Senin, 04 Desember 2023

DUKA GAZA

Innaalillaahi wa innaa ilaihi raaji’un. Berita duka kembali mengguyur jiwa-jiwa mukmin. Tidak hanya hujan yang tiba setelah kemarau panjang. Bening kristal menghujani setiap mata yang melihat anak-anak, wanita yang terkulai tak bernyawa di berbagai sudut tanah Al-Aqsha. 

Perih atas luka mereka. Pedih atas segala nestapa. Perih di mata, pedih di jiwa. Hari-hari kita menjadi gaza dan perasaan tak sanggup menatap layar. Melihat para warga di sana yang sekejap syuhada.

Gencatan senjata telah usai dan Al-aqsha kembali porak-poranda. Tidak hanya di Gaza, yang diklaim sebagai tempat pembalasan, lokasi untuk membela diri atas serangan para pejuang kemerdekaan di 07 Oktober. Di Tepi Barat, Yerussalem dan segala penjuru Palestina. Padahal dan juga padahal, saat mereka terusir dari Jerman mereka mengemis-ngemis meminta belas kasihan.

Ya, itu bermula ketika deklarasi di tahun 1917, runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani dan pasca-Nazi. Kaum Yayaya datang mendiami tanah suci dan tak mau pergi. Indeed, mereka mengusir pemilik rumah dan mengklaim sebagai tanah milik mereka sendiri. You know who. Ia yang tak bisa kita sebut namanya di sini atau akun kita akan mangkat. 

Bukan bermula saat Nakba terjadi dan Penjajah mulai (dengan terlalu percaya diri) mendirikan negara atas tanah orang di tahun empat-lapan. Penjajahan telah dimulai seusai deklarasi 1917 dan mereka saat imigrasi besar-besaran. Sudah lebih dari satu abad!

Adalah orang tua yang kehilangan anak-anak. Kehilangan rumah, sekolah. Kehilangan keadilan.

Adalah para warga Gaza, yang meski dengan Al-Aqsha tak pernah sekalipun mereka memasuki mihrabnya.

Adalah orang-orang Palestina yang meski mendera derita, dunia banyak menghujam fitnah pada mereka

Hari-hari kita adalah Gaza dan segala penderitaan dan do’a-do’a yang tak putus terpanjatkan. 

Jika turunnya hujan adalah mustajabnya waktu atas tengadah tangan yang meminta, maka mari kita serbu langit dengan pintaan terbaik; semoga Al-Aqsha segera merdeka. Di setiap detik, di setiap tetes hujan yang turun ialah doa kita yang melesatmenuju langit. 

Kita tak dapat mengirimkan peluru, tapi untuk saudara kita seiman dengan selaksa do’a kita menyerbu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar