Jumat, 24 Oktober 2014

BULANNYA KEBELAH

Bagus, keren, dan entah kata hebat apalagi yang harus aku lontarkan. Poko’na lebur wa. Macellep ateh. Eh? Bahasa  dari planet mana ini. Lihat catatan kaki saja ya kalo ingin tahu artinya :D

Ini buku yang paling top-markotop dibanding adik-adiknya. Dua buku Hanum yang juga pernah aku baca; Berjalan di Atas Cahaya Dan 99 Cahaya di Langit Eropa. Tapi belum sempat aku bikin review-nya. .:plak:.
 
Buku keren karya Hanum Rangga. Fotonya nemu di internet
Teknik penulisannya juga keren. *beberapa bulan terakhir aku jadi suka mengkritik tulisan orang. Gegara #OneDayOneWork yang mewajibkanku untuk menyelesaikan sebuah tulisan dan mengkritiknya habis-habisan bersama beberapa orang rekan. Begitu setiap hari yang aku lakukan. Tapi untuk karya yang satu ini, aku jadi tak berkata apa-apa kakkoi desu kara.

Ya! Bagaimana Hanum dan Rangga bisa memadukan fakta nyata tentang sejarah serta ilmiah dengan travelling dan fiksi. Mereka juga dapat memolesnya dengan spritual Islam yang berhasil membuat para pembaca tergugah.

Fakta bahwa, boleh jadi peristiwa 9/11 adalah peristiwa konspirasi yang penuh dengan misteri. Boleh jadi Muslim yang selama ini jadi bulan-bulan *atau mungkin tahun-tahunan. Eh? :D hanyalah korban. Serta cerita fiktif hasil imajinasi Hanum dan Rangga yang memunculkan tokoh bernama Azima Hussein*tokoh ini seperti menggantikan Fatma Pasha di 99 Cahaya di Langit Eropa, Michael Jones yang kehilangan Joanna dan Hyacinth Collinsworth penderita Alzheimer.

Berbagai rentetan kejadian yang sayangnya bukan kebetulan lantas saling berkaitan. Pria paruh baya yang mengetuai demo di Ground Zero dan Perempuan penjaga Museum. Keduanya memiliki pasangan yang berakhir kehidupannya di dalam gedung WTC yang runtuh. Juga Phillipus Brown sang dermawan. Semuanya serba ‘wah’ menjalin dalam sebuah novel. Endingnya juga sangat keren dan tak mengecewakan. Seru pokoknya mah. So awesome ceritanya. Mengharu biru pada akhirnya. Kuberitahu kau, apa jadinya dunia tanpa Islam?

Do you think the would be better without Islam? Pertanyaan ini yang membuat Hanum akhirnya terdampar dan tercekik kerusuhan di New York. Kerusuhan atas demo pembangunan Masjid di arena Ground Zero. Pada hari yang sama, peringatan 9/11; Black Tuesday yang menewaskan banyak korban. Hiks!

Tak hanya berkisah tentang kelamnya bulan September buku ini juga mengajariku menjadi seorang reporter. Bagaimana Hanum memasuki kerusuhan, mencari dan menemukan narasumber. Wheuw! Kita harus mencari kata-kata yang baik dan memikat agar sang narasumber mau diwawancarai. Tak mudah ya, itulah mengapa kita harus terus dan selalu berusaha. Teknik dan tips yang  Hanum ajarkan dalam bukunya membangkitkan semangatku untuk menjadi wartawan. Let me tell you, I wanna be a journalist someday. Doakan!

Menjadi Agen Muslim Terbaik. Itu motto yang selalu mereka gaungkan. Ah, membaca kisah di dalam novel ini membuatku kembali tersadar, aku harus menjadi agen muslim yang baiknya juga. Me-make up citra Islam yang sempat menjadi buruk.

Kau tahu, penemu Amerika bukan Colombus. Tapi Melungeon. Suku yang boleh jadi mereka Islam. Hanum dan Rangga menjelaskan secar rinci di dalam bukunya. Mau tahu? Baca saja bukunya .:ketawa jahat:.

*pokoknya menghibur, deh. Bikin hati tentram (y)
Bahasa Madura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar