Senin, 18 April 2016

Found the Champion! [Review Hunger Games I]



Happy weekend, guys! Weekend kali ini aku habiskan beberapa koleksi movie. Tepatnya Hunger Games I & II. Kurasa itu sangat membuang-buang segalanya. I mean, I talks about the movie. Membuang uang, waktu dan para pemuda. Mereka, para panitia –kalau boleh kubilang- menyediakan fasilitas mewah. Mulai transportasi, makanan, pakaian dan lainnya. Ya, mungkin mereka kebanyakan uang so they don’t have to do with all money they had. Maka mereka mengadakan itu, Hunger Games.

Kereta yang membawa Kattnis
Menciptakan kedamaian? Ah, mereka nyatanya fight each other. Saling membunuh dan, mencari yang terkuat. Mencari satu orang pemenang dari semua perwakilan distrik. Is it call a peace? Time I said. Masa muda seperti itu bukankah mereka harus membiarkan segala potensi terjadi. I mean, waktu-waktu muda seperti itu ’kan time for them untuk bebas berkreasi. Ngapain coba? Apalagi umurnya rentang 12-18 tahun. Masih sangat muda bukan?

Dan pada akhirnya banyak pemuda yang gugur. Ya, seperti Rue. Anak manis berambut keriting. Rue yang menyuruh Kattnis, sang tokoh utama menyerang anggota distrik lain dengan lebah penyegat mematikan. Gadis kecil yang merawat Kattnis in couple days. Pada akahirnya saat Rue terkena panah lawan, Kattnis memberikan penghormatan terakhir yang sesuai. A bouquet of flowers she put on Rue’s corpse.

Si manis, Rue
Dalam cerita itu, ada perwakilan dari setiap distrik. One boy and girl. Kattnis dan Peeta mewakili distrik 12. Kattnis sesungguhnya adalah relawan karena yang terpilih adalah adiknya. Kakak yang baik tak mungkin bukan menyerahkan adiknya begitu saja dalam pertarungan mematikan seperti itu. huumb, Kattnis did that for her lovely sister.

Kattnis and her sister
Film yang mendebarkan. Let’s say it’s kind of thriller. Adaptasi dari novel. Talking about this, ada beberapa teman yang memakainya as source of their thesis. Dua orang malah. Satunya pakai teori hegemoni satunya... nggak tahu deh :D

Menurutku teori yang bisa dipakai adalah ekranisasi. Jelas, karena film ini adaptasi dari novel. Terus pos-modernisme. Lihat saja teknologinya. Shugoi dakara. Bagaimana semua kamera ada di hutan mengintai para pemain. Itu saat Kattnis tertidur di pohon ada kamera dengan bentuk dan tekstur seperti pohon.

Kamera yang mengintai Kattnis
Pengumuman yang ditampilkan di langit. Cuaca atau pengaturan cahaya di hutan juga dapat diatur. Dan lagi, saat para panitia mengirimkan hewan dari komputer mereka untuk menyerang para peserta. That was awesome! Oia, fasilitas Kattniss saat di kamar juga lumayan. Remot kamarnya bisa mengubah background dinding kamar.

The announcement over the sky
Pengiriman hewan
Room for Kattnis team

Ummb, selanjutnya teori apa ya. Aha, dari psikologisnya juga bisa. Bisa dilihat dari hubungan antara Kattnis dan Rue. Mereka seharusnya saling mengalahkan, bukan? But, it was not happened there. Dan cowok dari distrik Rue juga menyelamatkan Kattnis saat dia mengambil obat untuk Peeta. Hubungan antara Kattnis dan Peeta juga bisa diteliti. Is that a  real love? Menurutku sih nggak, soalnya ada lelaki yang menunggu Kattnis di rumah. Ya, Kattnis hanya melakukannya untuk kepentingan reality show yang ditayangkan ke seluruh penjuru distrik.

Nah, that was my opinion about this movie. Actually for Hunger Games I. For the next movie (Hunger Games II) I’ll post next. Yosh, mari lanjutin nonton. Let’s end this weekend happily. Ngabisin koleksi movie. Nanti Senin, back again ngerjain skripsi. Yuhuu..

Haha, lumayan ‘kan jadi ada yang bisa ditulis. Bisa diposting di blog, ngasah skill dalam bermain kata-kata daan.. Let’s watching movies more :D

Indekos, 16 April 10:43

Tidak ada komentar:

Posting Komentar