tak bisa nonton, sedekah twit! Jangan pelit! Setidaknya kita bisa mempromosikan film-film bermutu bagi masyarakat. Film yang menampilkan nilai-nilai islami. Ibarat restoran padang, yang baik-baik kasi tahu orang-orang, yang buruk kasi tahu produsernya.

Dan juga sebagai penulis, pastikan yang baik-baik saja yang kita tulis. Tulisan yang meninggalkan pesan di dalamnya. Pesan yang membuat kita abadi dalam karya.

“Kalau menurut saya, Asma Nadia ini adalah katalisator. Reaksi yang menimbulkan reaksi berikutnya,” respon moderator setelah Bunda Asma menyelesaikan materinya. 

Beberapa Pesan
Pemateri dalam sesi tanya-jawab
Pesan ini yang saya catat ketika sesi seminar akan berakhir. Tepatnya saat sesi tanya-jawab antar pemateri dan peserta. 

Kita mulai dari Bunda Asma yang berbicara tentang kepenulisan.

Mengapa menulis? Banyak orang ingin-mau menjadi penulis, mengapa kau juga? Matahari terbit di timu dan tenggelam di barat. Mengapa kau ingin menjadi penulis? Cari! Tumbuhkan alasan yang kuat yang kalau kau tak menulis hari-harimu hampa. Tiada artinya. Kalau saya, karena saya tahu umur saya terbatas. Satu buku sebelum mati, BISA!

Sebelum menulis, berwudhu-lah terlebih dahulu. Mudah-mudahan tulisanmu bisa menjadi ibadah. Terkait film, religi bisa kok di semua genre. Dan Pesantren Impian, mengapa pesantren? Pesantren itu rumah kebaikan. Budget, mau kecil mau besar dakwah adalah tentang kesempatan.

Kang Irfan kemudian menjawab tentang anak yang suka membaca. Keponya anak harus diarahkan. Sebagai Ayah juga harus lebih banyak belajar. Jangan salah, Ayah juga harus disekolahin. Apalagi ketika anak sudah sanggup memilih. Hantu pertama adalah idealisme yaitu peluang yang seringkali dibatasi orang tua. Itulah tugas orang tua, bagaimana mendapatkan ikan dengan meninggalkan kolam yang tetap jernih.

Di sini Mbak Evi menambahkan. Sebagai orang tua, harusnya kita menjadi karib yang bersama-sama dalam kebaikan. Beliau seringkali membeli reward terhadap anak-anaknya ketika selesai membaca buku.

Pentas Teater Pena dari FLP Jogja
Penyerahan kenang-kenangan
Sesi tanya-jawab pun berakhir, selanjutnya penyerahan kenang-kenangan kepada pihak sponsor.

Salah satu adegan teater
Setelahnya, kita dikejutkan lagi dengan matinya lampu-lampu. Ternyata Teater Pena, dari FLP Jogja menampilkan sebuah kejutan. Show yang apik. Mereka menyajikan kisah keluarga. Ayah yang pemalas. Anak yang kerjanya minta uang saja. Aku lupa detailnya, namun yang aku ingat mereka keren!

Pemotongan tumpeng oleh Bunda Shinta
Pentas selesai saatnya pemotongan tumpeng! Dipotong langsung oleh Bunda Shinta. Tumpeng kuning beserta lauk-pauknya, mau?

Kopdar di Stand Up Comedy!

Boim Lebon dan MC
Acaranya mau bubar nih. Tapi untung ada Boim Lebon. Beliau maju ke depan menghibur kita. Tahu kan yang bikin LUPUS sama Hilman. Di depa, beliau berkolaborasi dengan MC cowok yang ternyata nggak kalah gokil.

“Saya tahu mereka sering latian di pantai?”
“Kok tahu?”
“Soalnya mukanya pada item-item :D”
Haniah dan Boim Lebon
Selain banyolannya Boim Lebon, tenyata aku bertemu anak Solo yang sudah sekian tahun temenan di Efbi. Namanya Haniah Dia yang dapet buku barunya Boim Lebon. Tahu gitu, kan ngobrol ngalor-ngidul. Tahunya pas dia aplod di Efbi. Aku sebelumya nggak begitu ngeh juga. In another time, maybe ya..

Kesan; Kerennya Panitia dan Acara yang Apik
Selesai acara ditutup dan sebelum acara seminar dimulai, panggung menyajikan musik keroncong. Dan sebelum itu, aku terpesona dengan kerja Sie. Perlengkapan I guess. Bagaimana orang-orang dengan dresscode sama medatangkan kursi-kursi ke atas panggung.

Ini juga terjadi ketika teater akan dipentaskan. Bukan teater sepertinya. Musikalisasi puisi lebih tepatnya. Mereka dengan kompak membereskan kursi-meja narasumber dari atas panggung. Kerjanya rapi! I’m proud of you guess. FYI, aku nggak pernah jadi Sie. Acara seumur-umur. Nggak ada yang nanya >_<

PDD-nya juga oke! Cie, yang langganan jadi PDD. Mereka bikin batas untuk moto. Iyalah, ini kan acara nasional. Trus sekarang zamannya gadget dan Instagram, pasti deh hobi fota-foti. Indeed, FLP yang notabene suka nulis, pastinya pada punya blog yang bakal nulis pengalamannya. Dan tentu ditambah foto tentunya. Kayak gue ya? :D

Di lantai bawah, satu tingkat di bawah ruang seminar ada background kece yang bisa dibikin foto-foto. Lucu-lucu. Ada tulisan top be-ge-te juga. Topeng-topeng Pesantren Impian Bunda Asma juga ada. rame dah. Jadi inspirasi kalo ada acara-acara.
Became a Winner!
Hadiah Lomba Livetweet FLP

Daan yang palin paling berkesan, aku jadi juara! Yeay! Alhamdulillah. Juara apakah itu? Jadi pas acara itu ada loba livetweet. Dan satu di antara tiga-nya itu aku. Hontoni yokatta. Pemenang lainnya ternyata teman sebelahku, dari FLP Jawa Barat. Nggak nyangka. Yang satunya cowok. Nggak kenal :D
 
Good bye Jogja! Abis acara itu, kita sholat-makan siang dan pulang. Kapan-kapan semoga ngumpul lagi sama teman-teman FLP se-dunia. Aamiin..