Sabtu, 28 November 2015

Seblak Tulang Ala-ala

Yuhuuu! November rain! Hujan-hujan begini enaknya makan yang anget-anget! Now, kita akan nyobain masak seblak ala-alaa :D

Ala gue dan adik yang mbem Bela. Yosh ikimashou!

Yang paling demen sebenarnya si Dedek. Apalagi sudah dijanjiin kalo lagi ujan kita bikin seblak lagi. Dan lihatlah langitnya lagi mendung. Brrr, suhu makin mencekam alias dinginnya kian berasa.

Rinai hujan di beranda
Oke abaikan opening yang sedikit alay itu! Bumbunya sama kaya seblak biasa. Bedanya ini pake tulang sapi. Masih ingat kan apa saja? Yupz, kencur, bawang putih, lada, cabe sama garam.

Ngomong-ngomong soal kencur, dia itu beti sama bumbu kunci. Beda-beda tipis. Bahasa Maduranya konce. Nah, konce itu yang biasa buat sayur bening bayam sama koa marongghi. Biasa juga dibikin buat botok.

Perbedaan yang paling mencolok itu warnanya. Kencur itu putih, sedangkan konce agak kuning kalo dikupas. Bentuk fisiknya kencur lebih gemuk bulet-bulet dari konce kurus panjang-panjang Secara bau sih mirip. Makanya ini tips buat ngebedain. Jangan salah bumbu lagi ya!

Kuncir dan Konce

Semua bumbu diulek dan ditumis pakai minyak sayur. Aduk dan beri sedikit air. Biarkan sampai aromanya keluar. Masukkan deh itu tulang sambil ditambahi air sedikit demi sedikit. Cek rasa. Tambahi garam kalo kaurasa ia belum sempurna*eeaaaa. Kecilkan api biarkan selama tiga menit hingga kuahnya meresap. Agar rasa makin kuat.

And here our lunch! Seblak tulang ala-ala.. Yeay! Yum, yum, yum!

Seblak tulang tanpa cahaya

Mancaps! Nikmati di beranda dengan backsound rintik hujan. Atau cukup di dekat jendela bila petir dan kilat memecah suasana. Happy weekend! Enjoy your food, pemirsaah :)

Fyi, itu tulangnya sudah dimasak sebelum dibikin seblak. Jadi nggak teuas pas digigit.

Jumat, 20 November 2015

Menghabiskan Waktu dengan Ummi

Ada banyak orang yang menyayangi kita. Yang dekat saja. Keluarga adalah kasih yang tak tertandingi. Cinta yang tak terkatakan. Tak usah mencari perhatian kesana-kemari. 

Lawan jenis yang tak halal? Buang jauh-jauh dari pikiran!!

Menyenangkan! Menonton drama Korea bersama Ummi. School 2015: Who are You?

Menonton kisah kehidupan di sekolah. Banyak hal yang terjadi. Kasus bullying yang paling disorot.

Sebagai guru, Ummi pasti punya pandangan tersendiri terhadap kisah ini. Karena lingkungannya yang penuh dengan anak-anak. Menonton drama ini bersama? Okelah. Bukankah itu cocok?

Yang paling aku suka drama ini memiliki banyak teka-teki. Plot-nya lompat-lompat. Jadi tiap episode punya misteri yang menyenangkan untuk dipecahkan. Pun begitu, setiap episode cerita tetap berkesinambungan.

Kasus kembar: Lee Eun Bee dan Go Eun Byul. Berbeda sekolah dan sekelumit kisah remaja. Eun Bee yang dikabarkan mati karena bullying gank Kang So Young di Taeyoung. Wajah baru Go Eun Byul di SMA Sekang. Belum lagi Gong Tae Kwang yang dianggap gila mendadak berubah karena kasus cinta. Jun Soo In, siswi SMA Sekang yang meninggal di dalam kelas. Lalu sang atlet renang, umm siapa sudah namanya?

Di akhir cerita setiap permasalahan akhirnya terselesaikan dengan solusi yang tepat. Haha, itu intinya. Cerita berakhir bahagia. Meski tebakan sering meleset dari skenario sutradara.

Menghabiskan  waktu luang bersama orang tersayang seperti keluarga itu lebih menyenangkan. Dibanding hangout dengan orang yang tak halal.

Ja ne! Tanoshikatta!

Rabu, 11 November 2015

Si Semprol


Sempat merinding membaca status seorang teman. Terharu. Kita sudah tua ya.

Pertengahan 2012 lalu perasaan kita masih unyu-unyu. Belum kenal satu sama lain. Masih malu-malu.

Ahh.. ospek jurusan itu yang kemudian menyatukan kita. Kemudian diskusi-diskusi ringan setiap sore di lantai atas cakra.

Kelas-kelas yang kita ikuti. Ayoo yang pernah telat. Haha.

Yang ikutan kelas Jepang! Haha, cuma ada 12 orang. Kita berjuang banget ya buat dapetin itu kelas. Ngurus KRS-nya susseh beud. Nggak kayak kelas Arabic atau Prancis.

Hiks, pengen ikutan kelas Pak Eko lagi. Sayang beliau sudah nggak ngajar lagi ya. Belajar huruf Katakana sampai grammarnya. Saking semangatnya kita sampai ingin motokopi buku pegangannya tapi nggak dikasi.
Atau kelasnya Waiting for Godot. Haha. Tegang-tegang gimana gitu. Serius dan tegas. Cerita drama itu mesti jadi contoh di kelas.

Apalagi adu argumentasi di kelas SOL; Sociology of Literature. Pasti deh heboh di kelas ini. Haha. Ada aja yang didebatin.

Hmm, banyak teori-teori keren sih. Kita kan jadi semangat. Seruu!
Tapi tak terasa semuanya berjalan bersama roda waktu.

Lihat saja seorang teman akan presentasi proposalnya hari ini. Seminar.

Wah, akhirnyaa. Ikut senang juga.
Semangat ya teman! Semoga yang lain cepat menyusul :)

Rabu, 04 November 2015

Lima Buku di Balik Kumpulan Debu

Kemarau begini, debu bebas bertebangan sepuasnya. Di Kota Batik saat ini hujan belum bertandang.
Meski begitu, kota Gerbang Salam tetap semarak. Dalam rangka hari jadi Pamekasan memiliki seabrek kegiatan.
Selama bulan Oktober banyak acara menarik di Pamekasan. Mulai dari bazar yang diikuti berbagai dinas di Arek Lancor. Seperti dinas pertanian, kesehatan dan lain ya. Seru! Banyak kegiatan positif dan gratis di sana. Pesertanya banyak dari luar Madura. Ada karnaval juga yang berlangsung di akhir Oktober.

Oia, untuk satu minggu ini para guru di Pamekasan diwajibkan memakai seragam batik ke sekolah. Good job! Namanya juga Kota Batik :)

Kemudian ada pameran buku murah yang diadakan di Perpustakaan Daerah Pamekasan. Beneran murmer! Novel English (bukan terjemahan) hanya 10-20 rebu saja*sayangnya tak terbeli karna temanya kurang mengena di hati*eiaa.

Nah, agenda yang satu itu tuh yang menarik perhatianku. Buku!
Selain karena aku bookworm, acara tersebut adalah satu-satunya yang tidak berada di Arek Lancor. Tempatnya kan di dalam gedung jadi tak usah berpanas-panas ria seperti di jantung kota.Yosh, ikemashou!

Dasar memang akunya yang sedang tidak fit. Keadaan kemarau, debu sedikit saja membuatku bersin dan batuk-batuk. Partikel halus dalam bedak saja membuatku harus tutup hidung.

Perjalanan menuju pameran pun diiringi banyak polusi kendaraan yang memaksaku untuk menggunakan masker. Sesampai di tempat bazaar buku akupun lega. Berharap bisa menghirup nafas segar. Karena acaranya berada di area gedung perpusda. Namun nyatanya, banyak lelaki yang merokok.

Jadilah aku tetap memakai masker sambil memilah-milah buku. Pengunjung yang datang kebanyakan mahasiswa*dilihat dari penampilan. Banyakan dewasa. Pantes bau asap  di mana-mana. Menjadi dewasa tak seharusnya mencemari  segarnya udara kan?

Hwaa, akhirnya  kelar juga setelah megap-megap cari buku. Meskipun aku sudah melakukannya dengan cepat* karena aku tak tahan dengan asap. Ternyata hunting buku memakan waktu sejam. Lama juga yaa.

Inilah lima buku yang aku dapat setelah bertarung dengan debu berterbangan. Master Mic-nya Larry King, Biografinya Dan Brown, dan The Magic of Picture-nya Dan Roam. Itu yang non-fiksi. Serta ada dua novel; De Journal dan Ice and Fire. Semuanya 90 rebu saja. Murah dan meriah bukan? 
Pameran bukunya sampai 8 Nov!