Kamis, 28 September 2017

Manajemen Konflik Saat Traveling



Konflik saat traveling memang tidak bisa dipungkiri. Bukan cuma pemandangan yang Masya Allah atau hasil foto yang kece-kece.

Kita pastinya pengennya seneng-seneng. Rehat sejenak di sela-sela aktivitas yang monoton. Di antara pikiran mumet mikirin segala hal.

Halan-halan a.k.a traveling adalah hal dinanti banget. Apalagi waktunya pas. Uangnya cukup. Klop dah.

Cuma ada hal yang tidak bisa dihindari. Konflik. Entah itu di antara para personel pejalan atau sama tempat yang baru kita kunjungi.

KALEUM
Keep calm! Dibawa kalem dulu. Tenang.

Take a deep breath then release!

Soalnya kalo pada riweuh nanti halan-halannya malah nggak mood.

Google map kadang memang tak sama dengan kenyataan lapangan. Makanan boleh jadi tak sesuai selera. Atau kalau jalan-jalannya barengan, pendapatnya bisa saja tak sama.

Duduk bareng, tenangin dulu, cari solusi.

"Jika engkau didera amarah dalam keadaan berdiri, maka duduklah. Dengan itu diharapkan emosimu kembali tenang. Jika belum reda maka berbaringlah."
[HR. Abu Daud]


SOLUSI
There is no problem that can't fix. Daripada ikutan bikin kepala pusing tujuh keliling, gugling dulu deh di ponsel pintar kamu. Arah yang bener ke mana. 

Bisa juga tanya orang sekitar. Orang lokal pasti lebih tau. Apalagi kalau informasi di internet kurang akurat alias belum update. Nah itu tugasmu memperbaruinya selepas perjalanan. Dengan membagi pengalamanmu di dunia virtual.


MAKE IT FUN
Dibawa seru aja. Kalau yang lain lagi murem kita yang ceria-in. Ajakin selfie-groufie misalnya, cari spot yang kece untuk mengobati  gulana hati atau ajak main ala Mission-X.


Intinya seseruan. Something make it fun.

ESENSI JALAN-JALAN
Om Lili suka ingetin. Perbaiki niat. Niat kita halan-halan ngapain. Kata beliau pastikan tujuannya untuk mendekatkan diri pada Allah.


"Masya Allah, indahnya!"
"Masya Allah, thank's God for this marvellous view."


Biar nanti di perjalanan mendapat rida. Dan dibantuin sama Allah kalau ada apa-apa.


TAKE THE CHALLENGE!
Tapi kalau menurutku, konflik itu bikin adventure kita makin challenging! Ibarat novel, semakin rumit problematikanya makin seru.


Yup. Semuanya dibuat seru aja. Macam postingan selanjutnya. Seseruan di Rainbow Garden! Yuk jalan lagiii..

Rabu, 27 September 2017

Konflik di Floating Market Lembang Bandung


Yuhuu.. dari Kebun Begonia, kami langsung ke Floating Market yang disambut kelabunya awan dan gerimis tipis.

Setelah ditarik karcis masuk Rp 20.000 dan check in kedatangan kami pun masuk. Di situ ada semacam box hijau yang menghitung lama-sebentarnya pengunjung di dalam Floating Market. Kemudian parkir deh.

Hujan-hujan begini memang enaknya yang anget-anget. Syukur Alhamdulillah, karcis masuk tadi bisa ditukar dengan berbagai minuman. Aku memilih lemon tea untuk menghangatkan badan.

Tukar tiketmu dengan minuman, di sini!
Sesuai dengan namanya, Floating Market yang berarti pasar apung. Jadi kalau kita mau belanja untuk keperluan perut, belinya di perahu-perahu di pinggir danau situ.

Harganya beragam. Tapi kebanyakan mahal-mahal. Dari ujung ke ujung stan makanannya nggak ada yang menarik. Soalnya nggak ada yang pas di kantong. Haha, nasib para mahasiswa kere.

Doakan saja kelak kami menjadi blogger kece, pengusaha keren serta graphic designer kece dan professional photographer. Aamiin.

Walhasil kami cuma duduk-duduk menyeruput minuman hangat masing-masing.

Oia, walaupun mau berinisiatif bawa bekal ala piknik gitu, nggak diperbolehkan di sini. Kalau ketahuan bakal didenda sama petugas. Jadi hikmahnya, kalau mau ke sini harus dalam keadaan perut kenyang. Atau bisa basa makanan, tapi dimakan di tempat lain ^^

Karena nggak mau rugi kami jalan-jalan menyusuri lokasi wisata Floating Market Lembang Bandung ini.

Kalau mau beli bisa naik sepeda air ini
"Ke Floating geura. Tempatnya rekomen banget buat kalian. Nggak bakal nyesel deh kalian ke sana," pesan mamah Teh Lia sebelum berangkat yang kemudian menjadi salah satu alasan kami mampir di mari.

Begitu mengelilingi area danau kami mulai diderpa kebosanan. Laper sejujurnya. Tapi aduhai harganya nggak bisa nolong. Belum lagi sempat ada konflik di antara kami.

Jeng-jeng-jeng!

Pastinya konflik yang terjadi bukanlah alasan mengapa langit menangis. Kyaa..
Faktanya langit mendung.

Nyatanya Floating Market lagi gerimis.
Kenyataannya hidup tak seindah drama Korea.

*bukan iklan mode on :p



But that is. Ada hati yang bergemuruh dalam jiwanya. Uhuk.

Makanya sabda Rasulullah, kalau ingin tau tabiat asli seseorang, ajak dia traveling kayak gini. Terus lihat bagaimana ia bersikap. Atau bisa juga dengan menginap di rumahnya tiga hari.


Macam sahabat Rasulullah. Sahabat yang satu curios banget sama seseorang yang disebut-sebut masuk surga oleh Nabi. Seseorang itu bahkan dimention tiga kali dalam hadist Rasul. Waktu mereka sedang halaqah duduk melingkar, lalu besoknya dan besoknya lagi.

Itu tuh yang bikin sang sahabat tadi penasaran sampai menginap tiga hari di rumahnya.

"Apa yaa yang membuatnya istimewa sampai-sampai dia termasuk dalam list penghuni surga?"

Selama tiga malam menginap, sang sahabat tidak menemukan sebuah tanda pun. Malah seseorang tersebut tidak pernah terlihat sholat tahajjud. Wah makin penasaran dong sahabat kita itu. Karena waktu menginapnya hampir habis, sang sahabat berkata dan bertanya jujur.

"Sebenarnya, aku menumpang beberapa hari di rumahmu bukan karena sedang bertengkar dengan ayahku. Melainkan karena Rasulullah menyebut-nyebut namamu di depan para sahabat lainnya sebagai ahli surga. Aku dari kemaren penasaran. Ibadah istimewa yang membawamu ke sana?"

"Tidak ada amalan istimewa, sahabatku," jawabnya dengan senyum sumringah.

Respon yang membuat sang sahabat gemes. Ih masak nggak ada? Rasulullah sampai nyebut berkali-kali gitu. Melihat reaksi tamunya, tuan rumah akhirnya mengeluarkan jurus andalannya.

"Benar, Insya Allah. Namun barangkali, itu terjadi karena saya tidak pernah berburuk sangka terhadap orang lain."

Jawaban ini akhirnya membikin sang sahabat plong. Bener aja. Selama tiga hari menumpang, tuan rumah nggak pernah nanyain tamunya, kenapa datang menginap. Nggak ada sama sekali. Cuma dilayanin weh tamunya; tidur, disiapin makan, mandi dll..

Sama juga kalau ada konflik dalam perjalanan, sebisa mungkin kita menghadapi dengan hati adeumm. Kata bapak Teh Lia mah, "Kaleum weh."

Positive thinking. Ini yang paling penting.

Biasalah, nggak lengkap rasanya kalau jalan-jalan tanpa konflik. Pasti deh ada. Rasanya perlu dibikin tulisan khusus untuk ini yaa. Tergantung kitanya aja manage konfliknya gimana. Ditambah kalau jalan sama cewek-cewek. Mungkin saja dia sedang PMS, haha. Jadi nggak perlu ditanggapi sampai alis bertaut.

"Tak osa makabin ales. Pangolona ghita' dâteng," artinya dicari di gugel translet ya. Atau tanya sama anak Madura ^^v peace!

Dibawa santai aja sih. Badai pasti berlalu. Kita nikmati suasana dan lanjut halan-halan!


Muter-muter area danau, tau-tau kami sudah sampai daerah persawahan. Jadi itu teh ceritanya dibikin mirip perkampungan. Ada gemericik sungai kecil, kandang ternak sampai saung untuk rehat.

Siip lah. Cocok banget buat hati yang gundah. Uhuyy.

"Mbak, kita ke atas yuuk! Bagus deh pemandangannya di sana," tiba-tiba Yasmin muncul saat aku, Mbak Dil dan Dek Ril lagi santai di sebuah bangku taman yang sepi banget. Berfoto ala-ala inces.

Aku ikut dong!

Mbak Yul sudah ke atas duluan. Teh Lia sama misua menyusul kemudian.

Jadi di atas sana adalah bukit penuh warna-warni pelangi yang menarik hati.

Jom kita naik! Di atas sana banyak pilihan wisata lainnya loh. Keseruan kami nantikan di postingan berikutnya yaa. Yuhuu, tertanya Floating Market Lembang nggak cuma tentang makanan tradisional ala pasar apung. Masih banyak. Baaanyaaak!

Pilihan Wisata di Floating Market Lembang
Yes. Nggak jadi baper. Yuk ikut!

Senin, 11 September 2017

Baper di Kebun Begonia Bandung


Baper alias bawa perasaan di Kebun Begonia memang hanya bikin potek hati. Tapi kalau kamu sudah baca postingan sebelumnya pasti ngerti alasannya kenapa.

Atmosfer baper-nya sudah dimulai sejak perjalanan menuju Kebun Begonia yang terletak di Lembang Bandung. Perasaan itu nggak mesti 'nyes' meleleh melted gitu kan. Kesel, sabar juga bagian dari perasaan bukan? :D

Ada nih satu ayat dari Al-Qur'an tentang perasaan:


"Tidak! Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati."
[Al-Baqarah: 21]

Allah so sweet banget yaa. Ayat ini motivated dan bener-bener bikin melted.

However, menurutku perasaan itu, just like an emotion.

Film Inside Out membagi emosi menjadi lima. Senang, sedih, jijik, takut dan marah.

Tak seperti Madura yang adem ayeum jalannya. Nggak pernah macet karena memang kendaraannya tak sebanyak di kota-kota besar. Cuaca di pulau garam panas karena dikelilingi lautan asin.

Meski kita sudah berusaha berangkat sepagi mungkin, tetap saja jalanan padat merayap. Ditambah panasnya polusi. Bandung aslinya dingin tapi karena banyak kendaraan jadi begitu. 

Dan di jalan, si Mat sempat mati beberapa kali. Haha, nano kan rasanya.
Menurut Paman Gugel Map jarak yang ditempuh dari Soreang ke Lembang adalah 38 KM dari rumah Teh Lia. Katanya lagi, itu membutuhkan waktu satu setengah jam. Tapi dengan kemacetan yang kita alami di jalanan, it takes more long time.

Haha. Sabar. Orang sabar makin disayang sama Allah.


Untungnya Kota Kembang ramah-ramah penduduknya. Sabarnya kelihatan. Kalau di Surabaya, ada* orang berhenti sembarangan, dia pasti kena marah. Klakson siap jadi parade musik yang memekakkan telinga.

Hihi, maafkan yang antri di belakang si Mat kurang pemanasan.

Alhamdulillah memasuki daerah UPI kemudian Lembang kemacetan mereda. Memasuki kawasan Lembang, cuaca mulai sejuk . Bandung mulai menunjukkan wajah aslinya. Eh, tiba-tiba kita sudah sampe aja.

Alhamdulillah, yeay! Akhirnya! The long journey pays us.

Karena waktu sudah memasuki zuhur, kita memutusku salat dulu. Tempat wudu dan toiletnya cantik nan asri. Hijau, adem dan penuh bunga-bunga.

Musalla di Begonia ini juga bikin 'nyes' baper. Ia didirikan menyerupai tenda. Dan, itu lhoo penanda, pemisahnya. Ditulis dengan kata 'ikhwan' dan 'akhwat.' Tabarakallah, pengelolanya ngerti ya.

Bagiku pemilihan dua kata itu mengandung makna psikologis. Karena pakai bahasa Arab, kesan Islamnya jadi dapet. Liannal 'arabiyah, lughatul jannah, lughatul quran. Bahasa yang dipakai ketika kita sholat dan ngaji.

Pun dua kata ini akrab banget di telinga para ADK. Jadi rasanya nyes sekali.

"Nanti konsumsi akhwat-nya lansung ambil di teras masjid yaa."
"PDD ikhwan fokus merekam materi kajian. Kalo akhwat-nya ambil gambar."

Semacam itu.

Sebelum pergi ke loket, kita sempat foto-foto di sekitar musalla dan pintu masuk. Abis, bunganya cantik-cantik. Spotnya bikin kamera yang masih full baterai ingin jepret sana-sini.

Asa eman ajah kalau dilewati. Jadi mari kita kemon.

Beli tiket dulu..
Puas pota-poti di sana kita cus langsung ke tiket. Bayarnya sepuluh rebu per-orang. Kalo mau bawa DSLR tambah lima puluh ribu lagi. Khusus untuk foto pre-wedding kena Rp 250.000 dan nambah seratus per jamnya kalo prewed-nya lebih dari dua jam.

Hua, baper lagi liat duit. Nggak jadi pakai DSLR deh, padahal A Riyan suami Teh Lia bawa. Uang bayarnya bisa beli spatula dua porsi per orang, satu rombongan. Nanti deh aku ceritain tentang spatula ini. Kapan-kapan, haha. Ingetin yaa.

Kita serombongan ada tujuh orang. Rombongan dari Madura empat. Yasmin, sepupu Teh Lia yang namanya sama dengan kosan kita. Teh Lia sama A Riyan, sang suami. Iya, kita ke sana dengan pasangan halal. Yang nikahnya dua hari sebelum kita go ke sana.

Tiket dapet, kita masuk lokasi. Hamparan bebungaan langsung memanjakan mata. Areanya tak terlalu luas. Namun lumayan.  Bunga merah begonia yang pertama kali tertangkap lensaku. Bunga yang menjadi cikal bakal penamaan kebun ini.

Hamparan Bunga
Banyak mainan masa kecil seperti ayunan dan jungkat-jungkit. Main di situ sebentar sambil merehatkan badan dari polusi dan macet.

Hamparan bebungaan lainnya kemudian lebih menarik perhatian. Kumpulan krisan di sana. Mawar-mawar di situ. Aku kegirangan. Hayuu kita kenalan sama mereka.

Di tiap bunga ada papan informasinya. Itu bunga apa, nama ilmiahnya apa. Jadi kalo kamu belum kenal sama bunganya bisa ta'arufan di sana. Sambil jepret keindahannya. Bisa buat setor foto tema-temaan di Instagram tuh.

Mbak Yul cuma geleng-geleng aja lihat aku yang lincah gerak ke sana- ke mari. Haha.

Di Kebun Begonia ini juga banyak artificial spot-nya. Macam tempat wisata kekinian itu.

"Ah, tempat wisata sekarang mah cuma bagus spot fotonya ajah. Pemandangannya kurang," komentar adikku. Umm, iya sih kebanyakan begitu. Pantai penuh hiasan papan-papan. Payung-payung juga ayunan.

Tapi nggak ada salahnya juga untuk menarik wisatawan. Kebun Begonia sendiri baru dua tahun usianya #cmiiw. Jadi tanamannya belum terlalu rimbun. Menurut Teh Lia, Begonia yang sekarang sudah tambah luas, dibandingkan sebelumnya waktu datang ke sini.

Dan rombongan akhwat Yasmin Alhamdulillah menikmati kebun bunga Begonia, Lembang Bandung. Bunga-nya cantik spot-nya keren-keren. Kita kelilingi tuh semua areanya.

Halal Couple
Ehem! Karena di antara kita ada pengantin baru, jadi weh mereka the only one, objek foto kita. Sekalian post-wedding. Kan dah halal tuh pegang-pegangan, tatap-tatapan. Kita, jadi fotografer dadakan. Macam tahu bulat :p

Kitanya iseng, mereka-nya malu-malu. Khas pengantin baru yaa ^^

Ada mobil penuh bunga, kita ajak si halal couple. Kereta kencana Cinderella. Bangku di tengah-tengah taman. Rumah, beranda berbunga-bunga pun menjadi setting selanjutnya. Kita foto mereka berdua dari berbagai sudut. Mencari angle terbaik.

Just Two of Us
Hayo, dilarang baper :p
Sudah, nikah saja sana!

"Sama siapa, Dek?" Kesian amat yak. Amat aja nggak kasihan sama kita :D

Tapi sebenarnya yang paling bikin baper adalah bukan karena mereka berdua yang sudah halal bergandengan tangan. Melainkan kita yang sudah lulus kuliah. Nggak lagi di Yasmin. Nggak lagi hafalan bareng. Saling bangunin tahajud. Halaqah bareng. Kajian bareng.


Harapannya. Kita yang sudah nggak bareng ini dipertemukan dengan lingkaran-lingkaran ukhuwah yang nggak kalah seru. Teman-teman yang selalu mengingatkan kita pada Allah. Bahwa dunia hanya sementara. Dan kalau ingin kumpul lagi di surga. Kita kudu berlomba raih banyak-banyak pahala.

Yuk! Yasmin, persaksikan kelak kita pernah bersama. Tak hanya di Paris van Java..


Kita tiga jam apa lima jam ya, di sana? Lupa! Tapi berjam-jam memang. Hoho.

Yang pasti, beres keliling kebun bunganya kita cus keluar. Ke parkiran dan makan bekal bentar di sana, cause masuk area Kebun Begonia-nya nggak boleh bawa makanan. Banyak pedagang asongan juga sih di luar. Selain souvenir, kebanyakan jual beri. Mbak Dil beli stroberi dan arbei yang kita nikmati bareng di parkiran.

Eh, kayaknya di Kebun Begonia nggak sampai lima jam. Soalnya dari sana kita masih pergi ke Floating Market. Tempatnya masih di Lembang, jadi sayang kalau mau dilewatin. Sekalian.

Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Mari kita berangkat ke Floating Market. Brrrm, brrrmmm...

"Karcisnya neng, dua rebu," kata si mang parkir. Ups!

Kalo nggak salah sih harganya segitu, hoho..

Selasa, 05 September 2017

Di Nikahan Lia

Lia nikah. Yeay! Lia Kaulina Suci Ning Tyas, nama lengkapnya. Temen sekelas mulai esempe sampai esema. Yes, kita dah enam taon bareng terus. Jadi bayangin ajah deketnya gimana. Apalagi Lia yang nikahnya Ahad, 3 September 2017 ini adalah temen setasmi'. Temen sekonsulat. Temen tha'-tha'a di ma'had :p Dan kita juga sering sekamar di asrama MTA.


MTA kita ini bukan nama harakah, tapi ma'had.  MTA kepanjangan dari Ma'had Tahfidz Al-Quran. Pondok di bawah naungan Yayasan Al-Amien Prenduan, Sumenep. Sering dibilang cabangnya Gontor karena sistemnya mirip. Bisa dibilang iya. Karena Ny. Anisah Fathimah Zarkasyi, pengasuh putri adalah saudara kandung pengasuh Gontor.

Nah sohib kita yang satu ini nikahnya sama Uda Lukman dari Jambi. Wah, jauuh yaa. Kudu nyebrang laut berkali-kali dari Madura. Lia juga seneng nulis lho. Kekatanya touched sangat. Dulu di ma'had kita suka berkolaborasi bikin puisi.

Kalau kemaren yang di Bandung, itu Teh Lia, Nuzlia Fitriani Hapsari. Nikahnya sama A Riyan. Prosesinya juga kutulis di sini. Jadi inget serial Bandung yang memanggil-manggil minta dipublikasikan. Sabar atuh yaa :D
Alhamdulillah, satu lagi karib menyusul. Menggenapkan separuh agamanya. Lia nikaah, guys.

Jam lapan aku baru sampai di lokasi. Maunya sih berangkat jam enam tapi kadoku belum rampung. Semalem, dah bikin printilannya tapi kepala pusing minta tidur. Jadi kotak kadonya yang belum selesai. Baru kulanjutkan paginya. Karena baru pertama kali DIY, bikin kotak sendiri, nggak nyangka buatnya sampai memakan waktu berjam-jam. Alamak.

Sampai di tempat, aku disergap galau. Antara mau langsung ke masjid atau ke rumah Lia dulu. Soalnya panggungnya di pelataran masjid. Dan beberapa orang sudah terlihat di sana.

Namanya temen, aku pengennya nengokin calon pengantin wanita. Tapi si Robie, yang kemaren sudah curang datang duluan tidak menampakkan batang hidungnya. Yang banyak batang pohon malah :D

Iya, dia juga temen sekelas. Dia mah gitu, curang. Nggak ngajak-ngajak mau nginep di Lia :p Tau gitu kan aku ikutan. Biar chit-chatnya bisa rada lamaan. Sebelum Lia berubah status. Jadi istri orang, haha.

Eh, ada Robie tuh lagi bareng sama temen-temen Jogja. Aku samperin sambil cipika-cipiki, peluk-peluk. Kita terakhir ketemu di mantennya Aik, Mei lalu. Tapi teteup aja kangen. Kan-kan? *betul, betul, betul.

Nah, kalau Robie ini sudah enam tahun di ma'had, di Jogjanya juga temen sekelas Lia. Jurusan KKI [Komunikasi Konseling Islam] di UMY. Tuuh dia mah curang mulu. Sekarang malah Robie sama Lia juga sama-sama ngelanjutin S2 di Jogja. Curang! Lagi. Lia di jurusan Psikologi Sains UAD dan Robie...

Eh, ternyata Robie ngelanjutin IAIN Jember. Jurusannya Surabaya-Bandung! :D Kata Robie linear. Ambil KPI juga. Hmm, tepatnyaa... kurang tau. Nanti aku konfirmasi lagi terus update postingan di sini. *macam konferensi pers, hoho.

Nggak jadi bilang curang lagi :p

Setelah ini kerudungku pasti diuyel-uyel sama Robie karena sudah nulis kata curang di postingan ini sampai lima kali. Tapi dia kan sudah balik ke Jember. Jadi nggak bisa balas dendam. Etapi bisa aja via dunia virtual. Haha.

Abis salaman sama Robie aku directly ketemu Lia di dalem rumah. Dia sibuk didandanin. Belum kelar. Mahkota dan printilannya masih tergeletak tak berdaya di sampingnya. MUA Lia masih nyuekin gitu. Padahal mereka sudah berteriak, "Aku kapan dipasang?!" Haha.

Lia nunjukin keberadaan dua temen ma'had lainnya. Ina dan Ncho yang ternyata sudak nge-hack kamar pengantin duluan. Apa? Tidak! *dan layar berganti hitam :D

Ketemu mereka berdua, rasanya seneeeng. Sampe aku peluk-peluk. Kangeeennn pake banget. Aku meluknya sampe berkali-kali saking girangnya. TLBK, gitu lho. Temen lama bertemu kembali, hoho.

Lien juga dateng, pemirsah. Kita peluk-peluk juga. Kangen.

"Duh, berapa tahun kita nggak ketemu yaa?" Robie paling lama meluknya. Kayanya tahun 2012 terakhir ketemu ya, Bie?

Begitulah. Nikahan temen itu kayak jadi ajang reuni. Ngumpul bareng temen-temen yang jarang ketemu. Selepas SMA, semuanya kuliah di berbagai penjuru Indonesia. Nah, nikahan ini saatnya kita gathering berbagi cerita.

"Asal kalau mau nikah ngabarinnya jauh-jauh hari. Kalau perlu dua bulan sebelumnya," itu wejangan si Aik. Biar bisa mesen tiket pesawat ya, Ik. Okedeh. Bukan, katanya Aik biar bisa ijin. Soalnya dia kerja di rumah sakit. Oh gitu. Siap, Chief!

Aik dateng pas kita sudah di masjid. Jalannya pincang. Innalillah dia abis kecelakaan semalem. Lututnya diperban. Tangan dan mukanya luka-luka. Tapi berhasil tertutupi oleh make-up. Kejadiannya di tengah perjalanan dari Malang-Madura. Di Talang, Pamekasan tepatnya.

"Padahal malam itu jalanan sepi. Alhamdulillah-nya pas kejadian banyak orang yang nolongin. Hape jatuh dan batrenya yang berhamburan entah ke mana juga dicariin," begitu kira-kira Aik bercerita.

Alhamdulillah, Ik. Katanya Ustadz Abdullah, bibarakatil Qur'an. Kata beliau, orang hapal Al-Qur'an nggak bakal ditelantarin. Insya Allah! Karena sabda Nabi juga, adalah mereka, keluaga Allah di bumi, para penghafal kalamNya. Alhamdulillah bini'matillah tatimmus shaalihaat.

Meski keadaannya begitu Aik dateng juga.  Apa sih yang nggaak demi Lia. *salam unch-unch katanya. Kata siapa? Kata admin awardee elpedepeh 2017 :D
Bis-syifaa', Ik. Syafakillah. Allahu yasfii, Aik :*

Setelah mondar-mandir ke sana kemari dan pepotoan sama calon pengantin, kita cus menuju masjid. Duduk di terasnya siap menguping prosesi akad.
Di masjid kita ketemu Kak Jeki. Sama. Temen ma'had. Tepatnya kakak kelas kita. Temen kerja Lia di Jojga. Berangkat bareng rombongan Jogja. Oh iya, Uda Lukman juga temen kerja Lia. Si Pak Ustadz, katanya.


Pas Aik dateng, makin banyak deh anggota reuni kita. Siap selfie-groufie, hihi anak jaman sekarang ya. Lumayan buat oleh-oleh dan kangen-kangenan nanti.

"Meminta kesaksiannya..," terdengar suara MC dari dalam masjid. Kita yang sibuk bernostalgia langsung pasang telinga. Dan sederat ayat baper nan mengiris hati juga terlantun beberapa kali.

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Ah, Lia bentar lagi halal nih ><

"Bimahri madzkuur....," ucap si Uda mantap. Bener, tanpa sedikit pun grogi. Tanpa typo. Ah, tiba-tiba udah kelar aja.

"Saaah," koor para tetamu laki di dalam masjid dengan suara baritonnya.

"E.. ada yang bawa tisu, nggak?" Aik langsung nangis. Kita geleng-geleng, "Ah, nggak cewek nih."

"Shallallaah 'alaa Muhammad, shallallah 'alaihi wa sallim..," shalawat membahana kemudian. Mengiringi pengantin pria yang berjalan menjemput Lia di kamar pengantin. Menyusul di belakangnya Bapak dan beberapa orang lelaki paruh baya membawa buku nikah dan mas kawin buat Lia. Sepertinya salah satu dari mereka, ada penghulu. Pastinya.

Beberapa saat setelahnya ada proklamasi yang menyatakan berdua sah menikah. They are halal couple now. Proklamasinya macam dibaca waktu Agustusan itu. Kudengar ada kata 'dengan ini menyatakan' dan 'dengan tempo sesingkat-singkat'nya. Si Lia meuni lucu. Sepertinya ini idenya dia, haha. Sebentar aku ambil dulu di postingan IG Lia.

Naah, ini dia!



PROKLAMASI

Kami djomblo dan djomblowati dengan ini menjatakan kemerdekaan status djomblo.

Hal-hal yang mengenai akad pernikahan dll, diselenggarakan dengan tjaca seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya.



Sebagai informasi, suami Lia alumni Mesir lho. Tepatnya jurusan Syariah Islmiyah, Fakultas Syariah wal Qanun Al-Azhar, Kairo. Temennya Ny. Syifa, anaknya Ny. Anisah. Pantes pas masih didandan Lia nanyain, "Ny. Syifa sudah dateng belum?"

Kairo, macam Ust. Hannan Attaki, ya. Pasti deh hafal Qur'an juga. Biasanya kalau kuliah di Timur Tengah gitu kan suka ada persyaratan hafidz. Lia-nya juga alhamdulillah sudah hafal 30 juz. Dulu pas wisuda kelulusan emsema dia dapet penghargaan The Best Qur'an.

Selain itu si Uda juga editor majalah dan fotografer handal. Dan dapat dipastikan foto cantik Lia di IG, adalah sederet karya dia. Klop lha.

Entah kenapa aku jadi ingat percakapan ini. Tepat setahun lalu.

"Lia, kalo kamu piye, kalau ada lelaki sholeh datang menawarkan diri? Orangnya kamil [hafal 30 juz] pula dan akhlaknya jangan ditanya," tanyaku iseng.

"Datangi orangtuaku... Dia lolos seleksi dari aku, tinggal tahap selanjutnya seleksi ortu. Haha," gitu jawaban Lia. Alhamdulillah sekarang terwujud yaa. Insya Allah! Semoga sehidup-sesurga, Lia. Jadi keluarga penghafal Al-Qur'an yang cahayanya benderang menerangi sekitar.*sun peluk dari jauh :*


Oia, pas prosesi nikahan Lia juga live di IG lho. Dari sebelum akad sampai naik ke pelaminan. Reporternya rahasia. Jangan tanya aku. Nanti aku dijitak Robie. Eh? :D

Kemudian Finda, si artis kita datang bareng Mama. Sanah Hilwah, Ma :* Dia minta jemput di tangga masjid. Ah macam pangeran saja aku nih. Menuntun dia turun dari highheels-nya sambil naik takhta :D Tak doain, kamu juga halal soon ya, Nda. Sama imam masa depan, partner menuju ke surga. Aamiin.

Dan Finda bergabung sama kita di serambi masjid. Bercengkrama hingga matahari bersinar. Terus kita kipas-kipas kepanasan.

"Madura tambah panas, ya," kata Kak Jeki. Hihi, sekarang emang lagi kemarau, Kak. Saya sirem halaman biar adem, etapi nggak sampe 15 menit dia udah kering lagi :D

Alhamdulillah 'ala kulli hal ^^

Karena Lia sudah naik ke pelaminan, kita ikutan antre buat pota-poti. Para tamu kebanyakan lagi makan. Jadi antriannya nggak terlalu panjang. Sambil menunggu, kita berbaris rapi.

Pada mau ngapain? Pasalnya yang lain duduk-duduk di tangga. Cuma kita aja berdiri cantik. Tau nggak apa pasal? Mau salaman sama rombongan guru dari ma'had yang juga turut diundang. Kangen.

"Nyai inget nggak sama saya?" Kak Jeki berharap jawabannya 'iya' sambil tersenyum secantik mungkin.

"Inget lha. Tapi lupa namanya siapa." Kontan kita ketawa, haha.

Etapi pas giliran Ny. Aisyah, beliau sebutin nama kita satu-satu! Yeay! Alhamdulillah ya, padahal kita sudah enam tahun lulus dari pondok.


"Seneng banget tau bisa ketemu, Nyai-Nyai!" girang Lien sambil balik duduk di teras. Ngantri lagi.

"Iya, sama! Aku sampe salaman tiga kali; pas baris di situ, di sana sama waktu di gerbang," sambung Aik. Meski panas-panas ditemenin juga Nyai-Nyai sampai mobil.

Aaah, kangen belajar Tarbiyah sama Ny. Anis. Belajar Nahwu sama Ny. Aisyah. Belajar hadits, fiqh sama Ny. Atiqoh. Beliau sumber ilmu. Pengen halaqah sama beliau-beliau jadinya.


Karena beberapa sudah berfoto ria kita maju deh mengisi kekosongan. Ruang kosong. Cek teori indeterminasi-nya Wolfgang Iser. Haha, itu mah skripsiku :p

Lien pamit pulang. Ina sama Ncho juga duluan. Mau pergi ke acara resepsi Wina. Menyusul Kak Jeki yang katanya may sowan ke pondok sekalian studi banding sama rombongan guru SDIT dari Jogja.

Madura tambah terik karena sudah mendekati dzuhur. Aik ditinggal suaminya, tapi pulangnya bareng Finda. Kasian dia kan luka-luka. Biar duduk enak di mobil ajah. Robie nganter, aku ngikut. Ngekor di belakang Robie. Di mobil, mamanya Finda sudah menunggu sama papanya.


Ramenya berkurang. Tamu-tamu juga banyak yang pulang. Tinggal temen-temen sejurusan Lia. Mereka masih poto-poto di pelaminan. Aku nungguin Robie kelar.

Sepi kemudian. Aku pamit kemudian. Salim Robie. Peluk lagi.

"Ih kok aku jadi pengen nangis," itu Robie yang bilang. Bikin bening di mata turut menghangatkan pipi. Atuh Robie da.

Dan haru pun menyeruak.

"Nanti kita ketemu lagi," katanya sambil berjalan ke luar pelataran masjid. Atuh kapan. Robie mah abis ini balik kuliah. Dia rumahnya di Jember. Jarang juga main ke Madura.

Meuni, aku jadi beneran nangis.

"Sana pamit Lia dulu," sarannya. Si Lia lagi sesi foto khusus berdua sama misua.

Duh. Terpaksa dengan mata sembab aku menghampirinya. Menuruti perkataan Robie. Maafkeun aku mengganggu pemotretan kalian.

"Li, aku pulang ya," pamitku sambil meluk. Duh nangis lagi. Udah kebawa suasana.

Nggak tau deh kapan kita ketemu lagi. Lia juga bakal balik Jogja lanjutin pascasarjana-nya. Kayaknya tinggal setahun lagi. Suaminya orang Jambi. Kalau diboyong ke sana. Kita bakal jarang ngumpul lagi. Aaaah..

Aku balik ke depan rumah sambil menyeka air mata dengan ujung kerudung. Tisu, mana tisuuu. Ah, nggak cewek nih. Aku duduk di beranda. Sama Robie juga. Robie yang manis, yang sholehah, yang kamiil, yang ramah. Nganter Finda sama Aik ke mobil, nemenin aku duduk nungguin Abi. Robie, makasih ya. Jazakillah khair :*

Semoga imammu kelak adalah pria terbaik dengan akhlak yang tak kalah baik. Dia yang kelak menjadi partner asik buat barengan berangkat ke surga. Yang kaamil, biar kalian juga jadi keluarga qurani. Seperti nasihat Ny. Sumi pas kita, Zies ngumpul ngerujak bakdabak di rumah beliau. "Eman Qur'annya kalau kalian nggak dapet yang hafidz."

Kita mah cuma bisa saling do'a yaa. Sisanya Allah yang menentukan. Do'a yang sama buat Finda dan mentemen yang lain. Kayanya abis ini Finda. Selamat revisian, Nda..

Dan setelahnya sepi membungkus kami. Pun jalanan telah lama ditinggal orang-orang. Bersama Abi aku pulang ke rumah. Dengan disergap gigil dan gerimis. *kalau Lia sudah baca suratnya, ketemu kata ini lagi

*ditulis di perjalanan dari Lia ke rumah dalam pikiran. Rampung dan direalisasikan di Nyalabu Daja sambil berhuha kepedesan makan basreng oleh-oleh dari Bandung. Bandung?  Cus nengokin draft tulisan yang belum rampung.