Selasa, 23 Agustus 2016

Dua Hari bersama AADC #2

Baru ada waktu nonton AADC #2 itupun kuhabiskan selama dua hari di sela-sela kegiatan lainnya. Awalnya dari ketua FLP Bangkalan kudapat. Dan kutonton kemarin dan hari ini. Okay lupakan opening basa-basi itu. Mari kita bahas saja film yang kutamatkan dalam waktu dua hari itu.

Ayat-ayat cinta dua ini, ups salah! Maksudnya Ada Apa dengan Cinta Dua yang akan kita dengan tanda pagar #AADC2. Dua jam tiga menit durasinya itupun karena disensor adegan dewasanya. Ya, itu keuntungannya. Asyik tak usah tutup mata melihat adegan tak pantas karena sudah dipangkas.

Seru sih, banyak mengandung sastra terutama puisi Rangga yang fenomenal itu. Iya, di film ini kulihat ada dua puisi yang ia tulis. Ini nih puisinya. Sengaja kuulang-ulang filmnya untuk menuliskannya secara lengkap.

Tidak Ada New York Hari Ini
Bandara dan udara
Memisahkan New York dan Jakarta
Resah di dada
Dan rahasia yang memenuhi jantung puisi ini
Dipisah kata-kata
Begitu pula rindu
Hamparan laut dalam
Antara pulang dan sang petualang yang hilang
Seorang ayah membelah anak dari ibunya
Dan sebaliknya
Atau senyummu
Dinding di antara aku dan ketidakwarasan
Apa kabar hari ini?
Lihat tanda tanya itu
Jurang antara kebodohanku dan keinginan
Memelukmu sekali lagi

Puisi yang dikarang oleh M. Aan Mansyur kutebak judulnya adalah Tidak Ada New York Hari Ini karena di dalam puisinya ada kata New York-nya. Di kredit yang tertulis di akhir film, tersebut ada empat puisi; Batas, Pukul Empat Pagi, Pagi di Central Park dan puisi di atas. Ada satu puisi lagi yang kucatat. Kutebak judulnya adalah Batas.

Dari jendela kau melihat bintang-bintang tanggal
Satu demi satu
Berulang mengucap selamat tinggal
Kadang kau pikir lebih mudah
Mencintai semua orang
Daripada melupakan satu orang
Jika ada seorang yang terlanjur menyentuh inti jantungmu
Mereka datang kemudian
Hanya menyentuh kemungkinan

Dua puisi lainnya entah di mana sepertinya terlewat. Tapi seingatku cuma dua puisi itu yang ditulis Rangga. Pertama saat ia berada di atas pesawat dari New York menuju Jakarta. Kedua ketika ia akan kembali ke New York kala Cinta berdusta padanya.

Selain berbau sastra film #AADC2 ini banyak menonjolkan budaya Indonesia . Terutama dari daerah istimewa Yogyakarta. Villa yang dipakai Cinta and the gank juga bukan gedung apartemen bertingkat. Rumah dengan kehijauan dan perabotan yang hommy banget kelihatannya. Ya, masih dengan formasi lama; Cinta, Maura, Willy, Karmen dan tanpa Alya.

DJ pas Cinta jalan ke diskotek ngerapnya pakai bahasa jawa. Ada juga puppet yang adegannya bikin terharu. Keliling Jogja naik becak, ke candi sampai ke Puthuk Stumbu melihat sunrise bersama orang tercinta.


Nonton deh #AADC2, tapi kalau bisa versi yang sudah disensor. Biar nonton nggak usah repot-repot nutup kayar dengan tangan. Karena adegan itu dihapuskan. But that’s your choice. Meski nontonnya sampai dua hari, filmnya tetap berasa lho. Buktinya sampai kutuliskan di sini.

Minggu, 21 Agustus 2016

PEMIMPIN BARU, HARAPAN BARU

Sumber kabarmakkah.com
Pembangunan bukan hanya menyiram tanah kota menjadi hutan beton. Bangun, bangkit, grow up tumbuh menjadi lebih baik. Begitulah kemudian dapat kita istilahkan. Apalagi sebuah pergantian akan terjadi, maka harapan akan suatu kebaikan pasti tumbuh di Masyarakat.

Belakangan Jawa Timur mulai merangkak menuju itu. Mari kita lihat apa yang telah terjadi tahun belakangan. Di tahun 2007 silam sistem e-Procurement diterapkan di beberapa kota. Sistem ini sendiri telah ditetapkan pada 2003, tepatnya pada nomor 80. Ini menjelaskan tentang

Apa itu e–Procurement? Seperti yang ditulis tim KPK dalam bukunya Mencegah Korupsi melalui e–Procurement ini berarti proses pengadaan barang dan jasa secara online. Sehingga pengumuman, pendaftaran, proses penawaran, aanwijizing, hasil evaluasi atas penawaran dilakukan dengan memanfaatkan era internet ini. Buku tersebut mengambil salah kota di Jawa Timur sebagai objek penelitiannya. 

Di Surabaya sistem ini dikenal dengan SePS (Surabaya e–Procurement System) yang dapat diakses di www.surabaya-eproc.or.id. Selain karena ketransparannya meminimalisir terjadinya korupsi, sistem ini berfungsi untuk membiarkan pohon-pohon di hutan tumbuh dengan tenang karena paperless. Data yang diperlukan tak harus dalam bentuk hardcopy. e–Procurement juga menghemat anggaran sekitar 10-20 persen untuk biaya tender dan 70-80 persen biaya operasional. Seperti yang ditulis tim KPK dalam bukunya.

Sistem yang baik tentu akan didukung dengan baik pula oleh masyarakat. Harapannya, jika itu memang demikian maka pemerintah ke depan harusnya memberlakukannya di setiap kota di seleuruh daerah kuasanya dan tentu saja mengembangkannya. Dan pastinya masih banyak bidang unggul lainnya.

Sector yang hendaknya diperbaiki sepertinya wisata. Banyak wisata yang besar potensinya namun belum diberdayagunakan. Sperti contohnya perkebunan teh di seluruh Jawa Timur. Juga tambang batu putih yang banyak terdapat di Madura. Akses menuju daerah wisata belum memadai. Belum lagi masalah keamanan pengunjung.

Gubernur memang tak bisa bekerja sendirian. Masyarakat akan membantu jika ada gerakan untuk saling memberdayakan. Maka sosialisasi tentang sesuatu amatlah perlu.

Layaknya pemimpin yang baik ialah dia yang mengayomi masyarakatnya. Umar bin Khattab. Yang keras dan juga penyayang, yang tak membiarkan masyarakatnya kelaparan. Mengajak anak-anak yang merengek kedinginan dan perih di perut ke gudang gandum. Tak hanya itu, Umar bin Khattab membiarkan kedua tangannya memasakkan bubur panas untuk mereka. Tak peduli jenggotnya terbakar.

Di masa kini, dari negeri Arab sana, ada Hasan Al-Banna dengan pergerakannya Ikhwanul Muslimin atau Mursi yang pernah dikudeta. Hmm, orang baik memang siap dicibir dan diajuhi. Laiknya para cendikiawan hebat yang lebih banyak berdedikasi di luar negeri. Tak usah jauh-jauh, karena di Indonesia pun ada gubernur yang hafidz.

Pemilihan gubernur Jawa Timur akan dilaksanakan segera. Kita sebagai masyarakat yang baik akan memilih yang terbaik. Maka pergilah kita keadaan ringan maupun berat (9:41), untuk kesejahteraan dan kehidupan Jawa Timur yang lebih baik, seperti Allah fimankan dalam Al-Qur’an (22:41).

 (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.


Sedangkan nantinya sang pemimpin memiliki hak atau kewajiban untuk rakyatnya. Paling penting adalah menetap hukum seadil-adilnya (4:58). Tidak subjektif namun objektif. Sebagai orang Islam, tentunya ingin pemimpin Jawa Timur ke depan paham sebagaimana Islam mengajarkan tentang kepemimpinan. Allah menyarankan Firdaus sebagai surga pilihan, tentang gubernur ideal, jika itu ada kenapa tidak kita minta padaNya sebuah takhta. 

Sabtu, 20 Agustus 2016

A Morning in Tea Garden (Gucialit Lumajang)

Gucialit in Design

Before the sunrise comes and gold shine gild the earth, we were going to tea garden. A special group delegated to consider our matter with green dress. They guided us there. She is Mbak Vita, Mbak Cici and one cameraperson I cannot mention. Whoa properly, we should made introduction each other before.

We saw many kinds of flowers through the walks. The prominent one is the yellow flower. It is kind of Cosmos suplphureus. It is kind of yellow cosmos. In Indonesia it's called as bunga kenikir. I picked out one of them then inserted through the book gap. That’s nice!

***Kenikir
Along the way, Mbak Vita told us about several of tea. Two laves up the tree used as white tea, that’s why this type is the most expensive. Two leaves above usually used as green tea. Adding two leaves above them are used as black tea.

Pluck the Leaves
The path rising curve and it made us like at one’s last gasp. Breathe noisily, as if someone is exhausted. Fortunately, the committees stop at the top. Especially, nearby great gazebo. There played a game. One question you should answer, why you want to be a writer. Write there on your note and walks again follow the guide.

Let me answer first. As a writer I want to spreads the peace and kindness to whole the world. We knew that, one pen can shout million heads. That is why. I cannot speak well. Well, my speaking skill not practicing yet. Ya, I should improve that skill but me, Icomfortable in writing than speaking. In writing, we can edit our work, but in speaking when words out from your mouth you cannot take it back.

Calm Down
Actually same condition as you publish your work in media social such FB or blog. When your writing posted there and red by the reader, you cannot throw it back whilst you are hurt the reader. Fakkir qabla anta’zim. Think first, before doing something. So do not make your loyal reader suffering caused by your bad words.

Watch Out
The group stuck in the moment in the wrong way. We walk on the dead block. While thinking about the right path, the leader told us to answer the next question. Mention five things, you think about tea garden. That was the clue. All participants started to writing. In east, the sun begins to rise. It makes us inspirable to answer the question.

Still, we stand in one line because the road was too small. If we take a wrong movement, we fall down the deep chasm. Since, we are on the high hill; writing while watching the sun rising behind the mountain.

Waiting
First thing is I curious to find the beautiful flower. Then I imagine capturing the beautiful panorama with best angle. If it possible I want to catch it with the great one; DSLR. Tells God about that makes a good praying and says, Aamiin. In fact, I took it with 2 MP lens camera of phone. Alhamdulillah, you just need much light and best angle.

The third is pick up the tea. There many tea trees there. I wish I could follow the process. Take off from pluck the leaves till it becomes a cup of tea with nice aroma. How about jasmine tea?


Then fourthly is making afternoon tea such British tradition. Served there all kinds of tea; white, green the black. Adding into the table kinds of sweet also finger sandwiches, scones, which served warm. Read more about afternoon tea here. The last, enjoy the time. Use it wisely. Laugh with all participant of Writing Camp. Acquainting in their face and mention them into beads of pray. More about afternoon tea click here..

The Memorizers

Finally, we walk back, go down along the road, and descend to the hill. We walk to another path. Road with more tea trees and nice aroma. I always try to be in the front. In addition to capture picture graciously, I follows what Mbak Vita and Mbak Cici recited. Along the way, they repeat what they memorized from Holy Qur’an.

So which of favors of your Lord would you deny? I just like saw the grass, trees, and even the hill followed what they recited. Ah, I remembered that yearningly.

Core Memory
In the next post, Mbak Vita gave us a question. What theme you want to be in your writing? Absolutely, tea garden! Write that dandy journey then I made this! Published a blog-post.

Jumat, 19 Agustus 2016

FLP Awards dan Keharuannya [Writing Camp Expedition III]

Hadiah Kamar
Bertemu lagi duo MC; Aji dan Palupi. Pemandu acara yang selalu ceria dan gembira membagikan kata-kata penuh makna dengan cinta. FLP Awards tentunya acara puncak yang mendebarkan. Penghargaan yang akan menampilkan anggota-anggota kece FLP Jawa Timur.

Sweetness
Penghargaan pertama, diberikan kepada kamar terbersih. Kaget juga saat kamar kami yang dibacakan. Total anggota kamar kami ada sebelas orang; aku, Windar, Ani, Ratna, Yuni, Nur, Fitri, Irus, Halwa, Khurbi, dan Eni. Nama kamarnya Afifah Afra. Unik memang karena nama kamar kami adalah penulis ngetop Indonesia; Pipet Senja, Kang Abik, Asma Nadia, dan Tere Liye! Hopefully, Bang Tere bisa hadir sungguhan di acara FLP selanjutnya. Aamiin.

Ketua FLP Bangkalan, Ani Marlia yang maju menerima. Kategori selanjutnya yang bagi kamar yang kompak, aktif dan selanjutnya yang paling disiplin. Ternyata semua kamar mendapatkan penghargaan. Kalung penuh makanan ringan pun layak dikalungkan dan dibagikan. Barakallah..

Mars FLP
Jeda iklan sebentar, kami menyanyikan Mars FLP. Sebagian anggota sudah mengemas modul yang diberikan panitia. Maka saat MC meminta beberapa menyanyikannya ke depan banyak yang kecewa. Belum hafal juga soalnya. Tapi ada beberapa yang bawa dan tampil memperdengarkan suaranya.

Senandungkan
Tak mau kalah, FLP Banyuanyar juga menampilkan Mars andalan mereka. Tanpa teks mereka menyanyikan di depan. Dakara, shugoi! Mereka mengaku seringkali mendendangkannya sebelum pertemuan rutin dimulai. Oia, bagi mereka FLP adalah Forum Lingkar Pagi, karena kegiatan mereka rutin diadakan di pagi hari. Kalau di FLP Jatim jadi akronim Forum Lingkar Perjodohan. Semangat menjemput jodoh, haha.

FLP Awards, Now Begins!
Setidak ada 15 cabang yang tergabung di FLP wilayah Jawa Timur. Mbak Ami, bendahara umum FLP Jatim melanjutkan. Memandu FLP Awards. Kategori pertama, FLP pejuang. Alhamdulillah FLP Bangkalan disebut. Ya, walaupun hanya sebagai nominator. FLP Lumajang maju sebagai pemenang mengalahkan tiga cabang lainnya; Jombang, Sidoarjo dan Kediri.

Barakallah!
Kategori kedua FLP Terpuji. Nominatornya FLP cabang Tuban, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan dan Lumajang. Aku nebaknya Lumajang sama Sidorajo tapi yang dibacakan Mbak Ami adalah FLP Surabaya. Congratz deh! Mereka memang patut mendapatkannya. Kerja keras memang selalu sepadan dengan hasil.

Dalam pidato kemenangannya ketua FLP Surabaya menegaskan bahwa mereka tak layak berbangga atas penghargaan tersebut. Karena cita-cita mereka sebenarnya bukan itu.  bukan itu tujuannya. Target mereka sesungguhnya adalah go international. Yuk didoakan, aamiin.

Selamat!
Penulis non-fiksi inspiratif dibacakan selanjutnya. Lima kandidatnya, Gunawan Mahendra dari FLP Malang, Hidayati Nur FLP Tuban, Fauziah Rahmawati FLP Jatim, Kholif A FLP Sidoarjo dan M.Rasyid Ridho FLP Bondowoso. Nah, pada saat ini, operatornya terlalu cepat mencet kursonya. Timingnya kurang pas. Jadi belum didreng-deng-deng sama Mbak Ami sudah muncul nama Mbak Zie.

Omedetou!
Untuk kategori fiksi ada Mashdar Zainal dari FLP Malang. Terkaan awalku beliau yang menjadi pemenang. Soalnya ‘kan sudah jadi pemateri juga. Empat saingan lainnya ada Arul Chandrana FLP Lamongan, Fanda Ari FLP Sidoarjo dan Nun Urnoto dari FLP Sumenep. Tebak yang menang siapa? Ternyata yang suhu yang dapat.

Siapa itu? Cak Nun Urnoto. Begitu biasanya rekan FLP Jatim memanggil beliau selain sandangan kata suhu. Beliau memang pantas karena untuk membuat komentar pun beliau mengutarakannya dengan sastra. Pesan beliau, jangan pernah berhenti mengirim karya ke media. Karena saking seringnya siapa tahu redakturnya bosen juga. Haha iya juga ‘kan?

Congratz!
Selain tersebut di atas masih ada satu lagi lho yaitu kategori penulis terpuji. Kali ini ada Bunda Novi dari FLP Lumajang, Verena Mumtaz FLP Jatim, Ummi Kulsum FLP Jombang, Teguh Surabaya dan satu lagi dari Jember. Kalau tak salah namanya Rifka. Karena tak memakai kaca saat acara aku hanya mengandalkan indera pendengar saja. Itu yang terdengar di telinga.

Wilujeung!
Anggota FLP Surabaya yang memenangkan  kategori itu. Ketika maju ke depan (tak mungkin maju itu ke belakang yaa itu sih namanya mundur :D) langsung diserbu anggota Surabaya lainnya. Go Surabaya, go!

Satu kategori lagi lho, Penulis Favorit. Ini berdasarkan voting teman-teman se JawaTimur. Suara terbanyak diraih oleh Mashdar Zainal Malang, Nun Urnoto Sumenep, Teguh Surabaya, Ummi Kulsum Jombang, dan sang ketua, Rafif Amir Ahnaf. Mantep dah para senior yang banyak penggemarnya. Saingan berat tuh.

Why? Entah siapa memilihku dengan dua nama berbeda. Nama pena dan nyata. Haha, dari dulu orang-orang suka memperbincangkan terkait dua nama ini. Selalu dikiranya yang bukan sebenarnya padahal nyatanya sama. Malah dengan tiga nama juga. You want to know the real me? Just me in the real world :p

Pak Rafif yang menang. Iyyap. Beliau kan jadi ketua FLP Jatim karena prestasinya yang bejibun. Setuju deh. Tapi ada yang tak setuju. Ada ceritanya. Selanjutnya mari kita beri judul Drama Babe. Babe, itu panggilan beliau di FLP Jatim.

Drama Babe
Bunda Novi tiba-tiba menyela saat tropi akan diberikan. Menurutnya Babe tak layak menerima penghargaan itu. Ya, alasannya banyak. Saking banyaknya aku pun tak mengingat salah satunya. Lagipula, aku tak mencatat juga ^^V

Aku awalnya setuju saja dengan pendapat Bunda Novi, karena harusnya tropinya diberikan kepada yang berhak. Seperti kutuliskan sebelumnya, Pak Rafif ‘kan memang ketuanya kita. Secara teknis harusnya memiliki karya yang lebih oke, keren yang berjuta-juta. Harusnya Babe didisk laiknya sebuah lomba yang mengatakan, yang sudah sering menang lomba tak boleh ikutan audisi. Karena banyak penulis mudah yang lebih dukungan torehan prestasi. Misalnya yang menuliskan ini. Jauh, euy jauh haha.

Sebagai artis nomor satu, tak mungkin Babe terpilih bukan kalau tak banyak fansnya, adalah anggota yang keberatan juga. Ingin mengemukakan pendapat bahwa Pak Rafif memang layak mendapatkan tropi itu. Aduh, Aula Lingkar Pena jadi semakin gaduh. Namun kemudian menjadi tenang dengan kedatangan Ummi Rita.

Sungguh membuat takut. Aku saja sampai tak berani mengangkat kepala. Aku juga berpikiran macam-macam. Ummi Rita malah berseberangan pendapat dengan Bunda Novi. Pak Rafif itu sudah mengorbanan segalanya untuk FLP Jatim. Khususnya acara silaturahmi wilayah jawa timur di Writing Camp Lumajang ini. Apalagi kerja keras beliau lima hari belakangan. “All of you, you should see this,” begitu kira-kira ungkap Ummi Rita versi aku.

Setangkup kue dengan lilin menyala di atasnya. Surprise! Babe ultah tho, kukira drama ini nyata ternyata hanya fiksi belaka. Good performance! Adegan drama yang luar biasa, serasa menonton opera.

“Hatiku luluh lantak,” respon Pak Rafif memulai pidato keberhasilannya, “hancur selebur-leburnya.” Tuh, ‘kan bahkan sang ketua tertarik dengan kata itu. Luluh lantak masih menjadi trending di FLP Jatim hingga seminggu kemudian.

Tanjoubi Omedetou!
“Ada banyak organisasi, tapi FLP adalah ukhuwah yang mahal. Belajar menulis sebenarnya bisa di mana saja, tapi kebersamaan di FLP tak bisa dilupakan begitu saja.”

Selalulah kuat
Selalulah produktif
Selalulah berani mengutarakan kebenaran

Pesan Pak Nun Urnoto dalam do’anya. Begitulah FLP kemudian berakhir dengan haru.

Along Remembrances’ Way
Di sepanjang jalan kenangan kita menemukan dedaunan jatuh berguguran. Kulihat kelabunya jalan. Ketika langit siap menghapus kenangan dengan jutaan tetesan airnya. Namun begitu kami segera menuliskannya di lembaran kertas warna-warni. Menuliskannya di atas catatan pribadi. Mempublikasikannya di blog kami. Mengukirnya abadi di hati. Sebelum akhirnya kenangan itu pergi. Menghilang ditelan bumi. Merantau berganti memori.

Kenangan
Di sepanjang jalan kenangan kusaksikan bunga-bunga bermekaran. Melahirkan kebahagiaan. Mengalirkan ide-ide segar tanpa terpikirkan. Melambungkan coretan makna kenangan. Menorehkan keriangan di antara kata-kata yang pilihkan pena menjadi karya.

Di sepanjang jalan kenangan kita masih akan terus mengenang. Kisah-kisah ceria. Cerita-cerita cinta. Dalam kebersamaan, dalam kenangan. Forum kita, forum lingkar pena. Sebuah jalan kita menuju surga. Insya Allah!

*selesai ditulis hingga tandasnya seteko teh melati.

Postingan selanjutnya tentang kebun teh. Menjawab pertanyaan panitia saat outbound. Wait and see yaa.

Items on Detail [Writing Camp Expedition II]

Main Dulu
Setiap sebelum acara dimulai mesti ada games menarik yang disediakan panitia. Game pertama yang dimainkan saat kami semua datang berkumpul bernama Game Taaruf. Aula lingkar Pena.

Panitia membagikan lima kertas berwarna-warni kepada masing-masing peserta. Kami diminta menulis nama lengkap dan asal FLP cabang. Kemudian menggulung dan memasukkan kertas ke dalas gelas yang disediakan. Setelahnya masing-masing peserta ikhwan dan akhwat membuat lingkaran besar.


In Colors
Peserta tidak diperkenankan membuat rekannya memiliki gelas kosong tanpa kertas. Sebaliknya peserta yang lain harus membagikan kertas yang dimilikinya sebanyak mungkin. Time’s up! Itu artinya semua peserta harus kembali duduk dan menyebut nama yang tertera di gelasnya. Serta mencari dan bekenalan dengan seseorang tersebut. Selanjutnya acara kesepakatan kontrak belajar.

Di kontrak belajar, kami dibagi empat kelompok masing-masing putra dan putri. Kali ini tentang kontrak belajar. Ada empat kelompok; disiplin, bersih, kreatif, dan solid. Nah, kita dimintai peraturan yang cocok. Rules yang kemudian akan disepakati dan dijalankan bersama. Namanya juga anak sastra, kaidahnya pun dituliskan dengan rasa. Dari tim solid, bersatu kita sendiri, belima kita ngumpul, hihi. Sesudah seluruh peraturan disahkan, berlanjutlah acara, motivasi menulis dari Bunda Shinta.

Motivasi Bunda Shinta
Materi pertama disampaikan oleh Bunda Shinta. Beliau memaparkan tentang motivasi menulis kepada para peserta. Ketua FLP se-dunia tersebut dipandu oleh Mbak Zie; membagikan oleh-oleh dari Korea. Writing Residence yang diikuti Bunda Shinta beberapa waktu lalu. Seol Foundation of Arts and Culture. Sekitar satu bulan di sana.

Sebelum memulai, Mbak Zie memainkan pena sembari berfilosofi tentangnya. Pena yang dapat membuat perang dunia. Memulainya dari kata-kata yang dituliskannya. Bahkan menurut Sayd Qutb, jika penembal jitu bisa melumpuhkan seorang dengan satu peluru maka dengan satu pena, penulis dapat menembus jutaan kepala.

Bunda Shinta Yudisia sesekali menampilkan video-video beliau saat di Korea. Pemaparan beliau membuatku tak berhenti berdesir. Apalagi saat beliau menceritakan bahsa indonesia yang dibacakan di depan audience Writing Residence. Menurut mereka, bahasa indonesia adalah bahasa yang sangat indah. Mereka berkesan, “Indonesia, good people, good prayer.”

Cerita beliau mendapat undangan ke Korea adalah tentang karyanya yang dimuat koran nasional dan tak mendapat fee dari redakturnya. Nyatanya rezeki beliau bukan nasional tapi di level internasional. Bukan di Indonesia namun di Korea. Judulnya, Sedekah Minus yang terbit di media tahun 2012 silam.

Semangat penyair, begitulah kata Bunda yang membuat Korea maju seperti sekarang. Adalah Dong Ju, penyair Korea yang ditahan Jepang hingga ia berpulang. “Janganlah para remaja Korea pernah berbahasa Jepang karena oleh mereka saya diinjak dan dihina,” pesan Dong Ju yang dipaparkan Bunda.

Begitu hormatnya bangsa Korea mengenang Dong Ju, dan tidak terjadi pada Chairil Anwar di Indonesia. Miris memang. Para pejuang pena masih rendah di mata masyarakat nusantara. Tak sederajat dengan dokter ataupun tentara.

Banyak penulis mancanegara yang menginspirasi beliau, seperti yang tertulis di sini. Salah satunya pesan agar seorang penulis setidaknya memiliki dua sampai tiga ketrampilan lain. Misalnya menulis, bernyanyi dan memainkan gitar sambil bermusikalisasi. Hmm, aku apa ya? Ingin menguasai dunia menulis, desain dan fotografi. Harapan selanjutnya memenangkan DSLR di arena kompetisi. Doakan ya. Yuk, asah juga kemampuan yang lain, yang kita minati tentunya.

Jangan menjadi penulis ynag begitu-begitu saja. Jadilah penulis yang inspiratif. Yang menyuarakan kebisuan. Menebar kebermanfaatan, kebaikan. Ingin go international juga? Saran beliau cobalah menulis dengan bahasa Inggris. Coba kunjungi web resartis dan banyak-banyak mengirimkan karya ke media. Semangat!

Main Lagi!
Game kedua dimainkan sehabis Isya’. Nama permainannya Game Angka. Itu aku yang menamakannya, aku lupa Mbak Zie menyebutkan apa namanya. Jadi dalam sebuah lingkaran besar kami diminta menyebutkan angka. Di angka tiga, tujuh dan kelipatannya diharuskan mengatakan ‘boom.’

Ronde pertama aku sudah kalah. Harus diakui aku lebih menyukai permainan rasa dalam kata daripada logika. That’s why aku diterima di jurusan sastra. Permainan semakin sengit saat lingkaran menjadi semakin kecil. Peserta yang lain satu per satu jatuh berguguran. Di akhir permainan, Mbak bergamis hijau dan pria berbaju putih maju sebagai pemenang. Materi tentang keefelpean kemudian disampaikan Pak Rafif.

Keefelpean [Rafif Amir Ahnaf]
Malamnya selepas Isya’, Rafif Amir Ahnaf, sebagai ketua FLP Jawa Timur mengisi materi selanjutnya. Qabla memulai paparannya beliau menceritakan kisah marcus Decade. Seorang Sastrawan Prancis yang menuliskan tulisan yang amat vulgar. Itulah mengapa ia kemudian ditangkap dan dipenjarakan.

Meski di dalam penjara, ia tetap berkarya. Menuangkan isi kepala dengan tinta-tinta. Istri sang sipir penjara kemudian yang menjadi kurir. Mengantarkan karya-karyanya ke media tanpa diketahui oleh negara. Namun akhirnya mereka dapat mengendusnya.


Writer Style
Maka diambillah, fasilitas yang mendukung Decade untuk menulis, akan tetapi ia tetap menulis. Decade melontarkan idenya dengan anggur yang dihidangkan kepadanya. Di atas sprei tempat ia berbaring kelelahan. Istri sang sipir tetaplah yang menjadi pesuruhnya. Saat anggur ditiadakan, ia menulis dengan darahnya di atas baju yang ia pakai. Tulisannya pun dicium penguasa, dan pakaiannya ditanggalkan. Pada akhirnya ia menulis dengan tinjanya di dinding penjara.

Sebagai penulis yang bijak, tentunya kita tahu ada hal yang tak patut dicontoh pada diri Decade. Namun semangat menulisnya yang harusnya jadi panutan. Gigih dan terus berjuang terhadap apa yang dicitakan. Fokus sampai lulus! Yosh, berdo’a semoga dosen pembimbing segera diumumkan. Eh :D

“Kematian sesungguhnya bagi saya bukanlah saat dipenjara, namun saat saya berhenti menulis. Penjara yang sesungguhnya bagi saya adalah saat ide saya terpenjara.

Seperti Pak Rafif jelaskan, FLP bermula dari diskusi kecil tiga srikandi; Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia. Lalu lahirlah FLP pada 22 Februari 1997. FLP adalah hadiah Tuhan untuk Indonesia, kenang Pak Taufik Ismail. Organisasi yang memberikan pencerahan lewat tulisan.

Salah satu falsafah FLP bermula dari visi yang membulatkan tekad untuk cinta baca, menulis dan membangun jaringan penulis. Di FLP Jatim sendiri kita memiliki rapor bulanan yang wajib disetor, kemudian adanya FLP wilayah-cabang hingga ranting. Juga Taman Baca dan Kelas Menulis di setiap pekannya.

Karena FLP adalah organisasi, maka tak hanya kepenulisan yang kita fokuskan tapi juga keorganisasian dan keislaman. Sebab sejatinya kita adalah mujahid-mujahidah pena yang mengharapkan karyanya bagai amal jariyah yang mengalir hingga ke singgasana surga.

Saat semua peserta beranjak memeluk dinginnya malam, seorang  utusan dari setiap cabang berkumpul. Mendiskusikan permasalahan yang dialami. Entahlah apayang mereka perbincangkan, sang ketua belum membagikan kisahnya. Mungkin nanti, ketika semua anggota kembali ke kampus. Ya,di Bangkalan semua anggota berstatus mahasiswa. Yang kini masih berlibur ria. Doakan, nantinya anggota datang dari berbagai kalangan; ibu rumah tangga, guru, dan berbagai profesi lainnya. Serta anak-anak tentunya. Biar ada FLP Kids juga.

Itu permainan dan materi di hari pertama. Di hari kedua, hari dimulai dengan Tahajjud, Shubuhan dan dzikir Al-Ma’tsurat bersama. Sesudahnya outbound di bebukitan kebun teh. Ini ceritanya, berikut jawaban dari pertanyaan panitia saat itu. Tak ada game lagi di hari kedua.

Biarkan Jari Menari [Fiksi Mashdar Zainal]
Mashdar Zainal menjadi pemateri pertama pada keesokan harinya. Materi yang dibawakan tentang menulis fiksi. Paginya saat mentari belum menampakkan keemasannya kami mengunjungi hijaunya kebun teh dalam sebuah perjalanan. Serta senam pinguin lucu sebelum acaranya benar-benar dimulai.

Dengan dimoderatori oleh Wahyu Purwanto beliau menyajikan cerita yang sangat indah di awal acara. Kisah ayah dan rumah. Ayah yang tak pernah hadir di hadapan sang anak. Ibu yang menafsirkan ayah sebagai rumah tempat berpulangnya lelah.


Sajak Kehidupan

Berikutnya, pada layar proyektor Pak Mashdar banyak menampilkan kalimat-kalimat penuh perasaan. “Ini hanyalah susunan kata-kata yang saya manis-maniskan.” Tertuli di layar, biarkan perasaanmu mengembara, menemukan benang kata terindah. Biarkan jarum penamu menari memintal benang katamu. So sweet, bukan?

Sebai penulis yang banyak termuat karyanya di berbagai media, beliau mengaku menargetkan membaca lima cerita pendek dalam sehari. Kemudian menuliskan satu cerita terbaik dalam sepekannya. Begitulah salah satu resep rahasia beliau.

Pak Mashdar tak banyak berteori karena beliau lebih banyak menggunakan waktu untuk menjawab pertanyaan peserta. Ada satu kata peserta yang menjadi trending pembicaraan para anggota FLP Jatim hingga sekarang.  Ketika salah seorang peserta asal FLP Lumajang menyebutkan kata “luluh lantak.” Itulah kata yang muncul dengan timing tepat.

Sehabis materi Pak Mashdar tersampaikan, Ibrahim Maulana, ketua FLP Surabya menyampaikan satu-dua patah kata berharga. Mengucapkankan penghargaanya terhadap seorang anggota FLP, Zaky yang ahli di bidang gambar. Dari keahlian inilah ia mendapatkan berbagai gadget keren termasuk laptop dan wacom. Alat yang saat kita menggambar di atasnya, visualnya langsung muncul di PC.


Shining Culture
Beliau menghimbau para peserta untuk menghargai karyanya dengan mendukung salah satu karyanya di sini. Next, kami diberi oleh-oleh kece. Buku Prejengane Kutho Suroboyo. Aw, mengagumkan bukan buah tangannya. Wah, terimakasih, FLP Surabaya! Buku yang berhalamankan 300 itu dilengkapi dengan ratusan foto didalamnya. Jadi nanti bacanya nggak bosan.

Isinya tentang berbagai budaya yang di penjuru Surabaya. Tak ketinggalan pula lezatnya kuliner dan serunya permainan tradisional di sana. Buku yang menghabiskan waktu dua tahun pengerjaannya ini berkolaborasi dengan PT Smelting. Keren ya, negosiasinya sampai bisa menariknya sebagai sponsor. Patut dicontek nih dan diburu ilmu marketingnya.

FLP Banyuanyar juga tampil ke depan. Salah satu ranting dari FLP Pamekasan ini mengundang kami, anggota se FLP Jawa Timur ke acara Tasyakuran mereka bulan Oktober nanti. Asyik, bakalan reuni lagi nih.

Non-Fiksi Bunda Wigati
Kalau ada materi fiksi pastinya juga ada non-fiksinya juga dong. Karena FLP bukan tentang cerita khayalan saja. Realita, fakta, kenyataan juga ada dong pastinya. Kali ini Bunda Abiyz Wigati yang akan memaparkan tentang itu. Tetapi sebelumnya ada yang lewat dulu.


Bacalah!
FLP Kids Lumajang, menampilkan sebuah pertunjukan. Ada gadis berbusana pink bunga-bunga memaikan biola. Rekannya dengan kaos hijau biru mepresentasikan sastra. Ia membacakan puisi di sana. Pagelaran musikalisasi puisi dimainkan dengan cantik nan indah.

Di Writing Camp kedatangan tamu spesial setelah itu dari Dinas Pendidikan Lumajang. Dalam sambutannya beliau berharap organisasi yang kita rintis berbagi kebermanfaatan bagi masyarakat. Karena papar beliau sesungguhnya menulis adalah menularkan ilmu. Yang dengan itu mudah-mudahan menjadi amal jariyah nantinya.

Barulah setelahnya acara non-fiksi dimulai. Bunda Wigati didampingi Mbak Cici meminta kita membagi kelompok yang di dalamnya terdapat dua orang saja; si A dan si B. Ada dua menit yang diberikan bagi si A untuk bercerita tentang jalan-jalan di kebun teh tadi paginya. Sebaliknya si B juga bercerita dengan topik yang sama namun dengan sudut yang berbeda tentunya.


Tabayyun!
Lepas bercerita, si A mauupun B menuliskan apa yang didengarnya. Beberapa peserta dipilih untuk menceritakan tulisannya di depan. Dari simulasi tersebut Bunda Wigati kemudian menjelaskan materinya. Ada validitasnya yang harus dimiliki.

Sebuah tulisan atau bahkan postingan salinan yang kerap kali kita temukan di grup. Katanya, copas dari grup sebelah. “Grup sebelah iku sopo? Ojo’ sembarang share!” Harusnya sebagai penulis yang arif, kita tak sembarang comot dari status di efbi misalnya. Cantumkan! Siapa penulis aslinya, siapa pemilik foto sebenarnya; sang fotografer. Jangan asal menampilkan atau membagikan karya orang. Tulis dalam kutipan apalagi dalam sebuah penelitian. Wajib itu hukumnya.

Postingan pertama bisa dibaca di sini, happy reading. Oia, ada yang seru juga di FLP Awards.