Rabu, 17 Februari 2016

Serunya Pesta FLP JATIM

Setelah melalui perjalanan berjam-jam akhirnya sampai juga di Upgrading FLP Wilayah Jatim. Berangkat jam enam sampainya jam satu siang. Wheuw, tujuh jam. Daan akhirnya Malang!

Yeay! UMM
Berlima, delegasi dari FLP Bangkalan. Aku, Dek Ani, Windar, Ria sama Hambali. Kami bertemu di masjid kampus. Sebelumnya kami berangkat dari kota yang berbeda-beda.

Arrived in Rusunawa
Spanduk Penyambut
Sampailah sore itu ke Rusunawa UMM, tempat penginapan para peserta FLP. Kamarnya cukup lumayan. Sekamar isi tiga orang. Kebetulan aku sekamar sama si Windar, satu lagi dari FLP Lamongan.

Kamar Kita
Fasilitasnya oke lah. Sekamar ada tiga kasur. Lengkap dengan bantal dan selimutnya. Padahal awalnya aku mau kain Bali buat selimut. Eh, alhamdulillah ternyata. Biasa kemping dengan fasilitas seadanya yaa :D

Penampakan Kasur
Lemarinya juga ada tiga. Tersedia dengan hangernya. Siiplah buat gantung-gantung baju. Biar kamarnya tetep rapi. Setiap kasur ternyata ada laci besar. Sepertinya buat tempat pakaian kotor. Bagus untuk model kamar anak kuliahan ya.

Oia, karena ada hanger dan jemuran aku sempet nyuci di sana. Dan alhamdulillah kering dan bisa ganti lagi 'kaan bajunya. Ngirit tas biar nggak berat.

Meja di Sudut
Ada meja belajar juga. Tiga juga dong jumlahnya. Baguslah biar khusyu nanti belajarnya. Jadi mikir kalau ngekos di sini, sebulan berapa? Haha. Ternyata ini asrama buat para mahasiwa internasional. Tapi sepertinya sering buat penginapan. Soalnya temen-temen ekonomi pernah nginep di sini juga.

Kamar mandi? Adalah, di dalam. Sepertinya pernah ada showernya tapi sudah rusak. Tak apalah yang penting airnya lancar. Tiga hari di sana alhamdulillah berjalan sempurna.

Rehat beberapa menit, bersih-bersih diri dan antri*cuma gantian sebenarnya karena sekamar cuma berdua. Setengah lima kami dipanggil. Kumpul semua peserta di hall.

Terkait kunci awalnya agak kisruh. Terjadi konflik batin haiiyaa. Soalnya dua kunci pemberian panitia tak ada yang cocok. Namanya lagi jetlag, perjalanan panjang tentu ingin membaringkan badan barang sejenak. Lucunya kita sampai komat-kamit baca mantra. Ih, ternyata panitianya salah kasi.

Upgrading Begins!
First Meeting
Menit ke tiga puluh tiga melewati angka lima, ketika acara penyambutan akhirnya dimulai. Disambut Pak Rafif sebagai ketua FLP Wilayah Jatim dilanjut Mbak Wulan sebagai ketua pelaksana yang kemudian membacakan rekap donatur dari banyak orang.

Jam 05:51 P.M. baru deh kita mulai perkenalan. Pas perkenalan aku sambil tulis nama-namanya. Ada Halimatus Sa'diyah dari FLP Pasuruan, Hidayati Nur-FLP Tuban, Retno-FLP Surabaya, Fathul Bari-FLP Bondowoso, dan Abdul Azizi-FLP Kediri. Jam 18:01 perkenalannya ditutup dan ketemu lagi jam 18:21. Karena apa? Karena adzan Maghrib tlah berkumandang.

Selepas sholat, sesuai janji yang tadi agenda berjalan kembali. Perkenalan. Kali ini dimulai dari Mbak Utha-FLP Surabaya, Nurul Jannah dan Mbak Titik dari Pamekasan, Bu Atin dan Yulistia dari Tuban. Adek Shabrina yang masih kelas VII SMP dari FLP Pasuruan. Shaliha dan Ussy yang juga dari Pasuruan. Terus Ziela dari FLP Malang. Kemudian aku lupa menuliskannya lagi, tapi sebenarnya masih banyak yang belum dituliskan. Aku sudah keasyikan karena sudah tertarik dalam atmosfir Upgrading. Orang-orangnya ramah sih. Oia, kalau ada yang salah tulis maaf yaa. Sedengerku gitu, hujan deres juga waktu itu.

Aku salut banget sama Dek Shabrina. Kecil-kecil sudah melanglang buana di bumi nusantara. Hebat! Sukses jadi penulis ya, Dek!

Adzan Isya' berkumandang dan akhirnya perkenalan disudahi jam 07:37 P.M. Alhamdulilla semuanya kebagian yeay! Katanya disuruh kembali jam 08:20. Aku dan Windar sudah dijamak sholatnya. Jadi waktu kita habiskan dengan tilawah dan makan malam duluan.

Di acara Upgrading ini ada Danang Kawantoro juga. Ternyata beliau sekarang aktif di FLP Malang. Itu lho sang ilustrator Kawanimut. Ih, nyangka. Selama ini cuma lihat karyanya di Internet. Ilustrasinya suka dibikin foto profil sama orang-orang. Pertama kali tahu karya beliau pas 2010 dulu. Awal-awal niha'ie. Di stand panitia juga dipajang karya-karya beliau. Di meja pemateri juga suka dipajang.

FLP dalam Sejarah Nusantara
FLP dalam Sejarah Nusantara

Acara selanjutnya bertajuk FLP dalam Sejarah Nusantara. Dibawakan oleh Mbak Zie. Lengkapnya Fauziyah Rachmawati. Di sana kira dijelaskan angkatan para pujangga yang eksis di Indonesia. Seperti Balai Pustaka, Pujangga Baru, Angkatan '45, Komtemporer '66 hingga berdirinya FLP di tahun 1997.

Menjadi seorang penulis menurut beliau adalah tentang komitmen menulis. Istiqamah juga penting. Meski sekarang suka ditolak media, terus berusaha. "Mungkin nggak sekarang tapi suatu hari nanti, pasti!" Deg, kata-kata itu langsumg aku tulis dalam catatan. Namanya juga penulis, semua peserta terlihat sibuk dengan pena dan bukunya. Sunyi, hanya tangan yang bergerak ke sana ke mari.

Ada game menarik dalam acara tersebut. Kita disuruh menuliskan harapan untuk FLP se-dunia, FLP Jatim dan FLP cabang. Setelahnya kita disuruh menulis 3 poin yang menunjukkan ciri-ciri. Katanya untuk tes apakah kita kenal semua peserta atau tidak. Eh, ternyata tebakan teman-teman benar semua. Yeay! Keren deh FLP Jatim.

Satu lagi, pesan Mbak Zie tentang pohon. Kita tahu kertas terbuat dari pohon. Jadi buatlah tulisan yang bermanfaat. Agar tidak sia-sia pohon ditebang. Jadikan bukumu berguna untuk seluruh umat manusia.

Meet KMGP Actor and Actress
Para Pemain KMGP

Kejutan di akhir acara! Para pemain KGMP datengin kita. Lengkap empat orang. Si Hamas yang jadi Mas Gagah, Noy-Dik manis Gita, Masaji-Yudi dan Izzah yang memerankan Mbak Nadia. Katanya ini pertama kalinya dateng ke Jatim dengan personel lengkap. Mereka didampingi oleh Ust. Abrar Rifa'ie, yang memang anggota FLP Jatim.  Ini kata pembukaan yang aku catat. Perkataan yang menggelegar di Rusunawa.

Sama Kita-kita
"KMGP itu anak kandung FLP. Memisahkan KMGP dari FLP seperti memisahkan tahlilan dari NU. Ibarat memisahkan Islam dari Al-Qur'an."

Sibuk fota-foti
Banyak pertanyaan dilontarkan kepada para pemain. Semuanya kebagian jawab di sesi itu. Yudi disuruh memperagakan adegan ceramah di bus sama Mbak Jen, peserta dari FLP Pamekasan. Keren! Noy alias Gita juga menimpali adegannya. Riuh deh malam itu. Meskipun hujan deras terus mengguyur di luar sana. Setelahnya, foto-foto dong. Ya ampuun.. Padahal mereka padat banget acara, sempet yaa ngunjungin kita. Terimakasih.

Training for Trainer
Tak berhenti di situ, setelah para pemain undur diri acara Upgrading terus berlanjut dong. Selanjutnya TFT. Teman-teman dikelompokkan berdasarkan minat. Aku masuk kelas cerpen, karena kelas puisi tak ada. Lebih tepatnya mungkin mentornya. Coba Abah Zawawi dateng yaa. Hush, nggak boleh berandai-andai!
Sebelumnya dibuka dulu sam Pak Nun Urnoto yang kemudian membuat anggota cerpen berkurang.

Pidatonya meledak-ledak. Teman-teman tergiur pindak ke kelas novel deh. Kelas yang memang dimentori oleh beliau. Okelah, setiap orang memiliki pilihan. Aku? Tetap di kelas cerpen di sana.

Di sana aku kumpul dengan Windar. Yeay! Kita sekelompok lagi. Kelas cerpen diampu Pak Rafif Amir. Di kelas ini kita fokus di cerpen Jawa Pos. Aku maunya sih di Kompas, pengen coba tapi tak ada yang mendukungku. Jawa Pos, semua sepakat.

Salah satu unsur yang kemudian membedakan cerpen dan novel adalah konflik. Cerpen biasanya hanya fokus pada satu saja. Nah, di kelas ini kita disuruh menggunakan 'imajinasi liar' untuk memperoleh cerpen yang ajib. Karena kita milihnya Jawa Pos, Pak Rafif memyarankan agar cerpen kita update. Seperti cerpen yang terbit di Jawa Pos esok harinya adalah tentang imlek.

Mengarang cerita pendek sejatinya adalah permainan imajinasi. Membuat segala yang tidak mungkin menjadi mungkin. Seperti aliran surealis misalnya. Benda mati yang dapat berbicara. Begitulah tokohnya. Setelah banyak teori kita dapatkan, akhirnya pekerjaan rumah diberikan. Pe er cerpen yang kira-kira masuk kriteria Jawa Pos. Minimal empat sampai enam ribu kata. Wheuw!

Kami kembali ke kamar masing-masing dengan membangun harapan. Berkhayal akan cerpen yang harus dihidangkan. Zzzz... Eh, selain kelas cerpen dan novel ada kelas esai juga yang dimentori oleh Mbak Zie. Mentor yang banyak menulis di non-fiksi.

Semalam, hening pikiran. Tak ada inspirasi yang hinggap. Gejolak batin meliuk-liuk sengsara mencari tujuan. Hingga Shubuh, hingga olahraga pagi hingga kuliah umum sang inspirasi belum datang memberanikan diri.

Olah Tenaga dan Games Seru
Kegiatan yang menyehatkan di pagi hari. Olahraga? Yup, bener tapi dalam acara ini namanya olah tenaga. Ya, acara sehat kali ini kudu mengerahkan seluruh tenaga dan kekuatan. Karena kita dipandu oleh anak Capoera.

Mbak Wulan. Masi ingat? Ketua pelaksana acara Upgrading dan ketua FLP Malang juga. Ya, dulunya beliau aktif di Capoera. Mungkin sekarang masih. Nggak tahu deh belum tanya lagi.
Kita bener-bener jumpalitan. Merangkak ke sana. Salto, angkat tangan angkat kaki. You know Capoera gimana. Ada tuh beberapa anak yang telat. Disuruh push-up lah mereka. Iya, bener-bener push-up sepuluh kali. Makanya jangan terlambat.

Suatu ketika kita ketemu Mbak Wulan pas antri ambil air. Sambil ingat-ingat nama dan kembali berkenalan, beliau bilang "Tenang kok nggak bakalan disuruh push-up." Wajahku menyedihkan 'kali yaa.

Setelah uji kekuatan, panco 'kali kita main games. Permainan pertama lempar bola. Kertas yang digulung dan dilempar ke salah satu peserta. Sambil menyebutkan nama. Kadang nama yang dilempar, kadang yang melempar. Gantian dan semua peserta kena. Yang tak bisa menyebutkan kudu memanggil namanya dengan tujuh tangga nada. Untung saja aku tak kena :p

Kami terus bermain sembari menunggu sarapan. Permainan kedua  dipandu Bu Umi. Ekspertnya cerita anak dari Jombang. Mainnya pakai benda juga. Boleh bulat, lonjong atau apa saja. Nama gamenya "Jadi Apa". Permainan yang terus aku mainkan hingga di rumah.

Waktu itu kita pakenya mikrofon. Ada menyebutnya sebagai lipstik, sisir, tongsis. Segala aya. Itu benda diimajinasikan dengan segala rupa. Aku menganggapnya pensil dan barbel. Eh ternyata keduluan sebelum aku mendapat giliran. Jadi deh pas giliran aku menyebutnya bros. Eh?

Bermain sambil bernyanyi. Sambil pemain mikir, kita yang lain menyanyi. "Jadi apa, jadi apa. Jadi apa sekarang? Sekarang, jadi apa? Jadi apa sekarang?" Saat lagu berhenti pemain harus memperagakan sesuatu tentang mikrofon itu. Peserta lainnya harus menebak itu apa. Konyol-konyol deh waktu itu.

Kuliah Tamu Dare to be a Writerpreneur
Acara dimulai kembali setelah sarapan dan bersih-bersih diri. Sebelumnya aku sempat jalan-jalan dulu. Cari minimarket beli susu. Maklum tiap hari kudu begadang buat TFT. Tiga kotak amunisiku untuk tiga hari.
Dibuka oleh Mbak Nana. MC setiap acara, kuperhatikan begitu. Suka gayanya beliau memandu. Daebak.
Seperti biasa, Pak Rafif dan Mbak Wulan maju untuk beberapa patah kata. Semoga tak lelah berjuang ya.

"Semoga dengan menulis kita bisa menularkan berbagai inspirasi. Dan acara ini menjadi acara yang memikat. Agar menulis tidak hanta sebagai hobi namun juga profesi," begitu Mbak Wulan menutup pidato yang disambut tepukan yang meriah.

Kuliah yang pertama disampaikan Bunda Shinta Yudisia. Dimoderatori oleh Mbak Zie. Judul materi yang disampaikan adalah Journey to Amazing World.

"Barangkali darah seni sudah mengalir sejak kalian dilahirkan," demikian Bunda membuka acara mengutip perkataan Myuki.

Bunda Shinta banyak berkisah tentang pengalaman beliau. Perjalanan ke Gaza yang melahirkan Rinai. Jalan-jalan melahirkan novel dengan negara sakura. Aku lupa judulnya. Dan pengalaman waktu dulu awal-awal menulis.

Beliau bercerita dulu saat cerita pendeknya terbit di salah satu koran. Saat ditagih honor, tak ada jawaban. Sela beberapa waktu beliau dikontak orang Korea diundang acara kepenulisan.

"Barangkali rezeki saya bukan lokal tapi nasional. Bukan nasional tapi internasional. Allah tak akan melupakan do'a-do'a kita. Tak karya yang sia-sia." Nyess...

Hobi jadi profesi? Kenapa tidak? Apakah lantas ia akan jadi ria? Menafkahkan keluarga kan wajib. Menulis bisa jadi ladang pahala tuh selain untuk berdakwah.

Saat dipilih tiga penanya, Windar terpilih menjadi salah satunya. Dia dapat buku Bunda yang berjudul Sofia and Pink. Wah, selamat yaa.

Pak Dukut Imam Widodo memjadi pemateri kedua dengan moderator Malik Ibrahim dari FLP Surabaya. Kalau tak salah, beliau ketuanya. Pada kuliah ini para peserta mendapat materi yang berjudul Menulis itu adalah Sebuah Pekerjaan.

Beliau adalah penulis Surabaya Tempo Doeloe dan serial lainnya; Malang, Ngawi dll. Prinsip beliau adalah, "Jangan pernah mengeluarkan sepeser uangmu untuk buku!" Nah untuk ini penting untuk negosiasi. Mencari sponsor, mencari pihak yang mau mendanai.

Pak Dukut dan Peserta
Beliau biasa mendatangi para pejabat dan memberikan kartu nama. Bukan Pak Dukut yang minta tapi para pejabat itu. Ada beberapa yang siap mendanai asal biografi sang tokoh dimuat dalam buku. Jika kedua belah pihak diuntungkan maka negosiasi dilanjutkan. Jika tidak, ya sudah. Jadi memang tak selamanya win-win kadang pernah juga win-lose.

Tiga pesan yang harus diingat lekat-lekat. Pertama, penulis itu harus berani tampil. Berani berdialog dengan masyarakat. Jadikan mereka sebagai penggemar. Tampillah di depan publik yang siap mengkritik anda habis-habisan. Kedua, penulis harus pandai bergaul dan banyak koneksi. Terakhir, penulis harus sehat jasmani dan tertata hidupnya.

"Saya ndak pernah ndugem, ndak pernah mabuk, ndak pernag myimeng. Saya ini orang rumahan," aku beliau.

Menulis adalah bekerja dan penulis harus disiplin soal waktu. Pak Dukut menulis tiap jam tiga pagi usai shalat Tahajjud. Membunuh waktu dengan menulis buku. Menanti adzan Shubuh berkumandang.

"Sudah banyak pesaing. Kita harus berjuang. Bekerja lebih keras."

Moderator berpesan sebelum menutup acara. Menghimbau para peserta untuk  berani membaca di tempat umum. Membuat image yang baik pada masyarakat.

Potong Tumpeng FLP Jatim-Pusat
Sebelum rehat, teman-teman FLP Jatim potong tumpeng. Milad FLP yang ke-19. Kita makan-makan duluan. Mumpung lagi ada Bunda Shinta belum pulang.

Lanjut TFT
Setiap ada rehat, kamar kami sunyi. Tak-tik-tuk menuangkan ide. Tenggelam dalam pikuran masing. Kalau sudah buntu yang ditanya, "sudah dapat berapa kata?"

Rehat Maghrib dan Isya kala itu senyap. Setiap pintu kamar tertutup rapat. Selain kelas cerpen rupanya kelas esai dan novel juga mendapat tugas yang sama. Beda kalau yang novel membuat sinopsisnya saja.

Mendekati jam delapan, semua kembali berkumpul di hall. Acara serupa kemarin malam. Kami membentuk kelompok-kelompok sesuai minat. Yang paling telat ya kelas cerpen tak ada yang rampung tulisannya. Tulisanku sebenarnya rampung cuma empat ratus kata sedangkan minta beribu-ribu.

Kami diberi waktu satu jam untuk menyelesaikan kembali. Aku? Punyaku sudah selesai hanya kurang syarat saja. Alhasil aku hanya menambal sana-sini. Setelah satu jam semua karya dikumpulkan.

Punyaku dan Windar dikumpulkan lewat bluetooth karena ngetiknya lewat hape. Yang lain ada yang pakai flashdisk, tulisan tangan dan ada yang diunggah di catatan fesbuk dan tag Pak Rafif. Setelah semua terkumpul Pak Rafif membacakan sebuah cerpen berjudul Kalung.

Ketika cerita dibacakan aku bagai de javu. Seperti kenal dengan tokoh Matilda yang dikisahkan. Ternyata cerita itu pernah dibahas di kelas Prose-nya Ms.Erika. Yang kudengar di TFT adalah karya terjemahan. Aslinya The Neclace by Guy de Maupassant.

Pembacaan cerpen selesai, giliran karya kami dibaca. Sayangnya punyaku dan Windar dilupakan dan aku malas berdebat tentang hal itu. Windar juga sama. Hiks.

Cerpen Terbaik
Karya anak FLP Sumenep terpilih menjadi the greatest story. Namanya siapa ya lupa. Rizki kalau nggak salah. Ada tiga nominator lainnya. Baim dari Surabaya, Dek Shabrina. Kayaknya ada satu lagi. Lupa..
Aku dan Windar pulang dengan hati nano-nano.

Change Your Words Change Your Worlds
Pagi berikutnya hanya sedikit yang mengikuti olah tenaga. Padahal pagi itu ada yang seru. Senam pinguin! :D
Yah, karena lebih seru yang kemaren lanjut aja yah ke acara selanjutnya. Writing Motivation oleh Pak Bactiar H.S. Dulunya Pak Bachtiar pernah menjabat sebagai ketua wilayah Jatim. Kini beliau menjadi bagian dari FLP pusat. Acara ini temanya Dakwah bil qalam. Dimoderatori oleh Mbak Agustha Ningrum alias Mbak Utha.

Pak Bachtiar membuka acara denga video Ibnu Batuthah. Ibnu Batuthah menjelajah dunia selama tiga puluh tahun. Beliau menjelaskan secara rinci perjalan awal hingga akhir travelling ala Ibnu Batuthah.

Nama asli Ibnu Batuthah adalah Abdullah bin Muhammad. Beliau menjelajah dunia dimulai di usia 21 tahun. Perjalanan beliau tiga kali lebih jauh daripada Marcopolo maupun Colombus. Kisah perjalanan beliau ditulis dalam buku oleh Ibnu Jauziy.

Ibnu Batuthah menuturkan kepada beliau selam dua tahun. Bayangkan jika Ibnu Jauziy tidak menulis kisahnya, mungkin kita takkan mendapat bukti sejarah amazing tersebut. Abu Hurairah, Imam Bukhari, Ibnu Katsir; jika para ulama ini tidak menulis takkan kita jumpai karya fenomenal itu. Maka jangan lupa menuliskan sejarahmu.

Penulis itu jangan lupa membangun koneksi. Kalau kata pendiri Apple, connets the dots maka orang hebat itu hanya enam langkah dari kita. Kita mungkin tak pernah bertemu J.K Rowling, bisa jadi di samping kita adalah ajudannya. Allah takkan menyia-nyiakan setiap pertemuan. Semua pasti diatur olehnya. Bukankah setiap daun yang jatuh tertulis nasibnya?

Jika bayangan sepanjang badan maka tulisan adalah sepanjang bahan.  Teruslah menulis sampai bahan itu habis. Jangan berhenti sampai ia benar-benar kosong. Saat bahan melompong maka carilah. Bacalah seribu buku maka tulisanmu akan mengalir seperti sungai.

Launching Antoligi Bersama dan Penganugerahan

Sambutan Pak Rafif di Hall Rusunawa
Pak Rafif muncul ke hadapan lagi, "Semoga tak bosan melihat saya terus." Buka acara ini dan itu. Beliau maju dalam rangka launching buku karya teman-teman FLP Jatim. Angologi kisah suka dan duka selam bersama FLP. Kisah inspiratif yang ditulis bersama. Dari 30 naskah yang masuk hanya dipilih 24 saja.

Aku sudah pesimis. Pasalnya teman-teman FLP kan jago-jago. Aku tak yakin lolos. Eh, detik-detik terakhir namaku dipanggil juga. Alhamdulillah. Aku sampai dipanggil dua kali untuk maju ke depan.

Sayang aku kehabisan. Buku antologinya ludes sebelum 24 jam setelah launching. Yah... Tak jadi bawa oleh-oleh buku. Tapi tak apa, cetakan kedua sedang dibuat dengan tampilan baru tentunya. Syukuri saja ;)

Pak Rafif berlalu, Mbak Nana muncul kembali. Kali ini dalam rangka membacakan nama-nama peserta Upgrading terbaik. Dimulai dari teman-teman peserta yang berpartisipasi dalam acara. Menjadi moderator; Malik Ibrahim dan Agustha Ningrum atau membaca tilawah (lupa namanya). Terus yang paling aktif; Mbak Jen dan Fahri.

Peserta FLP Jatim
Ada juga kategori peserta termuda dan tertua; Dek Shabrina dan Bu Atin. Terakhir, FLP yang registrasi pertama kali. Nama Surabaya disebut. Karena masih ada hadiahnya, peserta yang belum mendapatkan hadiah sama sekali diminta maju dan menceritakan tujuan datang ke Upgrading. Mbak Vita dari Lumajang terpilih. Pokonya Upgrading ini bertabur hadiah. Setiap sesi ada aja hadiah.


Dengan dibagikannya semua hadiah berakhir sudah acara Upgrading. Mewek deh. Hall Rusunawa penuh dengan blitz. Kamera diangkat tinggi-tinggi. Tongsis apalagi. Tripod pun jadi tongsis. Biar semua peserta kebagian.

Bye! Jumpa lagiiii. Kapan yaa. Pada mau ikutan Milad FLP di Jogja? Yuk biar kita pada ketemuu..

Milad FLP di Jogja













2 komentar: